Jumat, 15 Maret 2019

Kasihi Tuhan dan Kasihi Sesama


Jumat Pekan I Prapaskah (U)
Yeh. 18:21-28
Mzm. 130:1-2,3-4ab,4c-6,7-8
Mat. 5:20-26




Yeh. 18:21-28

18:21 Tetapi jikalau orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya dan berpegang pada segala ketetapan-Ku serta melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup, ia tidak akan mati.
18:22 Segala durhaka yang dibuatnya tidak akan diingat-ingat lagi terhadap dia; ia akan hidup karena kebenaran yang dilakukannya.
18:23 Apakah Aku berkenan kepada kematian orang fasik? demikianlah firman Tuhan ALLAH. Bukankah kepada pertobatannya supaya ia hidup?
18:24 Jikalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kecurangan seperti segala kekejian yang dilakukan oleh orang fasik -- apakah ia akan hidup? Segala kebenaran yang dilakukannya tidak akan diingat-ingat lagi. Ia harus mati karena ia berobah setia dan karena dosa yang dilakukannya.
18:25 Tetapi kamu berkata: Tindakan Tuhan tidak tepat! Dengarlah dulu, hai kaum Israel, apakah tindakan-Ku yang tidak tepat ataukah tindakanmu yang tidak tepat?
18:26 Kalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kecurangan sehingga ia mati, ia harus mati karena kecurangan yang dilakukannya.
18:27 Sebaliknya, kalau orang fasik bertobat dari kefasikan yang dilakukannya dan ia melakukan keadilan dan kebenaran, ia akan menyelamatkan nyawanya.
18:28 Ia insaf dan bertobat dari segala durhaka yang dibuatnya, ia pasti hidup, ia tidak akan mati



Mat. 5:20-26

5:20 Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
5:21 Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum.
5:22 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.
5:23 Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau,
5:24 tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.
5:25 Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara.
5:26 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas



Kasihi Tuhan dan Kasihi Sesama

Saudara terkasih, hari ini Bunda Gereja mengajak kita untuk merenungkan mengenai relasi kita terhadap Tuhan dan sesama. Bagaimana relasi kepada Tuhan dan sesama itu harus seimbang, sama baik, dan perlu keduanya terjalin dengan positif.
Sering kita mendengar, demi Tuhan atau atas nama Tuhan namun menindas sesamanya. Atas nama Tuhan namun malah menjelek-jelekan orang lain, bahkan ada yang membunuh sesama atas nama Tuhan. Agama sering menjadi legitimasi, agama menjadi sarana pembenar atas sikap pribadi tamak, gila kuasa, maruk pengaruh. Agama yang suci dan kudus dinodai kehendak manusiawi yang amburadul.
Bagaimana mungkin mengaku agamis, religius, dan juga mendalam ilmu agama dan relasinya dengan Tuhan, namun abai dengan sesama. Mudahnya menyebut nama Tuhan sekaligus menuding ciptaan,  yang sekaligus itu adalah citra-Nya sendiri. Perbuatan luar biasa munafik sejatinya.
Tuhan tidak hendak menjadikan manusia takut kepada-Nya namun semena-mena terhadap sesamanya sendiri. Bagaimana mungkin ketika mengaku mencintai Tuhan yang tidak kelihatan itu, namun sekaligus juga mencaci maki manusia, sesamanya yang kelihatan di depan mata. Apa bisa berlaku demikian? Susah menerima itu sebagai bagian logika normal.
Saudara terkasih, salah satu hal penting untuk direnungkan secara lebih dalam, apakah bisa mengaku menyintai Allah namun sekaligus juga membenci ciptaan-Nya? Sangat mirip dengan menghendaki ibunya, namun menyiksa anak tirinya. Miris. Hukum Salib jelas di sana, di mana relasi dengan Tuhan itu akan selalu berkaitan dan sejalan dengan kasihnya kepada sesama.
Jelas akan lebih mudah menyintai sesama dan melupakan Tuhan karena bisa mendapatkan dalih, pembenar, dan juga alibi berbagai-bagai macam. Alasan paling mudah lahir dengan mengatakan mengasihi sesamanya, atau atas nama kasihnya kepada keluarga namun melupakan Tuhan dan kehendak-Nya. Seperti koruptor yang mengatakan rezeki dari Allah jangan ditolak, padahal korupsi dan suap.
Mengatakan mengasihi dan membela Allah namun menodai sesamanya dengan keji, mengucurkan darah saudaranya, dan itu semua hanyalah pembenar atas perilaku jahat manusiawi. Tidak ada mengasihi Tuhan dan melupakan manusia, demikian juga mengasihi sesama namun abai akan Tuhan.
Mengasihi Tuhan dan sesama itulah salib. Ada horisontal ada pula vertikal. BD.eLeSHa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar