Pw.
S. Dominikus, Im. (P)
Bil.
20:1-13
Mzm.95:1-2,6-7,8-9
Mat.
16:13-23
Bil.
20:1-13
20:1 Kemudian sampailah orang
Israel, yakni segenap umat itu, ke padang gurun Zin, dalam bulan pertama, lalu
tinggallah bangsa itu di Kadesh. Matilah Miryam di situ dan dikuburkan di situ.
20:2 Pada suatu kali, ketika
tidak ada air bagi umat itu, berkumpullah mereka mengerumuni Musa dan Harun,
20:3 dan bertengkarlah bangsa
itu dengan Musa, katanya: "Sekiranya kami mati binasa pada waktu
saudara-saudara kami mati binasa di hadapan TUHAN!
20:4 Mengapa kamu membawa
jemaah TUHAN ke padang gurun ini, supaya kami dan ternak kami mati di situ?
20:5 Mengapa kamu memimpin
kami keluar dari Mesir, untuk membawa kami ke tempat celaka ini, yang bukan
tempat menabur, tanpa pohon ara, anggur dan delima, bahkan air minum pun tidak
ada?"
20:6 Maka pergilah Musa dan
Harun dari umat itu ke pintu Kemah Pertemuan, lalu sujud. Kemudian tampaklah
kemuliaan TUHAN kepada mereka.
20:7 TUHAN berfirman kepada
Musa:
20:8 "Ambillah tongkatmu
itu dan engkau dan Harun, kakakmu, harus menyuruh umat itu berkumpul;
katakanlah di depan mata mereka kepada bukit batu itu supaya diberi airnya;
demikianlah engkau mengeluarkan air dari bukit batu itu bagi mereka dan memberi
minum umat itu serta ternaknya."
20:9 Lalu Musa mengambil
tongkat itu dari hadapan TUHAN, seperti yang diperintahkan-Nya kepadanya.
20:10 Ketika Musa dan Harun
telah mengumpulkan jemaah itu di depan bukit batu itu, berkatalah ia kepada
mereka: "Dengarlah kepadaku, hai orang-orang durhaka, apakah kami harus
mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini?"
20:11 Sesudah itu Musa
mengangkat tangannya, lalu memukul bukit batu itu dengan tongkatnya dua kali,
maka keluarlah banyak air, sehingga umat itu dan ternak mereka dapat minum.
20:12 Tetapi TUHAN berfirman
kepada Musa dan Harun: "Karena kamu tidak percaya kepada-Ku dan tidak
menghormati kekudusan-Ku di depan mata orang Israel, itulah sebabnya kamu tidak
akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepada
mereka."
20:13 Itulah mata air Meriba,
tempat orang Israel bertengkar dengan TUHAN dan Ia menunjukkan kekudusan-Nya di
antara mereka.
Mat.
16:13-23
16:13 Setelah Yesus tiba di
daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang,
siapakah Anak Manusia itu?"
16:14 Jawab mereka: "Ada
yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula
yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi."
16:15 Lalu Yesus bertanya
kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?"
16:16 Maka jawab Simon
Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!"
16:17 Kata Yesus kepadanya:
"Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan
itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.
16:18 Dan Aku pun berkata
kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan
jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.
16:19 Kepadamu akan Kuberikan
kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan
apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga."
16:20 Lalu Yesus melarang
murid-murid-Nya supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun bahwa Ia Mesias.
16:21 Sejak waktu itu Yesus
mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan
menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan
ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.
16:22 Tetapi Petrus menarik
Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah
menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau."
16:23 Maka Yesus berpaling
dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan
bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa
yang dipikirkan manusia."
Santo
Dominikus, Pengaku Iman
Dominikus
lahir pada tahun 1170 di Calaruega, Spanyol. Orangtuanya, Don Felix de Guzman
dan Joana dari Aza dikenal sebagai bangsawan Kristen yang saleh dan taat agama.
Joana ibunya kemudian dinyatakan Gereja sebagai 'beata'; kakaknya, Mannes dan
Antonio mencurahkan hidupnya bagi Tuhan dan Gereja sebagai imam; dua orang
keponakannya menjadi imam dalam ordo religius yang didirikannya, Ordo
Dominikan. Mannes dikemudian hari digelari 'beato' karena kesucian hidupnya dan
pengabdiannya yang tulus kepada Tuhan dan Gereja.
Masa
kecil dan mudanya ditandai dengan kesucian dan semangat belajar yang tinggi.
Pendidikan awalnya ditangani langsung oleh pamannya yang sudah menjadi imam.
Dominikus kemudian melanjutkan studinya ke sekolah Katedral Palencia. Pada umur
24 tahun ia masuk biara di Osma dan tak lama kemudian ditabhiskan menjadi imam.
Karier imamatnya dimulai di Osma didukung oleh doa kontemplatif yang sungguh
mendalam. Doa kontemplatif ini yang melahirkan cinta yang tulus kepada umatnya.
Karya apostoliknya dimulai sejak tahun 1203 ketika aliran bidaah
Albigensianisme melancarkan serangan terhadap kebenaran iman Gereja. Waktu itu,
Dominikus bersama uskupnya, Diego d'Azevido sedang dalam perjalanan ke Denmark
untuk melaksanakan suatu misi diplomatik bagi Raja Alfonso IX (1188-1230).
Albigensianisme,
yang lahir pada awal abad ke-13 di kota Albi, Prancis Selatan ini, merongrong
ajaran iman yang benar. Aliran ini mengajarkan bahwa segala yang jasmani itu
jahat. Ajaran Gereja tentang Tritunggal MahaKudus, peristiwa penjelmaan dan
Penebusan umat manusia dalam Pribadi Yesus Kristus diingkarinya; juga semua
sakramen, ibadat dan apa saja yang merupakan ungkapan iman Gereja ditolak.
Karena sangat fanatik, para penganut aliran sesat ini tanpa segan merusak
gereja-gereja dan biara, menghancurkan gambar-gambar kudus dan salib. Segala
hubungan antara Gereja dan Negara ditiadakan. Mereka sangat terampil dalam
menyebarkan ajarannya sehingga menarik begitu banyak umat menjadi pengikut.
Terdorong oleh desakan batin untuk memberantas pengaruh jahat aliran sesat ini,
Dominikus mendapat ilham untuk mendirikan sebuah tarekat religius yang lebih
memusatkan perhatian pada soal Pewartaan Sabda. Ordo religius Dominikus ini
kemudian lazim dikenal dengan nama 'Ordo Praedicatorum' atau 'Ordo para Pengkhotbah'.
Pada
pertengahan musim panas pada tahun 1206, seusai urusan diplomatik di Denmark
dan kunjungan ke Roma, Dominikus bersama Uskup Diego kembali ke Spanyol. Di
Montpellier, Prancis Selatan, mereka bertemu dengan para pengkhotbah utusan
Paus yang mulai putus asa dalam mengemban tugas memberantas pengaruh ajaran
aliran sesat Albigensianisme. Mereka berniat meninggalkan hidup biaranya karena
gagal dalam tugas pewartaannya. Banyak faktor membuat mereka gagal: para
bangsawan yang merupakan orang kepercayaan masyarakat sudah mengikuti aliran
sesat itu; jumlah imam sangat sedikit dan tidak disiapkang dengan baik dalam
hal cara mewartakan Injil, padahal para pewarta ajaran sesat itu sangat
terampil dalam menyebarkan ajarannya; faktor kegagalan yang lain datang dari
kalangan Uskup Prancis Selatan itu sendiri. Mereka acuh tak acuh terhadap
bahaya yang menggoncang ajaran iman yang benar, dan lebih getol dalam hal-hal
duniawi.
Menghadapi
keputusasaan para utusan Paus, Uskup Diego dan Dominikus menasehati mereka
untuk terus mewartakan Injil Kristus meskipun banyak rintangannya. Mereka
dinasehati agar meniru teladan para Rasul dalam pewartaan Injil; memasuki
pelosok-pelosok dengan berjalan kaki tanpa membawa uang dan makanan, dan
bergaul rapat dengan rakyat yang sudah sesat. Diego dan Dominikus dengan setia
menemani mereka dalam kegiatan pewartaan itu. Hasil yang dicapai cukup lumayan,
meskipun masih ada juga kegagalan. Uskup Diego dan Dominikus serta Uskup Fulk
dari Tolouse, Prancis Utara terus mendampingi para pewarta dalam perjuangan
besar memberantas pengaruh jahat Albigensianisme.
Pada tahun 1214, Dominikus
mendiskusikan bersama rekan-rekannya rencana mendirikan sebuah tarekat
religius. Rencana ini didukung dan mulai dilaksanakan tahun berikutnya
bersamaan dengan pemberian hadiah sebuah rumah besar oleh Petrus Seila dari
Tolouse. Uskup Fulk memberi restu untuknya.
Pandangan hidup yang dianut Ordo
Dominikan, yang dikenal dengan nama 'Ordo Predicatorum' atau 'Ordo Pengkhotbah'
ini merupakan sesuatu yang belum dikenal pada masa itu. Dominikus menggabungkan
corak hidup kontemplatif dengan kehidupan aktif: mewartakan Injil di luar
biara, kerja tangan untuk memenuhi kebutuhan hidup, belajar dan lain-lain.
Misinya sungguh-sungguh merupakan sesuatu yang baru, karena pada masa itu hal
pewartaan adalah tugas khas pada Uskup. Dengan kekhasan ini, Dominikus
bermaksud memberikan Gereja suatu Ordo Religius Imam yang berbobot dan handal.
Restu
atas berdirinya Ordo Dominikan ini diperoleh ketika Dominikus bersama Uskup
Fulk mengikuti Konsili Lateran IV di Roma pada tahun 1215. Sri Paus Innocentius
III (1198-1216) berjanji meneguhkan ordo itu apabila Dominikus sudah memiliki
suatu aturan hidup membiara yang terbukti ampuh dan sebuah gereja sebagai
tempat Misa Kudus dan upacara lainnya. Kedua tuntutan Paus ini akhirnya
terpenuhi. Dominikus bersama rekan-rekannya sepakat memilih aturan hidup Santo
Agustinus dan menyusun konstitusi ordo mereka. Uskup Fulk mempercayakan gereja
Santo Romanus di Tolouse kepada Dominikus. Di samping gereja itu, Dominikus
mendirikan rumah biaranya yang pertama.
Kekhasan
Ordo Dominikan ini diperkuat oleh suatu pengalaman mistik. Ketika berdoa di
Basilik Santo Petrus di Roma, Dominikus mengalami penglihatan berikut: Santo
Petrus dan Paulus mendatangi Dominikus. Petrus menyerahkan kepadanya sebuah
kunci, dan Paulus memberinya sebuah buku. Kepadanya Petrus dan Paulus berkata:
"Pergilah dan wartakanlah Injil, karena engkau telah ditentukan Allah
untuk misi pelayanan itu". Kecuali itu, dalam penglihatan itu pun Dominikus
menyaksikan para imamnya mewartakan Injil ke seluruh dunia.
Di Prancis Selatan sendiri, karya
pewartaan itu sulit sekali dilaksanakan karena kerusuhan politik dan militer.
Karena itu, Dominikus memutuskan untuk mewartakan Injil di wilayah Eropa
lainnya seperti Spanyol dan Paris sembil tetap menggalakkan pewartaan di
Tolouse dan Prouille. Dari wilayah-wilayah itu, Dominikus mulai melancarkan
misi universal ordonya ke berbagai daerah.
Untuk
mempertegas ciri khas ordonya, Dominikus mengundang imam-imamnya untuk
membicarakan berbagai hal penting seperti pendidikan para imam Dominikan,
kegiatan pewartaan, kepemimpinan ordo dan penghayatan kaul kemiskinan. Oleh
imam-imamnya, Dominikus sendiri diangkat sebagai pemimpin ordo pertama. Ia pun
diangkat sebagai pemimpin misi kePausan di Lombardia tatkala umat di wilayah
itu diresahkan oleh ajaran sesat. Bersama Kardinal Egolino, Dominikus
melancarkan perlawanan gencar terhadap berbagai ajaran sesat. Pekerjaan di
Lombardia sangat menguras tenaganya.
Dominikus
meninggal dunia di Bologna pada tanggal 6 Agustus 1221 setelah menderita sakit
keras. Kesucian Dominikus sungguh luar biasa. Ia seorang pendoa yang merasakan
benar makna kehadiran Allah. Tentang dirinya, rekan-rekannya berkata: "Ia
terus berbicara dengan Tuhan dan tentang Tuhan; siang hari ia bekerja bagi
sesamanya, dan malam hari ia berkontak dengan Tuhan". Sebelum meninggal ia
berpesan: "Tetaplah teguh dalam cinta kasih dan kerendahan hati, dan
jangan tinggalkan kemiskinan!" Imankatolik.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar