Senin
Pekan Biasa XIX (H)
Ul.
10:12-22
Mzm.
147:12-13,14-15,19-20
Mat.
17:24-27
Ul.
10:12-22
10:12 "Maka
sekarang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan dari padamu oleh TUHAN,
Allahmu, selain dari takut akan TUHAN, Allahmu, hidup menurut segala jalan yang
ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada TUHAN, Allahmu, dengan segenap
hatimu dan dengan segenap jiwamu,
10:13 berpegang
pada perintah dan ketetapan TUHAN yang kusampaikan kepadamu pada hari ini,
supaya baik keadaanmu.
10:14
Sesungguhnya, TUHAN, Allahmulah yang empunya langit, bahkan langit yang
mengatasi segala langit, dan bumi dengan segala isinya;
10:15 tetapi
hanya oleh nenek moyangmulah hati TUHAN terpikat sehingga Ia mengasihi mereka,
dan keturunan merekalah, yakni kamu, yang dipilih-Nya dari segala bangsa,
seperti sekarang ini.
10:16 Sebab itu
sunatlah hatimu dan janganlah lagi kamu tegar tengkuk.
10:17 Sebab
TUHAN, Allahmulah Allah segala allah dan Tuhan segala tuhan, Allah yang besar,
kuat dan dahsyat, yang tidak memandang bulu ataupun menerima suap;
10:18 yang
membela hak anak yatim dan janda dan menunjukkan kasih-Nya kepada orang asing
dengan memberikan kepadanya makanan dan pakaian.
10:19 Sebab itu
haruslah kamu menunjukkan kasihmu kepada orang asing, sebab kamu pun dahulu
adalah orang asing di tanah Mesir.
10:20 Engkau
harus takut akan TUHAN, Allahmu, kepada-Nya haruslah engkau beribadah dan
berpaut, dan demi nama-Nya haruslah engkau bersumpah.
10:21 Dialah
pokok puji-pujianmu dan Dialah Allahmu, yang telah melakukan di antaramu
perbuatan-perbuatan yang besar dan dahsyat, yang telah kaulihat dengan matamu
sendiri.
10:22 Dengan
tujuh puluh orang nenek moyangmu pergi ke Mesir, tetapi sekarang ini TUHAN,
Allahmu, telah membuat engkau banyak seperti bintang-bintang di langit."
Mat.
17:24-27
17:24
Ketika Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kapernaum datanglah pemungut bea Bait
Allah kepada Petrus dan berkata: "Apakah gurumu tidak membayar bea dua
dirham itu?"
17:25
Jawabnya: "Memang membayar." Dan ketika Petrus masuk rumah, Yesus
mendahuluinya dengan pertanyaan: "Apakah pendapatmu, Simon? Dari siapakah
raja-raja dunia ini memungut bea dan pajak? Dari rakyatnya atau dari orang
asing?"
17:26
Jawab Petrus: "Dari orang asing!" Maka kata Yesus kepadanya:
"Jadi bebaslah rakyatnya.
17:27
Tetapi supaya jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka, pergilah
memancing ke danau. Dan ikan pertama yang kaupancing, tangkaplah dan bukalah
mulutnya, maka engkau akan menemukan mata uang empat dirham di dalamnya.
Ambillah itu dan bayarkanlah kepada mereka, bagi-Ku dan bagimu juga.
100%
Katolik 100% Indonesia
Saudara terkasih, hari ini Bunda Gereja mengajak
kita merenungkan Firman Tuhan mengenai bea atau pajak. Perilaku membayar pajak
yang ditaati oleh Yesus memberikan gambaran bagaimana perilaku taat hukum dan
hidup bernegara itu juga penting. Hidup sebagai warga negara tidak bissa
diabaikan.
Uskup pribumi pertama, Mge Soegija pernah memiliki
slogan luar biasa, 100% Katolik 100% Indonesia, pilihan bagus di tengah
perjuangan kemerdekaan, bangsa Indonesia harus utuh, termasuk Gereja Katolik. Kecurigaan
bahwa Gereja adalah penjajah perlu diluruskan dan ditampilkan dengan apik dan
bijaksana oleh Mgr. Soegija. Pilihan jargon luar biasa. Seturut teladan Sang
Guru Agung.
Hidup bernegara dan hidup menggereja tidak bisa
saling meniadakan, pun tidak bisa saling campur. Semua ada porsinya dan semua ada
batasnya. Jika mencampuradukannya dalam satu tarikan nafas bisa runyam. Benar bahwa
semua harus sesuai dengan norma agama, namun sangat mungkin agama lain memiliki
standar yang berbeda. Gereja mengalami hal demikian, sejarah kelam ketika
Gereja masuk dalam pemerintaha. Pun Gereja diatur seperti kerajaan atau negara
duniawi.
Kita sebagai Gereja Indonesia, pun sebagai bangsa
Indonesia disuguhi berbagai-bagai jenis dan macam pandangan untuk dapat
menilai, memilah, memilih, mana yang baik dan benar. Dan itu adalah keuntungan
kita. Ada sejumlah pihak yang hendak memaksakan kehendak bahwa agama harus
menjadi dasar bernegara, apakah itu yang lebih baik?
Konsensus dan keberadaan negara ini dibangun oleh
para bapa bangsa dengan pemikiran mengakomodasi seluruh kepentingan anak
bangsa, termasuk Gereja. nah Konsili Vatikan II dalam Gaudium et Spes menyatakan, jika kebahagiaan dan kecemasan dunia
juga kebahagiaan dan kecemasan Gereja. Apa yang terjadi pada bangsa ini juga merupakan kepedihan
Gereja.
Kata kunci penting lainnya adalah, jangan menjadi
batu sandungan. Ini menjadi penting, kita sebagai anak-anak Tuhan jangan malah
menjadi sandungan bagi pembangunan bangsa dan negara. Bagaimana caranya? Sederhana,
membela kebenaran dan keadilan seturut Pancasila, bukan seturut klaim sepihak
atau sekelompok atas nama yang banyak. Ini tidak mudah, namun juga tidak sulit
jika mau melaksanakannya dengan melibatkan Tuhan.
Kebenaran dan keadilan di tengah bangsa ini sedang
menjadi lahan perebutan, dan di mana kita sebagai anak-anak Gereja terlibat
membela kebenaran dan keadilan uniersal itu menjadi penting. Peran kita seturut
dengan karya kita masing-masing demi membangun Gereja dan Bangsa Indonesia,
sama pentingnya. BD.eleSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar