Jumat
Pekan Biasa VII (H)
Sir.
6:5-17
Mzm.
119:12,16,18,27,34,35
Mrk.
10:1-12
Sir.
6:5-17
6:5 Tenggorokan yang manis
mendapat banyak sahabat, dan keramahan diperbanyak oleh lidah yang manis
lembut.
6:6 Mudah-mudahan orang yang
damai denganmu banyak adanya, tetapi hanya satu dari seribu hendaknya menjadi
penasehatmu.
6:7 Jika engkau mau mendapat
sahabat, kajilah dia dahulu, dan jangan segera percaya padanya.
6:8 Sebab ada orang yang
bersahabat hanya menurut ketikanya sendiri, tetapi pada hari kesukaranmu tidak
bertahan.
6:9 Ada juga sahabat yang
berubah menjadi musuh, lalu menceritakan persengketaan untuk menistakan dikau.
6:10 Ada lagi sahabat yang
ikut serta dalam perjamuan makan, tapi tidak bertahan pada hari kesukaranmu.
6:11 Pada waktu engkau
sejahtera ia adalah seperti engkau sendiri dan lancang berbicara dengan seisi
rumahmu.
6:12 Tetapi bila engkau
mundur maka ia berbalik melawan dikau serta menyembunyikan diri terhadapmu.
6:13 Jauhkanlah diri dari
para musuhmu, tetapi berhati-hatilah terhadap para sahabatmu.
6:14 Sahabat setiawan
merupakan perlindungan yang kokoh, barangsiapa menemukan orang serupa itu
sungguh mendapat harta.
6:15 Sahabat setiawan tiada
ternilai, dan harganya tidak ada tertimbang.
6:16 Sahabat setiawan adalah
obat kehidupan, orang yang takut akan Tuhan memperolehnya.
6:17 Orang yang takut akan
Tuhan memelihara persahabatan dengan lurus hati, sebab seperti ia sendiri
demikianpun temannya.
Mrk.
10:1-12
10:1 Dari situ Yesus
berangkat ke daerah Yudea dan ke daerah seberang sungai Yordan dan di situ pun
orang banyak datang mengerumuni Dia; dan seperti biasa Ia mengajar mereka pula.
10:2 Maka datanglah
orang-orang Farisi, dan untuk mencobai Yesus mereka bertanya kepada-Nya:
"Apakah seorang suami diperbolehkan menceraikan isterinya?"
10:3 Tetapi jawab-Nya kepada
mereka: "Apa perintah Musa kepada kamu?"
10:4 Jawab mereka: "Musa
memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat cerai."
10:5 Lalu kata Yesus kepada
mereka: "Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa menuliskan perintah
ini untuk kamu.
10:6 Sebab pada awal dunia,
Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan,
10:7 sebab itu laki-laki akan
meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya,
10:8 sehingga keduanya itu
menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.
10:9 Karena itu, apa yang
telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."
10:10 Ketika mereka sudah di
rumah, murid-murid itu bertanya pula kepada Yesus tentang hal itu.
10:11 Lalu kata-Nya kepada
mereka: "Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan perempuan
lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu.
10:12 Dan jika si isteri
menceraikan suaminya dan kawin dengan laki-laki lain, ia berbuat zinah."
Apa
yang Dipersatukan Allah, Jangan Diceraikan Manusia
Saudara terkasih, hari ini kita merenungkan firman
Tuhan yang berbicara mengenai perceraian. Hal yang sangat demikian biasa dan
seolah wajar dalam dunia yang semakin tua ini. Lahirlah istilah pebinor, pengambil bini orang dan pelakor, pengambil laki orang. Dunia
yang makin renta ini tidak hanya laki-laki yang mengambil istri orang, namun
juga perempuan menghendaki dan mengambil suami orang.
Kemudahan alat komunikasi, sehingga orang bisa
sangat personal, bahkan amat sangat personal di dalam berbincang,
berkomunikasi, dan menjalin relasi. Tembok dan dinding tembus oleh yang namanya
signal. Beberapa hari lalu, ada seorang suami yang marah karena kata sandi smarphone istrinya dikunci, padahal ia
hamil tua. Dibelahlah istrinya demi melampiaskan kemarahan. Hanya karena curiga
istrinya ada apa-apa dengan laki-laki lain. Media komunikasi yang digunakan
tidak semestinya.
Kedua, media sosial yang tidak dibarengi dengan etika
yang memadai, maka malah ada beberapa kota meningkat angka perceraian karena
pemakaian media sosial. Media sosial malah menjadi media soksial, di mana bukan
berteman, namun malah menjadi sial, dan terjadilah
yang namanya selingkuh dan menjalin relasi eksklusif yang berlebihan.
Ketiga, pemberitaan masif soal peselingkuhan dan
selingkuh ini, di mana orang merasa tenar meskipun cemar bukan menjadi masalah
dan pertimbangan. Mereka kadang malah bangga dan merasa hebat jika melakukan
perselisihan di dalam keluarga mereka. Lagi-lagi karena soal viral dan tenar.
Keempat, penghargaan di dalam berkeluarga dan
pandangan terhadap keluarga mulai luntur, dengan alasan bosan, sudah tidak ada
kecocokan, tidak lagi saling mencintai, dan sejenisnya menjadikannya bercerai
dan berpisah. Hal ini berkaitan dengan
point berikut.
Kelima, persiapan perkawinan yang berdasarkan
emosional semata, cinta atau kasih yang bergelora, namun karena emosional
semata, tanpa pertimbangan rasional, akhirnya cintanya bisa luntur dan habis. Ini
juga berkaitan dengan poin berikut.
Keenam, perlunya pendalaman atau katekese persiapan
perkawinan, beberapa cenderung hanya sekadar formalitas, kadang telanjur hamil,
sehingga tergesa dan berakhir pada perceraian. Hal ini makin menggejala.
Saudara terkasih, Yesus mengajarkan, bagaimana
keluarga itu, pernikahan itu adalah sakramen, dua pribadi menjadi satu di mana
tidak boleh diceraikan manusia, karena yang menyatukan adalah Allah. keegoisan
manusiawi, sebagaimana kata Yesus menjawab orang Farisi yang mengatakan Musa
memperbolehkan perceraian. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar