Minggu, 21 April 2019

Kebangkitan Tuhan itu Hidup Kita


MALAM PASKAH (P)

Kebangkitan Tuhan itu Hidup Kita

Saudara terkasih, hari ini kita merayakan Malam Paskah, malam kebangkitan Tuhan. Kebangkitan yang mengatasi maut, kematian yang tidak semata bangkit dari kubur namun membawa konsekuensi keselamatan sejati dan kekal bagi kita. Liturgi paling kompleks dan rumit, bacaan yang demikian banyak dan panjang, sangat wajar sebagai puncak tahun liturgi Gereja.
Perayaan Malam Paskah dimulai dengan kegelapan dan upacara cahaya, di mana lilin Paskah diarak ke dalam gedung gereja yang gelap gulita. Simbolisasi Terang Sejati yang telah mengalahkan kegelapan dan maut. Maut telah dikalahkan dengan kematian Yesus. Kita sebagai anak-anak-Nya tidak akan dibiarkan dalam kekuasaan maut. Kita diselamatkan dengan pengorbanan Yesus. Kematian-Nya demi hidup abadi kita semua.
Bacaan-bacaan yang panjang dan banyak, mengajak kita merenungkan, bahwa karya keselamatan Allah telah dimulai bahkan sejak Perjanjian Lama, sejak pertama kali penciptaan. Kisah penciptaan yang menitikberatkan pada semua itu baik adanya. Tidak ada keburukan yang berasal dari Allah.
Bacaan berikutnya yang wajib ada adalah kisah keluaran dari perbudakan Mesir. Itu adalah juga simbolisasi kasih Allah yang tidak pernah berubah. Apapun perilaku manusia tidak berpengaruh pada wujud kasih-Nya yang tetap sama.
Liturgi baptis, idealnya ada pembaptisan baru, inisiasi anggota baru ke dalam pangkuan Gereja, namun alasan pastoral,  biasanya kegiatan baptisan baru dilakukan sebelum  perayaan Malam Paskah. Namun ada kegiatan atau liturgi baptis, di mana umat diajak untuk kembali memperbarui janji baptis. Di sana kita diingatkan konsekuensi keselamatan itu tidak serta merta begitu saja, namun ada syarat yang harus dipenuhi, ada batasan-batasan di mana kita tidak boleh berlaku seenaknya sendiri karena merasa sudah mendapatkan jaminan keselamatan. Jika demikian bukan iman namanya.
Pewahyuan, kedatangan Tuhan, tawaran keselamatan itu perlu jawaban dalam perilaku kita, yaitu iman. Iman sebagai  tanggapan atas kasih Allah. Jika kasih-Nya kita lewatkan, jawaban kita adalah penolakan, ya tidak akan ada keselamatan, jatah kita lewat. Allah kita Mahabaik, Mahacinta, dan dari sana IA memberikan kebebasan kepada kita, termasuk untuk berdosa dan memilih jalan yang berbeda.
Lihat, betapa Tuhan itu baik, bukan jahat, apalagi kejam dan tidak mengenal belas kasihan. Ia memberikan kebebasan penuh, tidak setengah-setengah, kebebasan manusiawi tidak direnggut atas nama kasih-Nya. Kita dapat membayangkan sebagai orang tua, apakah berani membebaskan anak-anak kita untuk termasuk melupakan kita? Tidak bukan? Tuhan adalah Kasih itu nyata. Tuhan kita Mahakasih dan Mahasempurna.
Selamat Paskah, Tuhan Bangkit, dan kita hidup. BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar