Sabtu, 31 Agustus 2019

Mengembangkan Diri adalah Kehendak dan Perintah Allah


Sabtu Pekan Biasa XXI (H)
1 Tes. 4:9-11
Mzm. 98:1,7-8,9
Mat 25:14-30




1 Tes. 4:9-11

4:9 Tentang kasih persaudaraan tidak perlu dituliskan kepadamu, karena kamu sendiri telah belajar kasih mengasihi dari Allah.
4:10 Hal itu kamu lakukan juga terhadap semua saudara di seluruh wilayah Makedonia. Tetapi kami menasihati kamu, saudara-saudara, supaya kamu lebih bersungguh-sungguh lagi melakukannya.
4:11 Dan anggaplah sebagai suatu kehormatan untuk hidup tenang, untuk mengurus persoalan-persoalan sendiri dan bekerja dengan tangan, seperti yang telah kami pesankan kepadamu,


Mat 25:14-30

25:14 "Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka.
25:15 Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat.
25:16 Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta.
25:17 Hamba yang menerima dua talenta itu pun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta.
25:18 Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya.
25:19 Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka.
25:20 Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta.
25:21 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
25:22 Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta.
25:23 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
25:24 Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam.
25:25 Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan!
25:26 Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam?
25:27 Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya.
25:28 Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu.
25:29 Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.
25:30 Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."



Mengembangkan Diri adalah Kehendak dan Perintah Allah

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan talenta sebagai gambaran Kerajaan Allah. Pengembangan talenta sebagai perwujudan pribadi yang berkembang di dalam iman dan penghayatan kasih karunia Allah bagi setiap pribadi. Kita masing-masing diciptakan unik, khas, tiada duanya, dan itu adalah untuk saling melengkapi satu sama lain. Tiap-tiappribadi dianugerahi dengan kemampuan, bakat, berkat yang berlainan itu untuk mengembangkan saudaranya juga.
Dalam bacaan Injil tadi Tuhan memberikan kepada kita gambaran, bagaimana ada yang oleh Allah diberikan lima talenta dan mengembangkan itu dengan serius. Ia juga memperoleh lima talenta sebagai pengembanga. Pun yang Tuhan dalam bacaan itu adalah majikan atau tuan, dua talenta, ia peroleh juga dua talenta sebagai hasil usahanya.
Ada pula yang tidak mau susah payah dan malah mencari pembenar diri, dalih, dan alasan. Si pribadi yang diberi kepercayaan kecil ini malah menyimpannya. Ketika harus mempertanggungjawabkan, ia menyalahkan tuannya. Ia menuduh tuannya pelaku kekejaman.
Saudara terkasih, kita sering menjadi pribadi demikian, atau paling tidak melihat model-model demikian. Ketika kita memilih santai-santai saja, namun saat mempertanggungjawabkan kita mencari kambing hitam. Menyiptakan alasan yang mengada-ada. Demikian juga ketika melihat orang lain mendapatkan kelimpahan karena kerja keras kita meradang, marah, dan sangat mungkin menebarkan fitnah. Itu adalah gambaran orang yang tidak mau berkembang dan mengembangkan diri.
Injil juga mengatakan,  Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Ini adalah konsekuensi atas prestasi. Orang yang berprestasi dan berupaya keras layak memperoleh apreasi. Ditambahkan apa yang ia miliki.
Posisi yang berbeda, orang yang tidak mau berjuang, apa yang ia punyai juga akan habis. Ini adalah konsekuensi atas hidup ini. Sangat wajar  siapa yang tidak mengupayakan akan kehilangan.
Kasih karunia, berkat dari Tuhan itu sama. Masing-masing mendapatkan jatah yang sama, namun ada yang mengembangkan, ada pula yang tidak. Sesederhana itu. Tuhan sudah memberikan anugerah-Nya, jalan dan kesempatan, dan bagaimana kita mau mengelolanya itu yang membedakan. BD.eLeSHa.

Jumat, 30 Agustus 2019

Belajar Bijaksana dan Siap Sedia


Jumat  Pekan Biasa XXI (H)
1 Tes. 4:1-8
Mzm. 97:1,2b,5-6,10,11-12
Mat. 25:1-13




1 Tes. 4:1-8

4:1 Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi.
4:2 Kamu tahu juga petunjuk-petunjuk mana yang telah kami berikan kepadamu atas nama Tuhan Yesus.
4:3 Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan,
4:4 supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan penghormatan,
4:5 bukan di dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah,
4:6 dan supaya dalam hal-hal ini orang jangan memperlakukan saudaranya dengan tidak baik atau memperdayakannya. Karena Tuhan adalah pembalas dari semuanya ini, seperti yang telah kami katakan dan tegaskan dahulu kepadamu.
4:7 Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus.
4:8 Karena itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus kepada kamu.


Mat. 25:1-13

25:1 "Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki.
25:2 Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana.
25:3 Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak,
25:4 sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka.
25:5 Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur.
25:6 Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia!
25:7 Gadis-gadis itu pun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka.
25:8 Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam.
25:9 Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ.
25:10 Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup.
25:11 Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu!
25:12 Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu.
25:13 Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya."



Belajar Bijaksana dan Siap Sedia

Saudara terkasih, hari ini, kita bersama Bunda Gereja merenungkan pengajaran mengenai kesiapsediaan dan belaja bijaksana. Benar bahwa kasih karunia dan kebaikan Tuhan itu tiada batas. Kasih dan karunia-Nya tidak terbagi dan tidak akan pernah dibatalkan. Namun bahwa ada  upaya timbal balik itu juga sebuah kewajban dan konsekuensi logis.
Dalam bacaan hari ini Tuhan menggambarkan, bagaimana untuk bisa ikut perjamuan pesta di dalam Kerjaan Allah, kita harus selalu siap sedia. Kapan waktunya, kapan saatnya, dan kapan akan kita alaami, semua tidak ada yang tahu. Sederhananya adalah, kapan kita akan meninggal itu tidak ada yang tahu dengan pasti. Dokter hanya memprediksi kapan akan terjadi kematian karena suatu penyakit, toh banyak juga yang meleset. Tetap hanya sebuah prediksi.
Salah satu contoh bagus adalah orang Palestina terutama Tepi Gaza di mana setiap hari adalah hari terakhir dalam pemikiran mereka. Hidup mereka dipersiapkan yang laing baik, rumah selalu bersih. Pertikaian yang seolah tidak ada ujung dan ledakan mortir, salakan senjata itu makanan sehari-hari. Itu bisa mengenai siapa saja.
Gadis yang bijaksana adalah mirip dengan apa yang terjadi dalam pemikiran saudara kita di Gaza itu. Bagaimana mempersiapkan hidup yang paling baik bagi sesama dan Tuhan. Ada dalam sebuah anekdot, muda foya-foya, tua bahagia, mati masuk surga, tentu tidak akan ada yang semewah itu. Surga perlu diperjuangkan bukan hadiah demikian saja. Benar bahwa itu adalah hadiah, rahmat, kasih karunia, namun tentu tidak dengan seenaknya pasti akan mendapatkannya.
Lima gadis yang bodoh itu mengikuti pola muda foya-foya itu. Kita pun sering memilih dan bersikap demikian, menunda itu paling mudah dan paling sering. Ah nanti saja, kan masih lama, kini masih muda, nanti saja persiapannya. Ah nanti pas pensiun banyak ibadah, lha iya kalau sampai tua, sampai pensiun, lha kalau esok dipanggil?
Saudara terkasih, hal-hal sederhana itu sering menjadi melenakan. Benar bahwa surga itu hadiah, kasih karunia, dan pemberiaan Tuhan. Namun tentu bahwa kita harus bertindak sesuai dengan kehendak-Nya. Kita hidup dengan adil, benar, dan bijaksana. Benar pula bahwa Tuhan melihat hati bukan semata perbuatan kita. Perlu diingat, apa benar hatinya baik ketika perilaku kita buruk.
Ada keseimbangan, perilaku baik, hati baik, dan kasih karunia kepada Tuhan dan sesama secara seimbang. Bijaksana tidak berat sebelah mengaku menomorsatukan Tuhan namun biadab pada sesama. Mementingkan sesama namun abai akan Tuhan dan hanya mencari keuntungan sendiri. Surga adalah hadiah, namun perlu juga diupayakan dengan bijaksana. BD.eleSHa.

Kamis, 29 Agustus 2019

Risiko Membela Kebenaran ala Yohanes Pembaptis


Pw. Kemartiran Yohanes Pembaptis (M)
Yer. 1:17-19
Mzm. 71:1-4a,5-6b,15,17
Mar. 6:17-29




Yer. 1:17-19

1:17 Tetapi engkau ini, baiklah engkau bersiap, bangkitlah dan sampaikanlah kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadamu. Janganlah gentar terhadap mereka, supaya jangan Aku menggentarkan engkau di depan mereka!
1:18 Mengenai Aku, sesungguhnya pada hari ini Aku membuat engkau menjadi kota yang berkubu, menjadi tiang besi dan menjadi tembok tembaga melawan seluruh negeri ini, menentang raja-raja Yehuda dan pemuka-pemukanya, menentang para imamnya dan rakyat negeri ini.
1:19 Mereka akan memerangi engkau, tetapi tidak akan mengalahkan engkau, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN.


Mar. 6:17-29

6:17 Sebab memang Herodeslah yang menyuruh orang menangkap Yohanes dan membelenggunya di penjara berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya, karena Herodes telah mengambilnya sebagai isteri.
6:18 Karena Yohanes pernah menegor Herodes: "Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!"
6:19 Karena itu Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat,
6:20 sebab Herodes segan akan Yohanes karena ia tahu, bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan suci, jadi ia melindunginya. Tetapi apabila ia mendengarkan Yohanes, hatinya selalu terombang-ambing, namun ia merasa senang juga mendengarkan dia.
6:21 Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias, ketika Herodes pada hari ulang tahunnya mengadakan perjamuan untuk pembesar-pembesarnya, perwira-perwiranya dan orang-orang terkemuka di Galilea.
6:22 Pada waktu itu anak perempuan Herodias tampil lalu menari, dan ia menyukakan hati Herodes dan tamu-tamunya. Raja berkata kepada gadis itu: "Minta dari padaku apa saja yang kauingini, maka akan kuberikan kepadamu!",
6:23 lalu bersumpah kepadanya: "Apa saja yang kauminta akan kuberikan kepadamu, sekalipun setengah dari kerajaanku!"
6:24 Anak itu pergi dan menanyakan ibunya: "Apa yang harus kuminta?" Jawabnya: "Kepala Yohanes Pembaptis!"
6:25 Maka cepat-cepat ia pergi kepada raja dan meminta: "Aku mau, supaya sekarang juga engkau berikan kepadaku kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam!"
6:26 Lalu sangat sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya ia tidak mau menolaknya.
6:27 Raja segera menyuruh seorang pengawal dengan perintah supaya mengambil kepala Yohanes. Orang itu pergi dan memenggal kepala Yohanes di penjara.
6:28 Ia membawa kepala itu di sebuah talam dan memberikannya kepada gadis itu dan gadis itu memberikannya pula kepada ibunya.
6:29 Ketika murid-murid Yohanes mendengar hal itu mereka datang dan mengambil mayatnya, lalu membaringkannya dalam kuburan



Risiko Membela Kebenaran ala Yohanes Pembaptis

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan bagaimana Yohanes Pembaptis itu mengorbankan nyawanya demi kebenaran. Gereja menyatakan itu sebagai kemartiran. Kesaksian iman, bahkan hingga nyawanya menjadi jawaban atas pilihannya. Konsekuensi membela kebenaran dan itu tidak surut termasuk kepada penguasa.
Bacaan hari ini mengisahkan peristiwa Yohanes Pembaptis dipenggal atas perintah Herodes karena permintaan Herodias istrinya melalui puterinya. Jebakan atas nama cinta dan sumpah membuat Herodes mengalahkan nuraninya sendiri. Ia merasa bahwa pengajaran Yohanes menggetarkannya, merasa bahwa banyak kebenaran di sana.
Herodias yang sejatinya malu karena menikah dengan orang lain, dengan posisi ia memiliki suami, melampiaskan dengan meminta kepala orang yang pernah ia nilai mempermalukannya. Sejatinya adalah ia merasa malu dan demi menutupi perasaan itu, ia dendam dan mendapatkan kesempatan dalam hal ini.
Pemimpin memang akan mendapatkan kewibawaannya jika ia memegang kata dan pernyataannya. Namun apakah itu termasuk mengingkari nurani sendiri? Itu adalah pilihan, dan demi harga diri dan kehormatan di depan kolega, anak buah, dan keluarga, Herodes mengorbankan Yohanes Pembaptis. Sangat biasa.
Kita pu di alam modern ini sering mendengar bahwa orang berpindah agama demi popularitas, demi mendapatkan pasangan, atau meninggalkan imannya demi jabatan tertentu. Sama juga dengan mengadaikan imannya demi dunia ini.
Beberapa waktu lalu ada orang yang tidak mau terima bahwa ia ditolak mengontrak rumah karena beragama Katolik.  Persoalan krusial, di mana negara Pancasila masih ada sikap masyarakat demikian. pilihan untuk tetap beriman dan pergi adalah pilihan tepat.
Herodes seharusnya belajar dari Pak Slamet ini, mempertahankan nuraninya demi kebenaran. Apapun risikonya harus diambil, bukan demi menyenangkan istri, anak tiri, dan kolega, dengan memenggal orang yang ia tahu adalah benar, orang yang bisa mengusik nuraninya.
Yohanes Pembaptis memilih membela kebenaran dengan konsekuensi yang amat berat. Nyawanya sendiri menjadi taruhan dan ia mati dalam keadaan kepala terpisah. Ia tidak bisa mendiamkan ketidakadilan dan ketidakbenaran oleh penguasa yang menuruti hawa nafsu. Pilihan bahwa pemimpin harus dihormati benar atau salah bisa dipilih, namun tidak bagi Yohanes. Ia menegor perilaku buruk dan jahat dari seorang pemimpin.
Pertanyaan untuk kita, bagaimana kita selama ini di dalam melihat ketidakadilan dan kejahatan terjadi? Diam saja atau menyatakan sikap ketidaksetujuan dengan berbagai risikonya? BD.eLeSHa.


Rabu, 28 Agustus 2019

Agustinus dan Satunya Perbuatan dan Perkataan


Pw. S. Agustinus, Usk.PujG (P)
1 Tes. 2:9-13
Mzm. 139:7-8,9-10,11-12ab
Mat. 23:27-32




1 Tes. 2:9-13

2:9 Sebab kamu masih ingat, saudara-saudara, akan usaha dan jerih lelah kami. Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapa pun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu.
2:10 Kamu adalah saksi, demikian juga Allah, betapa saleh, adil dan tak bercacatnya kami berlaku di antara kamu, yang percaya.
2:11 Kamu tahu, betapa kami, seperti bapa terhadap anak-anaknya, telah menasihati kamu dan menguatkan hatimu seorang demi seorang,
2:12 dan meminta dengan sangat, supaya kamu hidup sesuai dengan kehendak Allah, yang memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya.
2:13 Dan karena itulah kami tidak putus-putusnya mengucap syukur juga kepada Allah, sebab kamu telah menerima firman Allah yang kami beritakan itu, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi -- dan memang sungguh-sungguh demikian -- sebagai firman Allah, yang bekerja juga di dalam kamu yang percaya.


Mat. 23:27-32

23:27 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.
23:28 Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan.
23:29 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh
23:30 dan berkata: Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu.
23:31 Tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri, bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu.
23:32 Jadi, penuhilah juga takaran nenek moyangmu!



Agustinus dan Satunya Perbuatan dan Perkataan

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan apa itu munafik dan perilaku munafik. Munafik itu mudahnya adalah bedanya apa yang dikatakan dan dinyatakan dengan apa yang dilakukan. Bung Karno memilih ungkapan, satunya kata dan perbuatan. Hari ke hari, kita saksikan dengan mudah begitu banyak hal demikian di sekitar kita.
Menteri Keuangan Republik Indonesia menyatakan keprihatinannya, ketika menyaksikan banyak pejabat itu orang-orang yang religius, aktivitas beragamanya bagus, namun masih juga korupsi, dan tidak merasa bersalah lagi. Ini jelas salah satu perilaku munafik. Lain lagi namun sejenis, mengaku orang beragama, tekun dalam ibadat, namun sombong dan merasa paling benar dan menang sendiri. Jangan menengok ke mana-mana, namun juga ke dalam diri kita sendiri. Di dalam menggereja, di tengah keluarga, pun di masyarakat, perilaku demikian mudah ditemui.
Labeling, memilih tampilan, namun soal isi dan perilaku jauh dari itu semua, seolah menjadi gejala umum di segala bidang hidup kita. Beragama, beribadah, dan liturgi pun kalau tidak hati-hati, kita hanya berbakti pada diri kita sendiri, memuja diri, bukan Tuhan. Menghadirkan kemegahan diri bukan kehadiran Tuhan yang kita lakukan.
Saudara terkasih, dalam bacaan Injil Tuhan mengecam perilaku munafik, seperti kuburan yang dipelihara, dirawat, dan ditata dengan indah, cantik, dan penuh perhatian. Toh isi di dalamnya tetap saja jenazah, kotor tidak seindah luarnya. Demikian juga jika hati kita tidak mengarah kepada Tuhan, namun beribadah dengan berlebihan, apa bedanya.
Ibadah, liturgi, ataupun doa, sejatinya ada perubahan hidup yang signifikan. Mengarahkan hati semakin kepada Tuhan, tanpa melupakan sesama. Rendah hati dan makin lemah lembut, ada yang menjadi lebih baik dari hari ke hari. Jika tidak, perlu dilihat lagi, apakah sudah benar hidup rohani kita. Hidup rohani yang baik dan benar akan membuat orang makin dekat kepada Tuhan, bukan malah menjauh. Tidak ada sekaligus gelap dan terang, terang akan mengusir gelap.
Berkaitan dengan Santo Agustinus, cerita yang paling tenar mengenai dirinya adalah saat ia memikirkan Tuhan, bagaimana ia mau memahami Tuhan, ia disentakan oleh anak kecil. Anak kecil yang bermain membuat sumur di pantai, tepi laut. Agustinus bertanya untuk apa sumur itu? mau memindahkan air laut ke sumurnya.
Agustinus sadar, sebagai ciptaan, ia tebatas, otaknya juga memiliki cakupan yang tidak akan mampu menangkan kebesaran Tuhan yang tak terbatas. Kerendahan hati, ada keterbukaan budi untuk belajar, termasuk anak kecil. Jika ia sombong dan arogan, ia akan menertawakan si anak, bukan malah membuka budinya sendiri yang sudah berlebihan.
Saudara terkasih keterbukaan budi membuat kita bisa memperbaiki diri, namun jika menutup telinga dan nurani, perilaku munafik sangat mungkin menjadi gaya hidup kita. BD.eLeSHa.

Selasa, 27 Agustus 2019

Keadilan, Belas Kasih, dan Kesetiaan


Pw. S. Monika, WntKds, Ibu S. Agustinus (P)
1 Tes. 2:1-8
Mzm. 139:1-3,4-6
Mat. 23:23-26



1 Tes. 2:1-8

2:1 Kamu sendiri pun memang tahu, saudara-saudara, bahwa kedatangan kami di antaramu tidaklah sia-sia.
2:2 Tetapi sungguhpun kami sebelumnya, seperti kamu tahu, telah dianiaya dan dihina di Filipi, namun dengan pertolongan Allah kita, kami beroleh keberanian untuk memberitakan Injil Allah kepada kamu dalam perjuangan yang berat.
2:3 Sebab nasihat kami tidak lahir dari kesesatan atau dari maksud yang tidak murni dan juga tidak disertai tipu daya.
2:4 Sebaliknya, karena Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil kepada kami, karena itulah kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita.
2:5 Karena kami tidak pernah bermulut manis -- hal itu kamu ketahui -- dan tidak pernah mempunyai maksud loba yang tersembunyi -- Allah adalah saksi --
2:6 juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang lain, sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul Kristus.
2:7 Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.
2:8 Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi.


Mat. 23:23-26

23:23 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.
23:24 Hai kamu pemimpin-pemimpin buta, nyamuk kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan.
23:25 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan.
23:26 Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih



Keadilan, Belas Kasih, dan Kesetiaan

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan mengenai peri hidup kita. Bagaimana hidup kita sering abai akan yang prinsip, namun mengejar yang permukaan, yang dangkal, dan tidak mendasar dalam hidup bersama. Sering kita gagal mencapai apa yang seharusnya kita upayakan, karena asyik dengan konsep, tampilan, dan model-model yang lahiriah namun seolah adalah segalanya. Beberapa hal yang seharusnya kita usahakan dengan baik dan seharusnya terjadi adalah;
Keadilan. Sering kita abaikan, malah meninabobokan bahwa Tuhan yang akan membalas. Tidak, ada pula manusia yang harus berbuat adil. Jangan menjadikan hidup surgawi sebagai pembenar atas perilaku tidak adil kita.
Ada pula orang dan  tindakan untuk mengabaikan keadilan karena mengedepankan prosedur. Ketika sudah sesuai prosedur, meskipun itu melanggar asal keadilan sudah dianggap benar.  Pemikiran ini masih demikian kuat dalam lingkungan hidup kita.
Termasuk egoisme juga melanggar azas keadilan. Bagaimana orang hanya mementingkan diri sendiri bisa adil bukan? Sikap adil harus dimulai dari diri sendiri dulu.
Belas kasih. Jika tidak hati-hati, kita hanya jatuh pada rasa kasihan. Kasihan itu tidak membantu, bahkan malah menjerumuskan. Contohnya, anak kecil yang selalu dibantu ini dan itu karena alasan kasihan, masih kecil, dan biar toh orang tuanya bisa, membuat mereka manja, kolokan, dan tidak belajar. Belas kasih itu kadang juga memarahi atau menghardik demi kebaikan. Ingat demi kebaikan, bukan kebiasaan.
Belas kasih itu juga termasuk melarang, bukan membiarkan apapun yang dilakukan. Itu bukan belas kasih, namun pembiaran yang sangat mungkin merusak. Umat beriman Kristiani harus memiliki sikap belas kasih, namun bukan kasihan, bukan juga kelewatan dan penuh dengan pembiaran.
Kesetiaan. Salah satu penelitian menyebutkan media sosial membuat angka perceraian dan perselingkuhan meningkat. Kesetiaan dalam keluarga menjadi kacau karena adanya media sosial. Itu kesetiaan dalam ranah keluarga. Kesetiaan pada proses dan taat azas pun kadang kita jumpai sangat minim. Bagaimana orang dengan leluasa meninggalkan komitmennya karena tergiur tawaran duniawi.
Kita bisa belajar setia pada Monika, di mana ia teguh dalam iman, mendoakan suami dan anaknya yang masih bersikukuh dengan cara berimannya yang lama. Doa ibu yang tidak kenal henti membuat semuanya indah pada akhirnya. BD. eLeSHa.

Senin, 26 Agustus 2019

Munafik, Buta, dan Penyesat


Senin Pekan Biasa XXI (H)
1 Tes. 1:2-5,8-10
Mzm. 149:1-2,3-4,5-6,9
Mat. 23:13-22



1 Tes. 1:2-5,8-10

1:2 Kami selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu semua dan menyebut kamu dalam doa kami.
1:3 Sebab kami selalu mengingat pekerjaan imanmu, usaha kasihmu dan ketekunan pengharapanmu kepada Tuhan kita Yesus Kristus di hadapan Allah dan Bapa kita.
1:4 Dan kami tahu, hai saudara-saudara yang dikasihi Allah, bahwa Ia telah memilih kamu.
1:5 Sebab Injil yang kami beritakan bukan disampaikan kepada kamu dengan kata-kata saja, tetapi juga dengan kekuatan oleh Roh Kudus dan dengan suatu kepastian yang kokoh. Memang kamu tahu, bagaimana kami bekerja di antara kamu oleh karena kamu.
1:8 Karena dari antara kamu firman Tuhan bergema bukan hanya di Makedonia dan Akhaya saja, tetapi di semua tempat telah tersiar kabar tentang imanmu kepada Allah, sehingga kami tidak usah mengatakan apa-apa tentang hal itu.
1:9 Sebab mereka sendiri berceritera tentang kami, bagaimana kami kamu sambut dan bagaimana kamu berbalik dari berhala-berhala kepada Allah untuk melayani Allah yang hidup dan yang benar,
1:10 dan untuk menantikan kedatangan Anak-Nya dari sorga, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati, yaitu Yesus, yang menyelamatkan kita dari murka yang akan datang


Mat. 23:13-22

23:13 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk.
23:14 [Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.]
23:15 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri.
23:16 Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu mengikat.
23:17 Hai kamu orang-orang bodoh dan orang-orang buta, apakah yang lebih penting, emas atau Bait Suci yang menguduskan emas itu?
23:18 Bersumpah demi mezbah, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi persembahan yang ada di atasnya, sumpah itu mengikat.
23:19 Hai kamu orang-orang buta, apakah yang lebih penting, persembahan atau mezbah yang menguduskan persembahan itu?
23:20 Karena itu barangsiapa bersumpah demi mezbah, ia bersumpah demi mezbah dan juga demi segala sesuatu yang terletak di atasnya.
23:21 Dan barangsiapa bersumpah demi Bait Suci, ia bersumpah demi Bait Suci dan juga demi Dia, yang diam di situ.
23:22 Dan barangsiapa bersumpah demi sorga, ia bersumpah demi takhta Allah dan juga demi Dia, yang bersemayam di atasnya



Munafik, Buta, dan Penyesat

Saudara terkasih, hari ini Bunda Gereja mengajak kita merenungkan firman-Nya yang menyajikan kemarahan dan kejengkelan Tuhan atas perilaku munafik, buta buta hati dan budi, dan penyesat. Merekalah yang membuat kejengkelan Yesus karena perilaku munafik yang potensial membawa orang pada keadaan yang lebih buruk. Sederhananya, munafik adalah tidak satunya kata dan perbuatan.
Munafik, sering kita berlaaku munafik, mendua, dan memiliki standart ganda. Jika menguntungkan, minimal tidak ada kerugian, adalah teman. Kala potensi merugikan atau membuat dampak buruk adalah lawan yang perlu dijauhi. Jangan salah dan menyepelekan sikap ini, karena sangat mungkin kita pun berbuat demikian terhadap Tuhan. Menjalin relasi dengan Tuhan pun dalam ranah ini, ketika perlu menjadi rajin berdoa, berziarah, dan berdevosi, novena ini dan itu, namun ketika memperoleh yang diinginkan? Lupa semua.
Sangat mungkin juga jarkoni, isa ujar ra isa nglakoni. Mengatakan yang indah-indah dalam renungan, dalam kotbah, atau sharing saat pendalaman iman atau memimpin ibadat atau Misa, namun hanya sebatas di sana. Perilakunya jauh dari harapan.
Buta, bagaimana kebutaan kita akan yang sering rohaniah, namun itu ciptaan kita. Kita bisa melihat, bagaimana hidup rohani kita, menomorsatukan Tuhan, namun abai akan keadaan sesama. Mengejar novena, namun meninggalkan Misa sebelum waktunya. Hal-hal sepele sebenarnya, namun itu adalah kebutaan hati kita melihat kasih Allah. abai akan hal yang mendasar, kepedulian kita kepada sesama dan Tuhan  demi hasrat kita sediri.
Penyesat, hati-hati, kita bisa menjadi penyesat bagi pihak lain. Ketika kita membuat aturan-aturan sendiri, ketika kita menciptakan aturan-aturan yang mempersulit umat beriman di dalam menjalin relasi kepada Tuhan. Jangan salah, kita kadang merasa diri lebih dari  yang lain, sehingga ide dan gagasan itu malah mempersulit orang lain untuk bisa beribadah dengan baik.
Saudara terkasih, kita pelu berhati-hati, setan dan iblis juga menggoda kita, mempengaruhi kita termasuk dalam hal-hal yang baik. Hal rohani sebenarnya, namun malah menjadikan kita munafik, sesat, dan bahkan buta.  Mereka paham kita sudah sadar dalam trik-trik yang buruk, dipergunakanlah yang awalnya kesalehan malah menuju kesalahan karena kita yang jatuh dalam pengaruh kuasa jahat. Jangan  terlena. BD.eLeSHa.


Minggu, 25 Agustus 2019

Keselamatan bagi Semua Orang


HARI MINGGU BIASA PEKAN XXI (H)
Yes. 66:18-21
Mzm. 117:1,2
Ib. 12:5-7,11-13
Luk. 13:22-30




Yes. 66:18-21

66:18 Aku mengenal segala perbuatan dan rancangan mereka, dan Aku datang untuk mengumpulkan segala bangsa dari semua bahasa, dan mereka itu akan datang dan melihat kemuliaan-Ku.
66:19 Aku akan menaruh tanda di tengah-tengah mereka dan akan mengutus dari antara mereka orang-orang yang terluput kepada bangsa-bangsa, yakni Tarsis, Pul dan Lud, ke Mesekh dan Rosh, ke Tubal dan Yawan, ke pulau-pulau yang jauh yang belum pernah mendengar kabar tentang Aku dan yang belum pernah melihat kemuliaan-Ku, supaya mereka memberitakan kemuliaan-Ku di antara bangsa-bangsa.
66:20 Mereka itu akan membawa semua saudaramu dari antara segala bangsa sebagai korban untuk TUHAN di atas kuda dan kereta dan di atas usungan, di atas bagal dan unta betina yang cepat, ke atas gunung-Ku yang kudus, ke Yerusalem, firman TUHAN, sama seperti orang Israel membawa korban dalam wadah yang tahir ke dalam rumah TUHAN.
66:21 Juga dari antara mereka akan Kuambil imam-imam dan orang-orang Lewi, firman TUHAN.


Ib. 12:5-7,11-13

12:5 Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;
12:6 karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."
12:7 Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?
12:11 Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.
12:12 Sebab itu kuatkanlah tangan yang lemah dan lutut yang goyah;
12:13 dan luruskanlah jalan bagi kakimu, sehingga yang pincang jangan terpelecok, tetapi menjadi sembuh.


Luk. 13:22-30

13:22 Kemudian Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem.
13:23 Dan ada seorang yang berkata kepada-Nya: "Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?"
13:24 Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.
13:25 Jika tuan rumah telah bangkit dan telah menutup pintu, kamu akan berdiri di luar dan mengetok-ngetok pintu sambil berkata: Tuan, bukakanlah kami pintu! dan Ia akan menjawab dan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang.
13:26 Maka kamu akan berkata: Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami.
13:27 Tetapi Ia akan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan!
13:28 Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi, apabila kamu akan melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar.
13:29 Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah.
13:30 Dan sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir."




Keselamatan bagi Semua Orang

Saudara terkasih, hari ini kita dengan Bunda Gereja bersama-sama merenungkan firman Tuhan mengenai pintu yang sesak dan keselamatan. Keselamatan oleh Yesus itu digambarkan sebagai melalui pintu yang sesak. Berkaitan dengan itu, pandangan manusiawi adalah betapa sedikitnya orang yang diselamatkan. Apakah demikian, atau sesederhana itu keselamatan?  Apakah Allah demikian kejam dan hanya menyelamatkan sedikit saja orang?
Keselamatan itu sejatinya untuk semua orang. Dalam bacaan Injil dikatakan akan dataang orang dari segala penjura, barat dan timur, utara dan selatan, hendak menggambarkan dari segala arah datang orang yang telah Tuhan selamatkan. Namun jangan lupa, bahwa karena orang juga memiliki kebebasan manusiawi, sering jatuh dalam pencobaan dan abai akan kasih karunia yang menyelamatkan itu.
Orang terlalu asyik dengan dunia dan tawarannya, sehingga mereka berpaling dari Allah. kita perlu datang kepada Allah, sehingga kita dikenal-Nya. Jangan sampai kita merasa cukup dikenal Allah karena kita telah dibaptis di dalam Tuhan. Benar bahwa itu adalah stempel, meterai, dan jaminan keselamatan, namun apa iya, usai itu kemudian kita hidup tidak di dalam jalan Tuhan, kog layak untuk tetap mengharapkan keselamatan?
Kita bisa analogikan dengan sederhana, jika kita telah diterima sekolah, kemudian tidak pernah belajar, tidak pernah lagi masuk sekolah, apa iya kita berharap bisa naik kelas atau memperoleh ijazah. Atau kita telah diterima bekerja, namun tidak pernah datang untuk melakukan kewajiban kita, kemudian kita tetap berharap mendapatkan gaji sebagaimana mestinya? Jelas tidak akan. Benar bahwa Allah tidak seperti manusia, namun pendekatan ini mewakili, mendekati, dan memberikan gambaran jelas bahwa kita tetap perlu berusaha untuk menjawab tawaran kasih keselamatan itu selayaknya.
Keadilan bagi sesama, bagaimana iya Tuhan berlaku dengan tidak adil. Apa iya adil jika orang yang setia, tekun di dalam kasih satu sama lain dan mengasihi Tuhan kemudian dipersamakan dengan orang yang hidupnya tidak karu-karuan, berdiri angkuh di hadapan Tuhan dan sesama, melakukan segala apa yang Tuhan larang? Mana mungkin Tuhan Allah Mahaadil berlaku tidak adil, atau sebaliknya memberikan anugerah pada orang yang mengingkari-Nya?
Saudara terkasih, Tuhan sudah menyediakan pintu, dan kita diajak mengupayakan memasukinya, meskipun itu sesak. Tuhan menghendaki kita untuk berlomba-lomba di dalam perbuatan kasih kepada-Nya dan kepada sesama sebagai jawaban atas kasih karunia-Nya. BD.eLeSHa.