Kamis
Pekan Biasa VII (H)
Sir.
5:1-8
Mzm.
1:1-2,3,4,6
Mrk.
9:41-50
Sir.
5:1-8
5:1 Jangan mengandalkan
kekayaanmu, dan jangan berkata: "Ini cukup bagiku."
5:2 Hati dan kekuatanmu
jangan kauturut untuk berlaku sesuai dengan hawa nafsu hatimu.
5:3 Jangan berkata:
"Siapa berkuasa atas diriku?" Memang Tuhan akan menghukum engkau
dengan keras.
5:4 jangan berkata:
"Betul, aku sudah berdosa, tetapi apakah menimpa diriku? Sebab Tuhan
panjang hati."
5:5 Jangan menyangka
pengampunan terjamin, sehingga engkau menimbun dosa demi dosa.
5:6 Jangan berkata:
"Memang belas kasihan-Nya besar, dosaku yang banyak ini pasti
diampuni-Nya." Sebab baik belas kasihan maupun kemurkaan ada pada Tuhan,
dan geram-Nya turun atas orang jahat.
5:7 Jangan menunda-nunda
berbalik kepada Tuhan, jangan kautangguhkan dari hari ke hari. Sebab tiba-tiba
meletuslah kemurkaan Tuhan, dan pada saat hukuman engkau dihancurkan.
5:8 Jangan percaya pada harta
benda yang diperoleh dengan tidak adil, sebab tidak berguna sedikitpun pada
hari sial.
Mrk.
9:41-50
9:41 Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu
adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya."
9:42 "Barangsiapa
menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik
baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke
dalam laut.
9:43 Dan jika tanganmu
menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup
dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam
neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan;
9:44 [di tempat itu ulatnya
tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.]
9:45 Dan jika kakimu
menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup
dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka;
9:46 [di tempat itu ulatnya
tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.]
9:47 Dan jika matamu
menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam
Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke
dalam neraka,
9:48 di mana ulat-ulat
bangkai tidak mati dan api tidak padam.
9:49 Karena setiap orang akan
digarami dengan api.
9:50 Garam memang baik,
tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah
kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang
dengan yang lain."
Berdamai
yang Seorang dengan yang Lain
Saudara terkasih, hari ini Bunda Gereja mengajak
kita merenungkan firman-Nya yang berbicara mengenai hidup untuk berdamai satu
sama lain. Nasihat baik, bijak, dan
kontekstual sebagai bagian bangsa dan Gereja Indonesia. Apalagi jika kita ingat
sabda Tuhan kemarin yang berbicara mengenai mudahnya memangdang pihak lain
sebagai liyan, ada benih-benih untuk
mudah terpisahkan.
Terpisah dan terkotak-kotak akan menjadi hidup
tidak damai. Hal yang terjadi bukan dalam hidup sehari-hari kita. Di mana kita
dengan mudah menuding dan mendakwa pihak lain sebagai musuh. Bagaimana hidup
demikian bisa menjadi damai apalagi berkat bagi sesama? Di tengah dunia yang
demikian hidup. Itu fakta yang tak terbantahkan.
Tuhan
mengajak anak-anak-Nya, kita ini untuk tetap bertekun sehingga bak garam
yang tidak pernah kehilangan asinnya. Bagaimana mengembalikan garam yang telah
hambar dan kehilangan asinnya? Sebagai anak-anak Tuhan kita patut untuk selalu
menjaga kualitas, asinnya garam, dan aspek manfaat dari hidup kita. Asin jelas
adalah kualitas, pembeda, dan manfaat dari garam.
Kualitas kita sebagai anak-anak Allah adalah hidup
dengan kasih melimpah. Kasih yang bukan karena takut akan api neraka, siksa
neraka, dan seterusnya. Itu bisa bagi iman kanak-kanak, jika iman yang dewasa
itu semua bukan menjadi pendorong dan penyebab berbuat baik dan melakukan
kebaikan dan kasih kepada sesama. Ancaman dan ketakutan itu bagi anak-anak dan
kanak-kanak perlu tumbuh berkembang.
Tuhan itu Mahakasih, bukan penghukum, lihat
bagaimana kata pembuka dalam bacaan ini, perbuatan sederhana untuk minum saja
sudah membawa berkat berlimpah lho. Artinya kasih Tuhan itu yang utama. Peringatan
untuk hati-hati saja gambaran ngeri neraka itu sebenarnya. bukan ketakutan yang
hendak diajarkan Tuhan, namun bahwa kita perlu berbuat kasih dengan segala daya
dan upaya kita. Jika minum saja sudah memberikan berkat, apalagi jika melakukan
yang lebih besar, tentu Tuhan akan memberikan yang jauh lebih lagi.
Konsekuensilogis atas kasih dan kebaikan Tuhan yang
telah kita terima, pun juga atas perilaku kita, jika kita masuk ke dunia orang
mati, jika kita kehilangan kualitas kita, bak garam kehilangan asinnya. Marilah
kita menjaga untuk mampu tetap dengan hati yang penuh kasih karunia. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar