Sabtu
Pekan Biasa VII (H)
Sir.
17:1-15
Mzm.
103:13-14,15-16,17-18
Mrk.
10:13-16
Sir.
17:1-15
17:1 Manusia diciptakan Tuhan
dari tanah, dan ke sana akan dikembalikan juga.
17:2 Ia menganugerahkan
kepadanya sejumlah hari dan jangka, dan memberinya kuasa atas segala sesuatunya
di bumi.
17:3 Kepadanya dikenakan
kekuatan yang serupa dengan kekuatan Tuhan sendiri dan menurut gambar Allah
dijadikan-Nya.
17:4 Di dalam segala makhluk
yang hidup Tuhan menaruh ketakutan kepada manusia, agar manusia merajai
binatang dan unggas.
17:6 Lidah, mata dan telinga
dibentuk-Nya, dan manusia diberi-Nya hati untuk berpikir.
17:7 Tuhan memenuhi manusia
dengan pengetahuan yang arif, dan menunjukkan kepadanya apa yang baik dan apa
yang jahat.
17:8 Ia menanamkan mata-Nya
sendiri di dalam hati manusia untuk menyatakan kepadanya keagungan pekerjaan
Tuhan.
17:10 Maka manusia mesti
memuji nama Tuhan yang kudus untuk mewartakan pekerjaan-Nya yang agung.
17:11 Tuhan telah mengaruniai
manusia pengetahuan lagi dengan memberi mereka hukum kehidupan menjadi milik
pusaka.
17:12 Perjanjian kekal
diikat-Nya dengan mereka, dan segala hukum-Nya dipermaklumkan-Nya kepadanya.
17:13 Mata mereka telah
melihat kemuliaan Tuhan yang agung, dan suara-Nya yang dahsyat telah didengar
telinga mereka.
17:14 Ia berkata kepada
mereka: "Jauhilah setiap kelaliman," dan masing-masing diberi-Nya
perintah mengenai sesamanya.
17:15 Langkah laku manusia
selalu terbentang di hadapan Tuhan, dan tak tersembunyi bagi mata-Nya
Mrk.
10:13-16
10:13 Lalu orang membawa
anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi
murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu.
10:14 Ketika Yesus melihat
hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: "Biarkan anak-anak itu datang
kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti
itulah yang empunya Kerajaan Allah.
10:15 Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak
kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya."
10:16 Lalu Ia memeluk
anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka
Antusiasme
Anak
Saudara terkasih, hari ini kita bersam Bunda Gereja
merenungkan firman Tuhan mengenai sikap seorang anak di hadapan Allah. Yesus menyatakan jika Kerajaan Allah itu akan
diperoleh jika berlaku seperti anak-anak. Apa sajakah yang perlu kita lakukan?
Ketika merenungkan bacaan hari ini, jadi ingat
ketika ada bom Surabaya beberapa bulan lalu, ada dua anak kecil yang
berlari-lari karena abangnya mau persiapan untuk menjadi misdinar, adiknya
mengikuti dengan berlari juga. Namun ada juga dua anak pembawa peledak yang
lari pula. Dan mereka berempat meninggal karenanya. Tentu bukan konteks
berbicara pembom atau anaknya, namun bagaimana antusias kanak-kanak karena mau
menjadi misdinar itu. Coba kita renungkan kapan terakhir
bersungguh-sungguh dan berlari-lari ke gereja atau ikut merayakan sakramen
dengan suka cita, penuh kerinduan, dan antusias?
Kita, sebagai pribadi dewasa sering merasa ke
gereja karena kewajiban, tuntutan ini dan itu, benar atau salah, dan tetek
bengek yang di luar konteks menjalin relasi, atau karena kasih Allah yang
demikian besar.
Merasa liturginya bertele-tele, kotbah rama yang
membosankan, dan seterusnya. Padahal kehadiran Allah di dalam doa dan ibadat
jauh lebih penting. Namun kita cenderung lebih berpikir secara egoisme kita
sendiri. Berdoa pun karena adanya kepentingan, karena hendak memohon ini dan
itu. Antusias dan semangat, penuh kerinduan, atau malah semata rutinitas, dan
malah masih disambi main gadget?
Kesiapsediaan anak-anak untuk bergantung sepenuhnya
pada Allah dan Penyelenggaraan Ilahi
menjadi pembeda, sikap kanak-kanak dan orang dewasa. Kemauan berserah tanpa
pamrih, tanpa banyak pertimbangan, ini menjadi penting dan berbeda. Kehendak kuat
untuk mengandalkan Tuhan semata. Namun apa yang terjadi? Kita sering
mengandalkan diri sendiri, kemampuan, teknologi, dan abai akan kuasa Allah yang
demikian besar.
Kemajuan teknologi namun abai etika dan melupakan
Tuhan sering menjadi gaya hidup manusia modern. Dan di sinilah kisah dan firman
Tuhan mendapatkan kontekstualisasinya. Apakah kita sebagai anak-anak Allah dan murid Yesus
memilih cara yang sama dengan dunia?
Di sinilah bedanya anak Tuhan dan anak dunia. Mengandalkan Tuhan semata dalam segala
suasana.BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar