Sabtu, 02 Maret 2019

Antusiasme Anak



Sabtu Pekan Biasa VII (H)
Sir. 17:1-15
Mzm. 103:13-14,15-16,17-18
Mrk. 10:13-16



Sir. 17:1-15

17:1 Manusia diciptakan Tuhan dari tanah, dan ke sana akan dikembalikan juga.
17:2 Ia menganugerahkan kepadanya sejumlah hari dan jangka, dan memberinya kuasa atas segala sesuatunya di bumi.
17:3 Kepadanya dikenakan kekuatan yang serupa dengan kekuatan Tuhan sendiri dan menurut gambar Allah dijadikan-Nya.
17:4 Di dalam segala makhluk yang hidup Tuhan menaruh ketakutan kepada manusia, agar manusia merajai binatang dan unggas.
17:6 Lidah, mata dan telinga dibentuk-Nya, dan manusia diberi-Nya hati untuk berpikir.
17:7 Tuhan memenuhi manusia dengan pengetahuan yang arif, dan menunjukkan kepadanya apa yang baik dan apa yang jahat.
17:8 Ia menanamkan mata-Nya sendiri di dalam hati manusia untuk menyatakan kepadanya keagungan pekerjaan Tuhan.
17:10 Maka manusia mesti memuji nama Tuhan yang kudus untuk mewartakan pekerjaan-Nya yang agung.
17:11 Tuhan telah mengaruniai manusia pengetahuan lagi dengan memberi mereka hukum kehidupan menjadi milik pusaka.
17:12 Perjanjian kekal diikat-Nya dengan mereka, dan segala hukum-Nya dipermaklumkan-Nya kepadanya.
17:13 Mata mereka telah melihat kemuliaan Tuhan yang agung, dan suara-Nya yang dahsyat telah didengar telinga mereka.
17:14 Ia berkata kepada mereka: "Jauhilah setiap kelaliman," dan masing-masing diberi-Nya perintah mengenai sesamanya.
17:15 Langkah laku manusia selalu terbentang di hadapan Tuhan, dan tak tersembunyi bagi mata-Nya


Mrk. 10:13-16

10:13 Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu.
10:14 Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.
10:15 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya."
10:16 Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka



Antusiasme Anak

Saudara terkasih, hari ini kita bersam Bunda Gereja merenungkan firman Tuhan mengenai sikap seorang anak di hadapan Allah. Yesus  menyatakan jika Kerajaan Allah itu akan diperoleh jika berlaku seperti anak-anak. Apa sajakah yang perlu kita lakukan?
Ketika merenungkan bacaan hari ini, jadi ingat ketika ada bom Surabaya beberapa bulan lalu, ada dua anak kecil yang berlari-lari karena abangnya mau persiapan untuk menjadi misdinar, adiknya mengikuti dengan berlari juga. Namun ada juga dua anak pembawa peledak yang lari pula. Dan mereka berempat meninggal karenanya. Tentu bukan konteks berbicara pembom atau anaknya, namun bagaimana antusias kanak-kanak karena mau menjadi misdinar itu.  Coba  kita renungkan kapan terakhir bersungguh-sungguh dan berlari-lari ke gereja atau ikut merayakan sakramen dengan suka cita, penuh kerinduan, dan antusias?
Kita, sebagai pribadi dewasa sering merasa ke gereja karena kewajiban, tuntutan ini dan itu, benar atau salah, dan tetek bengek yang di luar konteks menjalin relasi, atau karena kasih Allah yang demikian besar.
Merasa liturginya bertele-tele, kotbah rama yang membosankan, dan seterusnya. Padahal kehadiran Allah di dalam doa dan ibadat jauh lebih penting. Namun kita cenderung lebih berpikir secara egoisme kita sendiri. Berdoa pun karena adanya kepentingan, karena hendak memohon ini dan itu. Antusias dan semangat, penuh kerinduan, atau malah semata rutinitas, dan malah masih disambi main gadget?
Kesiapsediaan anak-anak untuk bergantung sepenuhnya pada Allah dan  Penyelenggaraan Ilahi menjadi pembeda, sikap kanak-kanak dan orang dewasa. Kemauan berserah tanpa pamrih, tanpa banyak pertimbangan, ini menjadi penting dan berbeda. Kehendak kuat untuk mengandalkan Tuhan semata. Namun apa yang terjadi? Kita sering mengandalkan diri sendiri, kemampuan, teknologi, dan abai akan kuasa Allah yang demikian besar.
Kemajuan teknologi namun abai etika dan melupakan Tuhan sering menjadi gaya hidup manusia modern. Dan di sinilah kisah dan firman Tuhan mendapatkan kontekstualisasinya. Apakah    kita sebagai anak-anak Allah dan murid Yesus memilih cara yang sama dengan dunia?
Di sinilah bedanya anak Tuhan dan anak dunia.  Mengandalkan Tuhan semata dalam segala suasana.BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar