Senin, 15 April 2019

Konsekuensi atas Percaya


Kamis Pekan V Prapaskah (U)
Kej. 17:3-9
Mzm.105:4-5,6-7,8-9
Yoh. 8:51-59




Kej. 17:3-9

17:3 Lalu sujudlah Abram, dan Allah berfirman kepadanya:
17:4 "Dari pihak-Ku, inilah perjanjian-Ku dengan engkau: Engkau akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa.
17:5 Karena itu namamu bukan lagi Abram, melainkan Abraham, karena engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa.
17:6 Aku akan membuat engkau beranak cucu sangat banyak; engkau akan Kubuat menjadi bangsa-bangsa, dan dari padamu akan berasal raja-raja.
17:7 Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu.
17:8 Kepadamu dan kepada keturunanmu akan Kuberikan negeri ini yang kaudiami sebagai orang asing, yakni seluruh tanah Kanaan akan Kuberikan menjadi milikmu untuk selama-lamanya; dan Aku akan menjadi Allah mereka."
17:9 Lagi firman Allah kepada Abraham: "Dari pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku, engkau dan keturunanmu turun-temurun.

Yoh. 8:51-59

8:51 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya."
8:52 Kata orang-orang Yahudi kepada-Nya: "Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan. Sebab Abraham telah mati dan demikian juga nabi-nabi, namun Engkau berkata: Barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.
8:53 Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kita Abraham, yang telah mati! Nabi-nabi pun telah mati; dengan siapakah Engkau samakan diri-Mu?"
8:54 Jawab Yesus: "Jikalau Aku memuliakan diri-Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku itu sedikit pun tidak ada artinya. Bapa-Kulah yang memuliakan Aku, tentang siapa kamu berkata: Dia adalah Allah kami,
8:55 padahal kamu tidak mengenal Dia, tetapi Aku mengenal Dia. Dan jika Aku berkata: Aku tidak mengenal Dia, maka Aku adalah pendusta, sama seperti kamu, tetapi Aku mengenal Dia dan Aku menuruti firman-Nya.
8:56 Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita."
8:57 Maka kata orang-orang Yahudi itu kepada-Nya: "Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?"
8:58 Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada."
8:59 Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah.



Konsekuensi atas Percaya

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan jati diri Yesus Yang Sejati berhadapan dengan ketegaran hati orang Yahudi. Cukup menarik mereka yang bersikukuh dengan pemahaman, pengenalan, dan keyakinan mereka sendiri. Apapun yang Yesus katakan tidak bisa mereka pahami, dengarkan, dan menjadi bekal yang penting di dalam mengenal siapa Yesus itu.
Kesaksian Yesus bukan hanya kesaksian abal-abal, namun apa yang IA nyatakan itu kesaksian di dalam Allah Bapa-Nya. Buah dari itu semua adalah kehidupan abadi dan kekal. Orang-orang  Yahudi memilih tetap percaya dengan apa yang mereka yakini selama ini, tanpa mau sedikit saja berpaling untuk bisa melihat rencana Allah yang disampaikan oleh para nabi sebelum Yesus. Dalam ha ini adalah Abraham.
Mereka malah mempertawakan Yesus yang mereka katakan belum juga genap 50 tahun namun merasa sudah berjumpa dengan Abraham yang telah sekian puluh generasi. Pada dasarnya yang penting adalah iman, bukan semata kronologis waktu yang demikian ketat. Siapa Yesus bukan dilihat waktu mereka bersama itu.
Saudara terkasih, sering kita terlalu percaya pada kemampuan otak kita sendiri. Pemahaman kita karena apa yang kita capai sendiri. Keras kepala dan hati yang mengeras tanpa mau mendengarkan kata orang, nurani, dan akhirnya Tuhan pun tersingkirkan. Egoisme dan perasaan serba tahu sangat menyesatkan.
Tuhan pun akan kalah dan tidak ada tempat lagi untuk memberikan nasihat, teguran, pelajaran, dan pemahaman yang lebih tepat dan benar. Inilah fungsi dan peran iman. Di dalam sana ada yang menggerakan untuk mendengarkan Tuhan. Percaya pada penyelenggaraan Ilahi di atas segalanya. Membuka hati untuk Tuhan merajai nurani kita. Ini sangat penting dan sangat memberikan rupa hidup manusiawi kita.
Hidup kita sering diombang-ambigkan dunia. Mengapa demikian? Karena kita memilih dengan bergaul bersama dunia daripada memilih Yesus, yang tidak jarang memang lebih sulit dan susah untuk berbuat apa saja. Jalan kuasa jahat memang menggoda. Dan itu sering bertentangan dengan ajakan dan kehendak Tuhan. Pengenalan Tuhan pun dibantah dan dinafikan.BD.eLeSHa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar