HARI RAYA MINGGU
BIASA XX (H)
Yes.
38:4-6,8-10
Mzm.
40:2,3,4,18
Ibr. 12:1-4
Luk.
12:49-53
38:4 Maka berfirmanlah TUHAN kepada Yesaya:
38:5 "Pergilah dan katakanlah kepada Hizkia: Beginilah firman
TUHAN, Allah Daud, bapa leluhurmu: Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air
matamu. Sesungguhnya Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi,
38:6 dan Aku akan melepaskan engkau dan kota ini dari tangan raja
Asyur dan Aku akan memagari kota ini.
38:8 Sesungguhnya, bayang-bayang pada penunjuk matahari buatan
Ahas akan Kubuat mundur ke belakang sepuluh tapak yang telah dijalaninya."
Maka pada penunjuk matahari itu matahari pun mundurlah ke belakang sepuluh
tapak dari jarak yang telah dijalaninya.
38:9 Karangan Hizkia, raja Yehuda, sesudah ia sakit dan sembuh
dari penyakitnya:
38:10 Aku ini berkata: Dalam pertengahan umurku aku harus pergi,
ke pintu gerbang dunia orang mati aku dipanggil untuk selebihnya dari hidupku
12:1 Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang
mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu
merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan
bagi kita.
12:2 Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada
Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada
kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti
sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta
Allah.
12:3 Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang
sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan
kamu menjadi lemah dan putus asa.
12:4 Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai
mencucurkan darah.
12:49 "Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah
Aku harapkan, api itu telah menyala!
12:50 Aku harus menerima baptisan, dan betapakah susahnya hati-Ku,
sebelum hal itu berlangsung!
12:51 Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas
bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan.
12:52 Karena mulai dari sekarang akan ada pertentangan antara lima
orang di dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga.
12:53 Mereka akan saling bertentangan, ayah melawan anaknya
laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan,
dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan
menantu perempuan melawan ibu mertuanya."
Jadilah
Pembawa Damai
Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda
Gereja diajak untuk merenungkan betapa hidup kita ini penuh dengan perselisihan dan perbedaan.
Tuhan mengatakan bahwa IA datang bukan membawa damai namun membawa
perselisihan. Bagamana sikap kita di dalam menghadapi perbedaan, perselisihan,
dan percekcokan itu? Apakah bisa menjadi
pendamai, atau malah menjadi salah seorang provokator, atau malah menjadi
penyebabnya?
Dulu, orang itu akan ada reaksi kalau ada aksi,
kini tambah satu lagi yang namanya provokasi dan kaltalis di antara aksi dan reaksi itu. Aksi belum
tentu akan ada reaksi secara spontan dan
langsung, namun ada provokasi dan
pengipas yang menjadikan itu semua menjadi lebih panas dan orang bisa saling
curiga.
Sangat wajar, bagaimana dalam Injil dinyatakan
bahwa akan ada perselisihan dalam keluarga sekalipun. Ingat, keluarga, yang ada
kaitan kerabat, darah, biologis, dan ikatan yang saling mengenal, hidup bersama
saja bisa berselisih dan bermusuhan apalagi yang tidak mengenal dan tidak ada
ikatan apapun.
Sering masalah sepele menjadi masalah
berkepanjangan dan menjadi permusuhan. Dalam keluarga yang paling umum adalah
soal pembagian harta warisan dan peninggalan orang tua. Berbeda satu sentimeter
saja, umpamanya sudah bisa nyawa melayang. Kemajuan teknologi informasi bisa
menjadi bumerang,, ketika keluarga dirusak dengan perselingkuhan. Jangan kaget
ada anak menantu dan mertua menjalin skandal. Bisa dibayangkan seperti apa
ramai dan perselisihan di sana.
Atau ipar dengan adik atau kakak pasangannya. Dunia
makin tua dan makin rusak, orang lebih cenderung mengikuti kata hatinya yang
mengenakan dan menguntungkan. Soal kebenaran nanti dulu. Itu dalam keluarga.
Dalam bernegara, sama juga dengan keluarga dalam
arti paling luas. Kita sebagai bangsa miris, ketika melaksanakan dan merayakan
hafi ulang tahun, malah ada kejadian antaranak bangsa saling merendahkan dan
berjung riuh rendah. Agama dan suku yang tersulut sehingga ada ledakan kecil. Syukur
bahwa kita memiliki kasih, sehingga tidak menjadi persoalan besar ketika
kitalah yang direndahkan. Paus mengatakan tidak
ada kerendahhatian tanpa penistaan. Uskup Jakarta Mgr Suharyo selaku ketua
KWI menyerukan tetap tenang, tidak perlu menanggapi, dan bereaksi, biarkan
saja. Menenteramkan, bukan membalas apalagi merusak.
Saudara terkasih, ketika ada perselisihan, apa yang
kita lakukan? Apakah tetap untuk terlibat atau malah menjadi aktor utama? Di sinilah
peran penting menjadi anak-anak Allah. mendamaikan dan menjadi juru damai,
tanpa mengorbankan iman, keadilan, dan kebenaran. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar