Kamis Pekan
Biasa XIX (H)
Yos.
3:7-11,12-14
Mzm. 114:1-2,3-4,5-6
Mat.
18:21-19:1
Yos.
3:7-11,12-14
3:7 Dan TUHAN berfirman kepada Yosua: "Pada hari inilah Aku
mulai membesarkan namamu di mata seluruh orang Israel, supaya mereka tahu,
bahwa seperti dahulu Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau.
3:8 Maka kauperintahkanlah kepada para imam pengangkat tabut
perjanjian itu, demikian: Setelah kamu sampai ke tepi air sungai Yordan,
haruslah kamu tetap berdiri di sungai Yordan itu."
3:9 Lalu berkatalah Yosua kepada orang Israel: "Datanglah
dekat dan dengarkanlah firman TUHAN, Allahmu."
3:10 Lagi kata Yosua: "Dari hal inilah akan kamu ketahui,
bahwa Allah yang hidup ada di tengah-tengah kamu dan bahwa sungguh-sungguh akan
dihalau-Nya orang Kanaan, orang Het, orang Hewi, orang Feris, orang Girgasi,
orang Amori dan orang Yebus itu dari depan kamu:
3:11 sesungguhnya, tabut perjanjian Tuhan semesta bumi berjalan
menyeberang di depan kamu, masuk ke sungai Yordan.
3:13 Segera sesudah kaki para imam pengangkat tabut TUHAN, Tuhan
semesta bumi, berhenti di dalam air sungai Yordan, maka air sungai Yordan itu
akan terputus; air yang turun dari hulu akan berhenti mengalir menjadi
bendungan."
3:14 Ketika bangsa itu berangkat dari tempat perkemahan mereka
untuk menyeberangi sungai Yordan, para imam pengangkat tabut perjanjian itu
berjalan di depan bangsa itu.
3:15 Segera sesudah para pengangkat tabut itu sampai ke sungai
Yordan, dan para imam pengangkat tabut itu mencelupkan kakinya ke dalam air di
tepi sungai itu -- sungai Yordan itu sebak sampai meluap sepanjang tepinya
selama musim menuai --
3:16 maka berhentilah air itu mengalir. Air yang turun dari hulu
melonjak menjadi bendungan, jauh sekali, di dekat Adam, kota yang terletak di
sebelah Sartan, sedang air yang turun ke Laut Araba itu, yakni Laut Asin,
terputus sama sekali. Lalu menyeberanglah bangsa itu, di tentangan Yerikho.
3:17 Tetapi para imam pengangkat tabut perjanjian TUHAN itu tetap
berdiri di tanah yang kering, di tengah-tengah sungai Yordan, sedang seluruh
bangsa Israel menyeberang di tanah yang kering, sampai seluruh bangsa itu
selesai menyeberangi sungai Yordan.
Mat.
18:21-19:1
18:21 Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus:
"Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat
dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?"
18:22 Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu:
Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.
18:23 Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak
mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya.
18:24 Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah
kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta.
18:25 Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya,
raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala
miliknya untuk pembayar hutangnya.
18:26 Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah
dahulu, segala hutangku akan kulunaskan.
18:27 Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba
itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya.
18:28 Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang
hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik
kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu!
18:29 Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah
dahulu, hutangku itu akan kulunaskan.
18:30 Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam
penjara sampai dilunaskannya hutangnya.
18:31 Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu
menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka.
18:32 Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya:
Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau
memohonkannya kepadaku.
18:33 Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku
telah mengasihani engkau?
18:34 Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada
algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya.
18:35 Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga
terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan
segenap hatimu."
19:1 Setelah Yesus selesai dengan pengajaran-Nya itu, berangkatlah
Ia dari Galilea dan tiba di daerah Yudea yang di seberang sungai Yordan.
Pengampunan,
Kesempatan, dan Peluang
Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda
Gereja merenungkan bagaimana pengampunan itu tidak terbatas. Angka tujuh puluh kali
tujuh, bukan dalam arti tekstual untuk berbicara 490 saja, dan boleh tidak
mengampuni pada angka 491. Apa iya orang sampai mau berhitung demikian? Hanya
mau menggambarkan tidak terbatas. Angka tujuh dalam alam budaya Yahudi adalah
angka sempurna itu saja.
Kita patut mengampuni karena kita juga orang yang
lemah, banyak dosa, dan banyak kesalahan, bagaimana bisa orang yang juga
pendosa dan banyak salah, mendapatkan pengampunan namun tidak mau mengampuni? Ini
hanyalah sebuah keegoisan, ketamakan pribadi yang perlu disadari untuk
memperbaiki hidup pribadi.
Meminta maaf saja beratnya minta ampun, kalau
terpaksa, paling-paling kita akan menggunakan kata sori, berat meminta maaf,
apalagi memohon, apalagi ketika kita diminta mengampuni. Dalam tradisi Jawa ada
yang mengatakan, dadi godhong moh nyuwek,
dadi banyu moh nyawuk, jadi daun tidak mau merobek, jadi air tidak mau
mengambil dengan tangannya. Dendam kesumat lebih kuat.
Saudara terkasih, apa yang Tuhan kehendaki adalah
perdamaian, persatuan, penyatuan yang pernah terkoyak. Hukum dunia cenderung
memisahkan, memilah, dan membuat perbedaan makin besar. Hal yang jelas
ditunjukan dunia dengan aneka perbedaan dan pemisahan.
Beberapa waktu lalu, banyak pengungsi mati
kedinginan dan tenggelam di lautan karena pemerintahan negara lain menutup gerbang bagi pengungsi karena potensi
kejahatan dna terorisme bisa menguat. Ada juga pemerintahan lain membuat
dinding pemisah antarnegara menjadi lebih kokoh dan sulit ditembus. Paus
mengatakan buka gerbang untuk pengungsi karena alasan kemanusiaan. Buat jembatan
penghubung bukan dinding pemisah. Lihat kacamata rohani dan dunia yang
ditampilkan. Paus bekerja atas inspirasi Roh Kudus yang membuat dunia meradang
karena kemungkinan terorisme dan kejahatan meningkat di negara mereka. Paus tidak
melihat itu karena memang sudut pandangnya adalah kemanusiaan dan pelayanan
atas Tuhan.
Saudara terkasih, kita sebagai anak-anak Allah
memang diajak melihat dunia dengan cara yang berbeda. Model melihat persoalan
seperti pauslah yang Tuhan kehendaki. Melihat dengan cara yang berbeda, sudut
pandang positif atas semua hal. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar