Minggu, 04 Agustus 2019

Kebenaran adalah Segalanya


Sabtu Pekan Biasa XVII (H)
Im. 25:1,8-17
Mzm. 67:2-3,5,7-8
Mat. 14:1-12



Im. 25:1,8-17

25:1 TUHAN berfirman kepada Musa di gunung Sinai:
25:8 Selanjutnya engkau harus menghitung tujuh tahun sabat, yakni tujuh kali tujuh tahun; sehingga masa tujuh tahun sabat itu sama dengan empat puluh sembilan tahun.
25:9 Lalu engkau harus memperdengarkan bunyi sangkakala di mana-mana dalam bulan yang ketujuh pada tanggal sepuluh bulan itu; pada hari raya Pendamaian kamu harus memperdengarkan bunyi sangkakala itu di mana-mana di seluruh negerimu.
25:10 Kamu harus menguduskan tahun yang kelima puluh, dan memaklumkan kebebasan di negeri itu bagi segenap penduduknya. Itu harus menjadi tahun Yobel bagimu, dan kamu harus masing-masing pulang ke tanah miliknya dan kepada kaumnya.
25:11 Tahun yang kelima puluh itu harus menjadi tahun Yobel bagimu, jangan kamu menabur, dan apa yang tumbuh sendiri dalam tahun itu jangan kamu tuai, dan pokok anggur yang tidak dirantingi jangan kamu petik buahnya.
25:12 Karena tahun itu adalah tahun Yobel, haruslah itu kudus bagimu; hasil tahun itu yang hendak kamu makan harus diambil dari ladang.
25:13 Dalam tahun Yobel itu kamu harus masing-masing pulang ke tanah miliknya.
25:14 Apabila kamu menjual sesuatu kepada sesamamu atau membeli dari padanya, janganlah kamu merugikan satu sama lain.
25:15 Apabila engkau membeli dari sesamamu haruslah menurut jumlah tahun sesudah tahun Yobel, dan apabila ia menjual kepadamu haruslah menurut jumlah tahun panen.
25:16 Makin besar jumlah tahun itu, makin besarlah pembeliannya, dan makin kecil jumlah tahun itu, makin kecillah pembeliannya, karena jumlah panenlah yang dijualnya kepadamu.
25:17 Janganlah kamu merugikan satu sama lain, tetapi engkau harus takut akan Allahmu, sebab Akulah TUHAN, Allahmu


Mat. 14:1-12

14:1 Pada masa itu sampailah berita-berita tentang Yesus kepada Herodes, raja wilayah.
14:2 Lalu ia berkata kepada pegawai-pegawainya: "Inilah Yohanes Pembaptis; ia sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam-Nya."
14:3 Sebab memang Herodes telah menyuruh menangkap Yohanes, membelenggunya dan memenjarakannya, berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya.
14:4 Karena Yohanes pernah menegornya, katanya: "Tidak halal engkau mengambil Herodias!"
14:5 Herodes ingin membunuhnya, tetapi ia takut akan orang banyak yang memandang Yohanes sebagai nabi.
14:6 Tetapi pada hari ulang tahun Herodes, menarilah anak perempuan Herodias di tengah-tengah mereka dan menyukakan hati Herodes,
14:7 sehingga Herodes bersumpah akan memberikan kepadanya apa saja yang dimintanya.
14:8 Maka setelah dihasut oleh ibunya, anak perempuan itu berkata: "Berikanlah aku di sini kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam."
14:9 Lalu sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya diperintahkannya juga untuk memberikannya.
14:10 Disuruhnya memenggal kepala Yohanes di penjara
14:11 dan kepala Yohanes itu pun dibawa orang di sebuah talam, lalu diberikan kepada gadis itu dan ia membawanya kepada ibunya.
14:12 Kemudian datanglah murid-murid Yohanes Pembaptis mengambil mayatnya dan menguburkannya. Lalu pergilah mereka memberitahukannya kepada Yesus.



Kebenaran adalah Segalanya

Saudara terkasih, hari ini Bunda Gereja mengajak kita merenungkan betapa kekuasaan bisa membutakan orang. Kebenaran digadaikan demi memperoleh kekuasaan duniawi. Ada tiga tokoh besar yang dapat kita jadikan bahan permenungan.
Pertama Herodes yang mengambil istri saudaranya sendiri. Nafsu cinta duniawi dan lawan jenis tidak dapat ia kendalikan. Istri saudara sendiri pun ia ambil. Itu saja tidak cukup. Ia bunuh juga Yohanes yang berani menegurnya atas peristiwa itu.
Janji pada anak tiri di depan koleganya ternyata lebih ia tanggung bahkan dengan membunuh. Reputasi duniawi, nama besar, dan kewibawaan di tengah dunia menjadi lebih utama. Janjinya kepada anak karena di depan kolega lebih  utama dari pada kepatutan hidupnya.
Kedua, Herodias. Yang dendam, membara sehingga ia memperalat anak dan suaminya sendiri. Jangan lupa, bahwa ia juga sama salah dan berbuat tidak patut bersama Herodes. Gila kuasa dan kekuasaan menjadi semaca candu yang perlu ditutupi dan dilakukan dengan segala tipu muslihat.
Ketiga, Yohanes Pembaptis, bagaimana ia sebagai utusan Allah menjalankan perannya dengan baik dan benar. Ia membela kebenaran bahkan hingga nyawanya sendiri pun dipertaruhkan. Tugas seorang nabi adalah meluruskan jika ada yang salah, bukan karena takut terhadap penguasa kemudian menyesuaikan dengan kepentingan penguasa.
Keberanian Yohanes menegur penguasa itu patut menjadi inspirasi dan permenungan kita. Bagaimana sikap kita jika menghadapi hal demikian, minimal di tengah keluarga saja. Diam saja atau menegur dengan segala risikonya? Apalagi di dalam hidup bersama. Terutama di dalamn hidup bernegara. Kenabian tetap relevan hingga hari ini apapun peran dan posisi umat beriman.
Saudara terkasih, menjadi seorang nabi, menjadi seorang pembela iman dan kebenaran itu tidak gampang, bahkan tidak mudah. Risiko besar bisa menjadi konsekuensi atas hal itu. Yohanes Pembaptis pun Yesus mengalami hal yang sama. Mati demi membela kebenaran. Kebenaran bukan karena dibayar, namun benar di depan hukum dan moral.
Kita sering gamang, takut, dan cemas jika nama baik, atau berbahaya karena bisa dipecat, namun apakah itu cukup? Tidak. Kebenaran bahkan hingga nyawa pun dipertaruhkan. BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar