Jumat, 16 Agustus 2019

Hal Perceraian dan Pilihan Hidup


Jumat Pekan Biasa XIX (H)
Yos. 24:1-13
Mzm.136:1-3,16-18,21-22,24
Mat. 19:3-12




Yos. 24:1-13

24:1 Kemudian Yosua mengumpulkan semua suku orang Israel di Sikhem. Dipanggilnya para tua-tua orang Israel, para kepalanya, para hakimnya dan para pengatur pasukannya, lalu mereka berdiri di hadapan Allah.
24:2 Berkatalah Yosua kepada seluruh bangsa itu: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Dahulu kala di seberang sungai Efrat, di situlah diam nenek moyangmu, yakni Terah, ayah Abraham dan ayah Nahor, dan mereka beribadah kepada allah lain.
24:3 Tetapi Aku mengambil Abraham, bapamu itu, dari seberang sungai Efrat, dan menyuruh dia menjelajahi seluruh tanah Kanaan. Aku membuat banyak keturunannya dan memberikan Ishak kepadanya.
24:4 Kepada Ishak Kuberikan Yakub dan Esau. Kepada Esau Kuberikan pegunungan Seir menjadi miliknya, sedang Yakub serta anak-anaknya pergi ke Mesir.
24:5 Lalu Aku mengutus Musa serta Harun dan menulahi Mesir, seperti yang Kulakukan di tengah-tengah mereka, kemudian Aku membawa kamu keluar.
24:6 Setelah Aku membawa nenek moyangmu keluar dari Mesir dan kamu sampai ke laut, lalu orang Mesir mengejar nenek moyangmu dengan kereta dan orang berkuda ke Laut Teberau.
24:7 Sebab itu berteriak-teriaklah mereka kepada TUHAN, maka diadakan-Nya gelap antara kamu dan orang Mesir itu dan didatangkan-Nya air laut atas mereka, sehingga mereka diliputi. Dan matamu sendiri telah melihat, apa yang Kulakukan terhadap Mesir. Sesudah itu lama kamu diam di padang gurun.
24:8 Aku membawa kamu ke negeri orang Amori yang diam di seberang sungai Yordan, dan ketika mereka berperang melawan kamu, mereka Kuserahkan ke dalam tanganmu, sehingga kamu menduduki negerinya, sedang mereka Kupunahkan dari depan kamu.
24:9 Ketika itu Balak bin Zipor, raja Moab, bangkit berperang melawan orang Israel. Disuruhnya memanggil Bileam bin Beor untuk mengutuki kamu.
24:10 Tetapi Aku tidak mau mendengarkan Bileam, sehingga ia pun memberkati kamu. Demikianlah Aku melepaskan kamu dari tangannya.
24:11 Setelah kamu menyeberangi sungai Yordan dan sampai ke Yerikho, berperanglah melawan kamu warga-warga kota Yerikho, orang Amori, orang Feris, orang Kanaan, orang Het, orang Girgasi, orang Hewi dan orang Yebus, tetapi mereka itu Kuserahkan ke dalam tanganmu.
24:12 Kemudian Aku melepaskan tabuhan mendahului kamu dan binatang-binatang ini menghalau mereka dari depanmu, seperti kedua raja orang Amori itu. Sesungguhnya, bukan oleh pedangmu dan bukan pula oleh panahmu.
24:13 Demikianlah Kuberikan kepadamu negeri yang kamu peroleh tanpa bersusah-susah dan kota-kota yang tidak kamu dirikan, tetapi kamulah yang diam di dalamnya; juga kebun-kebun anggur dan kebun-kebun zaitun yang tidak kamu tanami, kamulah yang makan hasilnya.



Mat. 19:3-12

19:3 Maka datanglah orang-orang Farisi kepada-Nya untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: "Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?"
19:4 Jawab Yesus: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan?
19:5 Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
19:6 Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."
19:7 Kata mereka kepada-Nya: "Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?"
19:8 Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian.
19:9 Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah."
19:10 Murid-murid itu berkata kepada-Nya: "Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan kawin."
19:11 Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja.
19:12 Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti.



Hal Perceraian dan Pilihan Hidup

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan pilihan hidup dan konsekuensinya. Beberapa waktu ini, saya banyak dikejutkan dengan peristiwa hidup berkeluarga. Ada rekan yang suaminya hilang digondhol, perempuan lain, tanggungan yang tidak ringan padahal. Atau suami yang tiba-tiba meninggal dengan anak-anak masih kecil.
Ada pula istri yang meninggal dalam usia relatif muda dan anaknya masih belum mentas, karena penyakit dalam. Hidup  harus  tetap berjalan dan berlangsung, namun semua tentu tidak mudah. Ada lagi yang dulu demikia memuja pernikahan Katolik namun tiba-tiba menjadi mualaf karena pasangannya meninggalkannya. Pilihan tidak mudah.
Pertama mengenai perceraian, Tuhan dengan jelas, gamblang, dan terus terang mengatakan, kalau perceraian itu tidak bisa dibenarkan. Mengapa? Pernikahan itu oleh Allah sendiri yang menyatukan. Manusia tidak mampu dan  tidak memiliki hak untuk itu. pernikahan juga menyatukan dua pribadi menjadi satu, jadi tidak bisa lagi dipisahkan untuk kembali seperti semula.
Sering awal mula perselisihan dan menjadi perceraian, adalah karena enggan untuk menguasai diri, maunya menang dan selalu benar, tidak mau tahu pihak lain dengan segala keberadaannya. Perbedaan yang memang kodrati itu tidak dijawab dengan pikiran dan hati yang jernih. Apalagi curhat dengan mantan, atau lawan jenis yang mengalami hal yang sama.
Saudara terkasih, hal lain yang layak kita renungkan lainnya adalah pilihan hidup. Ada selibater karena keadaan. Misalnya tidak mampu dalam berbagai hal. Dari pada ndhedher kere, mengapa tidak memutuskan saja hidup sendiri. Atau karena penyakit dan itu potensial menjadikan masalah berkepanjangan. Atau juga ada yang terhalang oleh  hukum Gereja, misalnya impotensi.
Namun ada juga karena kehendak Allah, hidup membiara misalnya. Itu juga pilihan selibater, hidup sendiri untuk sepenuhnya mengabdi Allah dan sesama. Biara bisa aktif atau kontemplatif, Gereja sangat kaya akan pilihan. Di tempat lain menikah itu sebuah kewajiban, padahal konsekuensinya tidak murah dan tidak mudah.
Pilihan lainnya adalah lajang karena pilihan sendiri. Sering orang berpikir dan menjawab pilihan ini dengan lha masa tua siapa yang merawat. Lha memangnya anak itu terlahir untuk menjadi perawat? Atau memang akan sampai tua dan perlu perawat? Pertanyaan yang jarang bisa dijawab dengan memuasakan. Di sinilah peran iman dan mengandalkan Tuhan semata.
Saudara terkasih, dari pada perceraian, lebih baik tidak menikah, namun jika menikah, pertahankan perkawinan itu semaksimal mungkin. Perbedaan dan perselisihan itu wajar, asal mau saling terbuka dan rendah hati, semua bisa diselesaikan.
Jika memutuskan membiara atau menjadi rohaniwan, juga jalani dengan setia, jangan mendua, apalagi nanti menikah dan bercerai pula. Semua sama baiknya, semua disediakan Tuhan untuk menjadi apa saja, namun bagaimana kita menghidupi dan menjadikan itu sebagai lahan mengabdi sesama dan terutama Tuhan. BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar