Selasa
Pekan Biasa VIII (H)
Sir.
35:1-12
Mzm.
50:5-6,7-8,14,23
Mrk.
10:28-31
Sir.
35:1-12
35:1
Barangsiapa memenuhi hukum Taurat mempersembahkan banyak korban, dan orang yang
memperhatikan segala perintah menyampaikan korban keselamatan.
35:2 Orang
yang membalas kebaikan mempersembahkan korban sajian dan yang memberikan derma
menyampaikan korban syukur.
35:3 Yang
direlai oleh Tuhan ialah menjauhi kejahatan, dan menolak kelaliman merupakan
korban penghapus dosa.
35:4 Jangan
tampil di hadirat Tuhan dengan tangan yang kosong, sebab semuanya wajib menurut
perintah.
35:5
Persembahan orang jujur melemaki mezbah, dan harumnya sampai ke hadapan Yang
Mahatinggi.
35:6 Tuhan
berkenan kepada korban orang benar, dan ingatannya tidak akan dilupakan.
35:7
Muliakanlah Tuhan dengan kemurahan, dan buah bungaran di tanganmu janganlah
kausedikitkan.
35:8
Sertakanlah muka yang riang dengan segala pemberianmu, dan bagian sepersepuluh
hendaklah kaukuduskan dengan suka hati.
35:9
Berikanlah kepada Yang Mahatinggi berpadanan dengan apa yang Ia berikan
kepadamu, dengan murah hati dan sesuai dengan hasil tanganmu.
35:10 Sebab
Dia itu Tuhan pembalas, dan engkau akan dibalas-Nya dengan tujuh lipat.
35:11 Jangan
mencoba menyuap Tuhan, sebab tidak diterima-Nya, dan janganlah percaya pada
korban kelaliman!
35:12 Sebab
Tuhan adalah Hakim, yang tidak memihak.
Mrk.
10:28-31
10:28
Berkatalah Petrus kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala
sesuatu dan mengikut Engkau!"
10:29 Jawab
Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku
dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya
perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya,
10:30 orang
itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat:
rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun
disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan
menerima hidup yang kekal.
10:31 Tetapi
banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan
menjadi yang terdahulu."
Konsekuensi
Ikut Tuhan
Saudara terkasih, hari ini kita diajak untuk
merenungkan sabda Tuhan mengenai konsekuensi atas pilihan-Nya. Pilihan agar
kita ikut dengan-Nya. Kemarin pemuda kaya yang bertanya bagainama mendapatkan
hidup kekal, kini pernyataan yang sama diajukan murid Yesus, yang diwakili oleh
Petrus. Ada nada khawatir, cemas, dan galau juga para murid. Jadi jika jerih,
khawatir di dalam karya kita, itu pun
boleh dan sangat bisa.
Jawaban Yesus tentu sangat melegakan, menyenangkan,
dan membahagiakan, karena kita boleh mendapatkan kelimpahan dari pada yang kita
tinggalkan. Lipatan kali lipat yang bisa kita peroleh dan dapatkan. Meninggalkan,
bisa dalam arti harafiah, kita berpindah untuk menjadi misionaris misalnya,
atau memasuki biara, namun apakah hanya hidup cara itu saja yang boleh menjadi
penghuni surga? Tidak. Ada pula hidup berkeluarga atau cara hidup yang lain memungkikan hidup
kekal. Meninggalkan bisa pula diartikan sebagai tanpa melepaskan dari segala
kelekatan diri.
Lepas bebas dari rumah, keluarga, pasangan,
anak-anak, bagaimana yang hidup berkelurga? Meninggalkan bukan dalam arti tidak
lantas lepas tanggung jawab. Namun hidup di dalam menomorsatukan Tuhan dengan
Injil dan kehendak-Nya sebagai yang utama.
Melepaskan sekat-sekat dengan kepemilikan, menilai
semua adalah saudara, anak-anak, dan memperlakukan mereka sebagai anak dan
saudara sendiri. Di mana-mana memiliki keluarga dan anak, tentu bukan dalam
arti kemudian semua adalah istrinya lho.
Ikut dan mengikuti jalan Tuhan bukan pertama-tama
berbicara mengenai upah dan apa yang akan diperoleh. Mengikikuti-Nya berarti
ikut di dalam jalan kasih-Nya. Melakukan apapun karena kehendak Tuhan terlebih
dahulu, baru apa yang kita ingini. Menomorsatukan Tuhan di atas segalanya.
Saudara terkasih, jika kita gamang, khawatir,
cemas, dan takut di dalam menjalankan perutusan kita, di tengah dunia yang
sering tidak mudah, kita layak kembali mendengarkan atau membaca bacaan hari
ini. Petrus sebagai wakil para rasul pun mengalami pengalaman ini. Mereka
mempertanyakan bagaimana keberadaan mereka dengan segala apa yang sudah
ditinggalkan itu.
Janji Tuhan bukan semata masa depan, hidup di alam
keabadian saja, namun kini pun sudah mulai mengalaminya. Kini dan saat ini
sudah dialami, jika mau menjadikan Tuhan Allah sebagai andalan. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar