Kamis, 15 Agustus 2019

Pengampunan, Kesempatan, dan Peluang


Kamis Pekan Biasa XIX (H)
Yos. 3:7-11,12-14
Mzm. 114:1-2,3-4,5-6
Mat. 18:21-19:1



Yos. 3:7-11,12-14

3:7 Dan TUHAN berfirman kepada Yosua: "Pada hari inilah Aku mulai membesarkan namamu di mata seluruh orang Israel, supaya mereka tahu, bahwa seperti dahulu Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau.
3:8 Maka kauperintahkanlah kepada para imam pengangkat tabut perjanjian itu, demikian: Setelah kamu sampai ke tepi air sungai Yordan, haruslah kamu tetap berdiri di sungai Yordan itu."
3:9 Lalu berkatalah Yosua kepada orang Israel: "Datanglah dekat dan dengarkanlah firman TUHAN, Allahmu."
3:10 Lagi kata Yosua: "Dari hal inilah akan kamu ketahui, bahwa Allah yang hidup ada di tengah-tengah kamu dan bahwa sungguh-sungguh akan dihalau-Nya orang Kanaan, orang Het, orang Hewi, orang Feris, orang Girgasi, orang Amori dan orang Yebus itu dari depan kamu:
3:11 sesungguhnya, tabut perjanjian Tuhan semesta bumi berjalan menyeberang di depan kamu, masuk ke sungai Yordan.
3:13 Segera sesudah kaki para imam pengangkat tabut TUHAN, Tuhan semesta bumi, berhenti di dalam air sungai Yordan, maka air sungai Yordan itu akan terputus; air yang turun dari hulu akan berhenti mengalir menjadi bendungan."
3:14 Ketika bangsa itu berangkat dari tempat perkemahan mereka untuk menyeberangi sungai Yordan, para imam pengangkat tabut perjanjian itu berjalan di depan bangsa itu.
3:15 Segera sesudah para pengangkat tabut itu sampai ke sungai Yordan, dan para imam pengangkat tabut itu mencelupkan kakinya ke dalam air di tepi sungai itu -- sungai Yordan itu sebak sampai meluap sepanjang tepinya selama musim menuai --
3:16 maka berhentilah air itu mengalir. Air yang turun dari hulu melonjak menjadi bendungan, jauh sekali, di dekat Adam, kota yang terletak di sebelah Sartan, sedang air yang turun ke Laut Araba itu, yakni Laut Asin, terputus sama sekali. Lalu menyeberanglah bangsa itu, di tentangan Yerikho.
3:17 Tetapi para imam pengangkat tabut perjanjian TUHAN itu tetap berdiri di tanah yang kering, di tengah-tengah sungai Yordan, sedang seluruh bangsa Israel menyeberang di tanah yang kering, sampai seluruh bangsa itu selesai menyeberangi sungai Yordan.

Mat. 18:21-19:1

18:21 Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?"
18:22 Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.
18:23 Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya.
18:24 Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta.
18:25 Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya.
18:26 Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan.
18:27 Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya.
18:28 Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu!
18:29 Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan.
18:30 Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya.
18:31 Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka.
18:32 Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku.
18:33 Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?
18:34 Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya.
18:35 Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu."
19:1 Setelah Yesus selesai dengan pengajaran-Nya itu, berangkatlah Ia dari Galilea dan tiba di daerah Yudea yang di seberang sungai Yordan.




Pengampunan, Kesempatan, dan Peluang

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan bagaimana pengampunan itu tidak terbatas. Angka tujuh puluh kali tujuh, bukan dalam arti tekstual untuk berbicara 490 saja, dan boleh tidak mengampuni pada angka 491. Apa iya orang sampai mau berhitung demikian? Hanya mau menggambarkan tidak terbatas. Angka tujuh dalam alam budaya Yahudi adalah angka sempurna itu saja.
Kita patut mengampuni karena kita juga orang yang lemah, banyak dosa, dan banyak kesalahan, bagaimana bisa orang yang juga pendosa dan banyak salah, mendapatkan pengampunan namun tidak mau mengampuni? Ini hanyalah sebuah keegoisan, ketamakan pribadi yang perlu disadari untuk memperbaiki hidup pribadi.
Meminta maaf saja beratnya minta ampun, kalau terpaksa, paling-paling kita akan menggunakan kata sori, berat meminta maaf, apalagi memohon, apalagi ketika kita diminta mengampuni. Dalam tradisi Jawa ada yang mengatakan, dadi godhong moh nyuwek, dadi banyu moh nyawuk, jadi daun tidak mau merobek, jadi air tidak mau mengambil dengan tangannya. Dendam kesumat lebih kuat.
Saudara terkasih, apa yang Tuhan kehendaki adalah perdamaian, persatuan, penyatuan yang pernah terkoyak. Hukum dunia cenderung memisahkan, memilah, dan membuat perbedaan makin besar. Hal yang jelas ditunjukan dunia dengan aneka perbedaan dan pemisahan.
Beberapa waktu lalu, banyak pengungsi mati kedinginan dan tenggelam di lautan karena pemerintahan negara lain  menutup gerbang bagi pengungsi karena potensi kejahatan dna terorisme bisa menguat. Ada juga pemerintahan lain membuat dinding pemisah antarnegara menjadi lebih kokoh dan sulit ditembus. Paus mengatakan buka gerbang untuk pengungsi karena alasan kemanusiaan. Buat jembatan penghubung bukan dinding pemisah. Lihat kacamata rohani dan dunia yang ditampilkan. Paus bekerja atas inspirasi Roh Kudus yang membuat dunia meradang karena kemungkinan terorisme dan kejahatan meningkat di negara mereka. Paus tidak melihat itu karena memang sudut pandangnya adalah kemanusiaan dan pelayanan atas Tuhan.
Saudara terkasih, kita sebagai anak-anak Allah memang diajak melihat dunia dengan cara yang berbeda. Model melihat persoalan seperti pauslah yang Tuhan kehendaki. Melihat dengan cara yang berbeda, sudut pandang positif atas semua hal. BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar