Minggu, 25 Agustus 2019

Hukum Kasih


Jumat Biasa Pekan XIX (H)
Rut. 1:1,3-6,14-16,22
Mzm. 146:5-6,7,8-91,9bc-10
Mat. 22:34-40



Rut. 1:1,3-6,14-16,22

1:1 Pada zaman para hakim memerintah ada kelaparan di tanah Israel. Lalu pergilah seorang dari Betlehem-Yehuda beserta isterinya dan kedua anaknya laki-laki ke daerah Moab untuk menetap di sana sebagai orang asing.
1:3 Kemudian matilah Elimelekh, suami Naomi, sehingga perempuan itu tertinggal dengan kedua anaknya.
1:4 Keduanya mengambil perempuan Moab: yang pertama bernama Orpa, yang kedua bernama Rut; dan mereka diam di situ kira-kira sepuluh tahun lamanya.
1:5 Lalu matilah juga keduanya, yakni Mahlon dan Kilyon, sehingga perempuan itu kehilangan kedua anaknya dan suaminya.
1:6 Kemudian berkemaslah ia dengan kedua menantunya dan ia pulang dari daerah Moab, sebab di daerah Moab ia mendengar bahwa TUHAN telah memperhatikan umat-Nya dan memberikan makanan kepada mereka.
1:14 Menangis pula mereka dengan suara keras, lalu Orpa mencium mertuanya itu minta diri, tetapi Rut tetap berpaut padanya.
1:15 Berkatalah Naomi: "Telah pulang iparmu kepada bangsanya dan kepada para allahnya; pulanglah mengikuti iparmu itu."
1:16 Tetapi kata Rut: "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku;
1:22 Demikianlah Naomi pulang bersama-sama dengan Rut, perempuan Moab itu, menantunya, yang turut pulang dari daerah Moab. Dan sampailah mereka ke Betlehem pada permulaan musim menuai jelai.


Mat. 22:34-40

22:34 Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka
22:35 dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia:
22:36 "Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?"
22:37 Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
22:38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
22:39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
22:40 Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.




Hukum Kasih

Saudara terkasih, hari ini kita merenungkan Hukum Kasih, di mana kita diajak Tuhan untuk merenungkan bagaimana kita merenungkan hukum kasih itu perlu di dalam hidup kita. Berkaitan dengan bacaan kemarin, ketika kita dituntut pantas  masuk ke dalam kerajaan surga. Kepantasan itu kala menghormati dan mengasihi Tuhan Allah dan sesama dengan sepenuhnya. Mengasihi Tuhan lebih dari segalanya dan mengasihi sesama seperti diri sendiri.
Dua hukum kasih yang melambangkan salib, di mana ada palang horisontal dan ada juga  palang vertikal. Gambaran relasional kita pada Allah yang menggambarkan relasi manusiawi dan yang Transenden. Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap akal budimu, dengan seluruh jiwamu. Keseluruhan diri kita diarahkan kepada Tuhan. Allah adalah pusat, segala, dan prioritas dalam hidup kita. Kesenangan, tawaran indah, dan keadaan gemerlap dunia sangat menggoda kita, sehingga menomorsekiankan Allah. Allah tersingkirkan oleh ciptaan yang IA ciptakan. Orang bisa sangat mungkin tergoda untuk meninggalkan Allah demi uang, karir, kesuksesan, ataupun demi diri sendiri. Di sinilah peran hukum kasih yang pertama.
Hukum kasih kedua, mengajak kita mengasihi Tuhan dan sesama dengan sepenuhnya sebagaimana kita pun mengasihi diri sendiri. Melepaskan egoisme, melepaskan kelekatan akan diri dan kelompok, demi mengasihi sesama. Sering dalam hidup kita, kita terjebak dalam egoisme, memasuki lorong kesesatan demi mendapatkan kasih  pada diri dari pada sesama. Ada godaan untuk menepikan sesama demi diri sendiri.
Beberapa fakta yang mudah kita temui, bahwa kita memiliki kecenderungan mengasihi diri dengan berlebihan, termasuk merugikan sesama sekalipun. Jika kita lihat dalam bersikap untuk mengantri saja masih sulit, di jalanan yang penting aku dulu, menyenggol , menabrak orang tidak menjadi pertimbangan. Seolah senggol bacok itu hal yang lumrah. Mana kasih kepada sesama sebagaimana diri sendiri  itu?
Mengasihi orang lain sebagaimana diri sendiri tentu Tuhan berharap bahwa kita menjadi lebih mengasihi sesama. Kita diajak untuk melihat ke dalam diri, mengukur diri sendiri, dan menakar dengan kita, jika tidak mau diperlakukan demikian, kita tidak akan melakukan hal yang sama yang tidak kita senangi. BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar