Senin, 12 Agustus 2019

100% Katolik 100% Indonesia


Senin Pekan Biasa XIX (H)
Ul. 10:12-22
Mzm. 147:12-13,14-15,19-20
Mat. 17:24-27




Ul. 10:12-22

10:12 "Maka sekarang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan dari padamu oleh TUHAN, Allahmu, selain dari takut akan TUHAN, Allahmu, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu,
10:13 berpegang pada perintah dan ketetapan TUHAN yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu.
10:14 Sesungguhnya, TUHAN, Allahmulah yang empunya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langit, dan bumi dengan segala isinya;
10:15 tetapi hanya oleh nenek moyangmulah hati TUHAN terpikat sehingga Ia mengasihi mereka, dan keturunan merekalah, yakni kamu, yang dipilih-Nya dari segala bangsa, seperti sekarang ini.
10:16 Sebab itu sunatlah hatimu dan janganlah lagi kamu tegar tengkuk.
10:17 Sebab TUHAN, Allahmulah Allah segala allah dan Tuhan segala tuhan, Allah yang besar, kuat dan dahsyat, yang tidak memandang bulu ataupun menerima suap;
10:18 yang membela hak anak yatim dan janda dan menunjukkan kasih-Nya kepada orang asing dengan memberikan kepadanya makanan dan pakaian.
10:19 Sebab itu haruslah kamu menunjukkan kasihmu kepada orang asing, sebab kamu pun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir.
10:20 Engkau harus takut akan TUHAN, Allahmu, kepada-Nya haruslah engkau beribadah dan berpaut, dan demi nama-Nya haruslah engkau bersumpah.
10:21 Dialah pokok puji-pujianmu dan Dialah Allahmu, yang telah melakukan di antaramu perbuatan-perbuatan yang besar dan dahsyat, yang telah kaulihat dengan matamu sendiri.
10:22 Dengan tujuh puluh orang nenek moyangmu pergi ke Mesir, tetapi sekarang ini TUHAN, Allahmu, telah membuat engkau banyak seperti bintang-bintang di langit."


Mat. 17:24-27

17:24 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kapernaum datanglah pemungut bea Bait Allah kepada Petrus dan berkata: "Apakah gurumu tidak membayar bea dua dirham itu?"
17:25 Jawabnya: "Memang membayar." Dan ketika Petrus masuk rumah, Yesus mendahuluinya dengan pertanyaan: "Apakah pendapatmu, Simon? Dari siapakah raja-raja dunia ini memungut bea dan pajak? Dari rakyatnya atau dari orang asing?"
17:26 Jawab Petrus: "Dari orang asing!" Maka kata Yesus kepadanya: "Jadi bebaslah rakyatnya.
17:27 Tetapi supaya jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka, pergilah memancing ke danau. Dan ikan pertama yang kaupancing, tangkaplah dan bukalah mulutnya, maka engkau akan menemukan mata uang empat dirham di dalamnya. Ambillah itu dan bayarkanlah kepada mereka, bagi-Ku dan bagimu juga.



100% Katolik 100% Indonesia

Saudara terkasih, hari ini Bunda Gereja mengajak kita merenungkan Firman Tuhan mengenai bea atau pajak. Perilaku membayar pajak yang ditaati oleh Yesus memberikan gambaran bagaimana perilaku taat hukum dan hidup bernegara itu juga penting. Hidup sebagai warga negara tidak bissa diabaikan.
Uskup pribumi pertama, Mge Soegija pernah memiliki slogan luar biasa, 100% Katolik 100% Indonesia, pilihan bagus di tengah perjuangan kemerdekaan, bangsa Indonesia harus utuh, termasuk Gereja Katolik. Kecurigaan bahwa Gereja adalah penjajah perlu diluruskan dan ditampilkan dengan apik dan bijaksana oleh Mgr. Soegija. Pilihan jargon luar biasa. Seturut teladan Sang Guru Agung.
Hidup bernegara dan hidup menggereja tidak bisa saling meniadakan, pun tidak bisa saling campur. Semua ada porsinya dan semua ada batasnya. Jika mencampuradukannya dalam satu tarikan nafas bisa runyam. Benar bahwa semua harus sesuai dengan norma agama, namun sangat mungkin agama lain memiliki standar yang berbeda. Gereja mengalami hal demikian, sejarah kelam ketika Gereja masuk dalam pemerintaha. Pun Gereja diatur seperti kerajaan atau negara duniawi.
Kita sebagai Gereja Indonesia, pun sebagai bangsa Indonesia disuguhi berbagai-bagai jenis dan macam pandangan untuk dapat menilai, memilah, memilih, mana yang baik dan benar. Dan itu adalah keuntungan kita. Ada sejumlah pihak yang hendak memaksakan kehendak bahwa agama harus menjadi dasar bernegara, apakah itu yang lebih baik?
Konsensus dan keberadaan negara ini dibangun oleh para bapa bangsa dengan pemikiran mengakomodasi seluruh kepentingan anak bangsa, termasuk Gereja. nah Konsili Vatikan II dalam Gaudium et Spes menyatakan, jika kebahagiaan dan kecemasan dunia juga kebahagiaan dan kecemasan Gereja. Apa yang terjadi  pada bangsa ini juga merupakan kepedihan Gereja.
Kata kunci penting lainnya adalah, jangan menjadi batu sandungan. Ini menjadi penting, kita sebagai anak-anak Tuhan jangan malah menjadi sandungan bagi pembangunan bangsa dan negara. Bagaimana caranya? Sederhana, membela kebenaran dan keadilan seturut Pancasila, bukan seturut klaim sepihak atau sekelompok atas nama yang banyak. Ini tidak mudah, namun juga tidak sulit jika mau melaksanakannya dengan melibatkan Tuhan.
Kebenaran dan keadilan di tengah bangsa ini sedang menjadi lahan perebutan, dan di mana kita sebagai anak-anak Gereja terlibat membela kebenaran dan keadilan uniersal itu menjadi penting. Peran kita seturut dengan karya kita masing-masing demi membangun Gereja dan Bangsa Indonesia, sama pentingnya. BD.eleSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar