Selasa, 20 Agustus 2019

Lepaskanlah Kelekatanmu!


Senin Pekan Biasa XX (H)
Hak. 2:11-19
Mzm. 106:34-35,36-37,39-40,43ab-44
Mat. 19:16-22


2:11 Lalu orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN dan mereka beribadah kepada para Baal.
2:12 Mereka meninggalkan TUHAN, Allah nenek moyang mereka yang telah membawa mereka keluar dari tanah Mesir, lalu mengikuti allah lain, dari antara allah bangsa-bangsa di sekeliling mereka, dan sujud menyembah kepadanya, sehingga mereka menyakiti hati TUHAN.
2:13 Demikianlah mereka meninggalkan TUHAN dan beribadah kepada Baal dan para Asytoret.
2:14 Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap orang Israel. Ia menyerahkan mereka ke dalam tangan perampok dan menjual mereka kepada musuh di sekeliling mereka, sehingga mereka tidak sanggup lagi menghadapi musuh mereka.
2:15 Setiap kali mereka maju, tangan TUHAN melawan mereka dan mendatangkan malapetaka kepada mereka, sesuai dengan apa yang telah diperingatkan kepada mereka oleh TUHAN dengan sumpah, sehingga mereka sangat terdesak.
2:16 Maka TUHAN membangkitkan hakim-hakim, yang menyelamatkan mereka dari tangan perampok itu.
2:17 Tetapi juga para hakim itu tidak mereka hiraukan, karena mereka berzinah dengan mengikuti allah lain dan sujud menyembah kepadanya. Mereka segera menyimpang dari jalan yang ditempuh oleh nenek moyangnya yang mendengarkan perintah TUHAN; mereka melakukan yang tidak patut.
2:18 Setiap kali apabila TUHAN membangkitkan seorang hakim bagi mereka, maka TUHAN menyertai hakim itu dan menyelamatkan mereka dari tangan musuh mereka selama hakim itu hidup; sebab TUHAN berbelas kasihan mendengar rintihan mereka karena orang-orang yang mendesak dan menindas mereka.
2:19 Tetapi apabila hakim itu mati, kembalilah mereka berlaku jahat, lebih jahat dari nenek moyang mereka, dengan mengikuti allah lain, beribadah kepadanya dan sujud menyembah kepadanya; dalam hal apa pun mereka tidak berhenti dengan perbuatan dan kelakuan mereka yang tegar itu



19:16 Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"
19:17 Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah."
19:18 Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta,
19:19 hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."
19:20 Kata orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?"
19:21 Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."
19:22 Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya



Lepaskanlah Kelekatanmu!

Saudara terkasih, hari ini Bunda Gereja mengajak kita merenungkan bagaimana pemuda kaya yang hendak menyempurnakan hidupnya. Ia bertanya kepada Tuhan dan pengin selamat. Tuhan menjawab bahwa ia harus melakukan kebaikan. Pemuda itu pemuda yang saleh, melakukan tuntutan Hukum Taurat dengan luar biasa baik. Ia jawara untuk itu. apakah itu cukup?
Ternyata tidak, ketika Tuhan mengajaknya mau berbagi, ia enggan. Benar bahwa ia tidak pernah membunuh, tidak pernah berdusta, tidak pernah mencuri, itu semua benar dan baik. Namun apakah ia memiliki kepedulian dan mau berbagi? Inilah level pembedanya. Kesalehan spirtual dan kesalehan sosial itu harus berimbang. Kita sering jatuh dalam kesalehan spiritual dan ritual semata, namun abai akan perilaku sosial.
Dalam hidup sehari-hari, kita sangat mungkin sangat religius, saleh, dan taat dalam beragama, namun masih juga dengan tanpa berdosa mengabaikan derita saudara kita. Sering juga kita jumpai, orang aktif ini itu dalam kegiatan menggereja, namun menelantarkan pasangan dan keluarga tanpa merasa bersalah. Menelantarkan tentu dalam arti memberikan perhatian, mengerti apa yang dirasakan pasangan, dan sejenisnya.
Benar bahwa kita menomorsatukan Tuhan, namun ketika keluarga kita telantarkan, ada keberatan dari anggota keluarga, berarti ada yang salah. Seharusnya akan membahagiakan seluruhnya, ada dorongan dan motivasi dari keluarga, bukan malah sebaliknya.
Menteri Keuangan pernah menyatakan pejabat negeri ini demikian religius, namun melihat uang masih hijau. Benr bahwa ini cukup berbeda dengan konteks bacaan Injil hari ini, namun paling tidak, identik bahwa hidup religius masih cinta dunia apalagi harta, berarti masih belum cukup meyakinkan untuk bisa mencicipi keselamatan.
Mana ada orang tamak yang mau berbagi, orang yang rajin beribadah saja masih gemar maling. Mengumpulkan masih menjadi paradigma. Ini salah satu kelekatan yang ada di tengah-tengah kita. Jangan salah, bahwa hidup menggereja pun ada yang mencari uang, ketenaran, dan keuntungan pribadi. Kelekatan-kelekatan ini yang harus kita singkirkan jika hendak berkenan di hadapan Allah.
Kelekatan itu akan kita ketahui dengan beberapa trik sederhana. Jika kita  tidak mendapatkan keuntungan, pengakuan, dan bahkan terlupakan dan kita tidak merasa tersinggung berbahagialah karena sudah bebas. Dan sebaliknya jika masih haus pengakuan dan keuntungan, di sanalah kelekatan kita. Beranekaragam dan macam kelekatan itu. BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar