Minggu, 21 April 2019

Jumat Agung, Sengsara Tuhan



HARI JUMAT AGUNG (M)
Upacara Sengsara Tuhan



Jumat Agung, Sengsara Tuhan

Saudara terkasih, hari ini kita merayakan Jumat Agung. Beberapa hal istimewa dari Jumat Agung adalah, hari di mana Gereja Katolik tidak ada Misa, yang ada adalah ibadat jalan salib, atau ibdadat pengenangan wafat Tuhan dengan pengormatan salib dan penerimaan komuni kudus.
Keheningan paling mendalam dalam keseluruhan liturgi Gereja karena mengenangkan sengara dan wafat, suasana duka, berkabung, dan prihatin. Ditunjukkan dengan berbagai simbolisasi, pengurangan lagu yang megah dan meriah, seminimal mungkin penggunaan alat musik, dan kesenyapan ketika imam dan petugas liturgi memasuki gereja atau tempat ibadat lain.
Salib itu harus dilalui, kemegahan dan suka cita itu harus juga melewati kondisi yang tidak enak, jika kita menghadapi hal demikian, kita tidak sendirian. Tuhan Yesus pun mengalami dan menjalani itu semua dengan konsekuen. Yesus memasuki alam maut, memasuki kubur, dan mati betulan.
Saudara terkasih, konsekuensi dosa, kejahatan, dan kesalahan manusiawi adalah kematian atau maut. Orang yang mengingkari Allah akan terpisah dari kasih abadi dan ada dalam kematian kekal. Tuhan mengalahkan kematian itu untuk mengalahkannya dengan kebangkitan pada Minggu Paskah. Kehendak demi kasih-Nya yang demikian besar Tuhan Yesus memasuki alam maut, kematian yang IA alami adalah pilihan untuk menyelamatkan anak-anak-Nya yang memilih jalan sesat.
Sering dalam media televisi, pemutaran film The Passion of Christ, ada penggambaran filmografis yang sangat mengesan bagi saya, berkali ulang nonton, masih saja saya merasa tersentuh. Ketika Yesus dianiaya, menderita, dan ada gambaran setan berupa anak kecil dalam gendongan yang tertawa mengejek. Dalam renungan saya, tuh lihat, Yesus Kamu menderita demikian, toh mereka tetap memilih aku, iblis.
Setiap apa yang kita lakukan dengan mengingkari kasih adalah menambah luka dan siksaan bagi Yesus. Ketika kita memilih untuk diam saja atas kejahatan dan keburukan merajalela, di sana kita juga ikut menyambuk dan menyiksa Yesus.
Yesus yang menderita demi kita, toh masih saja kita tambahi dengan pilihan-pilihan kita yang seenaknya sendiri. Perbuatan kita yang menyakiti, merasa diri paling benar, menuding sana-sini sebagai pelaku kejahatan, provokasi keburukan, penyembunyian data dan kebenaran, itu juga menyakiti, menyiksa, dan turut mendera Yesus.BD.eLeSHa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar