HARI
JUMAT AGUNG (M)
Upacara
Sengsara Tuhan
Jumat
Agung, Sengsara Tuhan
Saudara terkasih, hari ini kita merayakan Jumat
Agung. Beberapa hal istimewa dari Jumat Agung adalah, hari di mana Gereja
Katolik tidak ada Misa, yang ada adalah ibadat jalan salib, atau ibdadat
pengenangan wafat Tuhan dengan pengormatan salib dan penerimaan komuni kudus.
Keheningan paling mendalam dalam keseluruhan
liturgi Gereja karena mengenangkan sengara dan wafat, suasana duka, berkabung,
dan prihatin. Ditunjukkan dengan berbagai simbolisasi, pengurangan lagu yang
megah dan meriah, seminimal mungkin penggunaan alat musik, dan kesenyapan
ketika imam dan petugas liturgi memasuki gereja atau tempat ibadat lain.
Salib itu harus dilalui, kemegahan dan suka cita
itu harus juga melewati kondisi yang tidak enak, jika kita menghadapi hal
demikian, kita tidak sendirian. Tuhan Yesus pun mengalami dan menjalani itu
semua dengan konsekuen. Yesus memasuki alam maut, memasuki kubur, dan mati
betulan.
Saudara terkasih, konsekuensi dosa, kejahatan, dan
kesalahan manusiawi adalah kematian atau maut. Orang yang mengingkari Allah
akan terpisah dari kasih abadi dan ada dalam kematian kekal. Tuhan mengalahkan
kematian itu untuk mengalahkannya dengan kebangkitan pada Minggu Paskah.
Kehendak demi kasih-Nya yang demikian besar Tuhan Yesus memasuki alam maut,
kematian yang IA alami adalah pilihan untuk menyelamatkan anak-anak-Nya yang
memilih jalan sesat.
Sering dalam media televisi, pemutaran film The Passion of Christ, ada penggambaran
filmografis yang sangat mengesan bagi saya, berkali ulang nonton, masih saja
saya merasa tersentuh. Ketika Yesus dianiaya, menderita, dan ada gambaran setan
berupa anak kecil dalam gendongan yang tertawa mengejek. Dalam renungan saya,
tuh lihat, Yesus Kamu menderita demikian, toh mereka tetap memilih aku, iblis.
Setiap apa yang kita lakukan dengan mengingkari
kasih adalah menambah luka dan siksaan bagi Yesus. Ketika kita memilih untuk
diam saja atas kejahatan dan keburukan merajalela, di sana kita juga ikut
menyambuk dan menyiksa Yesus.
Yesus yang menderita demi kita, toh masih saja kita
tambahi dengan pilihan-pilihan kita yang seenaknya sendiri. Perbuatan kita yang
menyakiti, merasa diri paling benar, menuding sana-sini sebagai pelaku
kejahatan, provokasi keburukan, penyembunyian data dan kebenaran, itu juga menyakiti,
menyiksa, dan turut mendera Yesus.BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar