Senin, 25 Februari 2019

Jalinlah Relasi dengan Tuhan


Senin Pekan Biasa VII (H)
Sir. 1:1-10
Mzm. 93:1ab,1c-2,5
Mrk. 9:14-29




Sir. 1:1-10

1:1 Segala kebijaksanaan dari Tuhan asalnya, dan ada pada-Nya selama-lamanya.
1:2 Pasir di laut dan tetes hujan, dan hari-hari kekekalan siapa gerangan dapat membilangnya?
1:3 Tingginya langit, luasnya bumi, dan samudera raya dan kebijaksanaan, siapa dapat menduganya?
1:4 Sebelum segala-galanya kebijaksanaan sudah diciptakan, dan pengertian yang arif sejak dahulu kala.
1:6 Kepada siapakah pangkal kebijaksanaan telah disingkapkan, dan siapakah mengenal segala akalnya?
1:8 Hanyalah Satu yang bijaksana, teramat menggetarkan, yaitu Yang bersemayam di atas singgasana-Nya.
1:9 Tuhanlah yang menciptakan kebijaksanaan, yang melihat serta membilangnya, lalu mencurahkannya atas segala buatan-Nya.
1:10 Pada semua makhluk ia ada sekadar pemberian Tuhan, yang juga membagikannya kepada orang yang cinta kepada-Nya.


Mrk. 9:14-29

9:14 Ketika Yesus, Petrus, Yakobus dan Yohanes kembali pada murid-murid lain, mereka melihat orang banyak mengerumuni murid-murid itu, dan beberapa ahli Taurat sedang mempersoalkan  sesuatu dengan mereka.
9:15 Pada waktu orang banyak itu melihat Yesus, tercenganglah mereka semua dan bergegas menyambut Dia.
9:16 Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Apa yang kamu persoalkan dengan mereka?”
9:17 Kata seorang dari orang banyak itu: “Guru, anakku ini kubawa kepada-Mu, karena ia kerasukan roh yang membisukan dia.
9:18 Dan setiap kali roh itu menyerang dia, roh itu membantingkannya ke tanah; lalu mulutnya berbusa, giginya bekertakan dan tubuhnya menjadi kejang. Aku sudah meminta kepada murid-murid-Mu, supaya mereka mengusir roh itu, tetapi mereka tidak dapat.”
9:19 Maka kata Yesus kepada mereka: “Hai kamu angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!”
9:20 Lalu mereka membawanya kepada-Nya. Waktu roh itu melihat Yesus, anak itu segera digoncang-goncangnya, dan anak itu terpelanting ke tanah dan terguling-guling, sedang mulutnya berbusa.
9:21 Lalu Yesus bertanya kepada ayah anak itu: “Sudah berapa lama ia mengalami ini?” Jawabnya: “Sejak masa kecilnya.
9:22 Dan seringkali roh itu menyeretnya ke dalam api ataupun ke dalam air untuk membinasakannya. Sebab itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami.”
9:23 Jawab Yesus: “Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!”
9:24 Segera ayah anak itu berteriak: “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!”
9:25 Ketika Yesus melihat orang banyak makin datang berkerumun, Ia menegor roh jahat itu dengan keras, kata-Nya: “Hai kau roh yang menyebabkan orang menjadi bisu dan tuli, Aku memerintahkan engkau, keluarlah dari pada anak ini dan jangan memasukinya lagi!”
9:26 Lalu keluarlah roh itu sambil berteriak dan menggoncang-goncang anak itu dengan hebatnya. Anak itu kelihatannya  seperti orang mati, sehingga banyak orang yang berkata: “Ia sudah mati.”
9:27 Tetapi Yesus memegang tangan anak itu dan membangunkannya, lalu ia bangkit sendiri.
9:28 Ketika Yesus sudah di rumah, dan murid-murid-Nya sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka: “Mengapa kami tidak dapat mengusir roh itu?”
9:29 Jawab-Nya kepada mereka: “Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa.”



Jalinlah Relasi dengan Tuhan

Saudara terkasih, hari ini Bunda Gereja mengajak kita untuk merenungkan sabda-Nya yang berbicara mengenai kesiapan kita untuk mengandalkan Tuhan. Dalam bacaan Injil kita disuguhi kisah, bahwa kuasa jahat yang membuat para murid angkat tangan. Sebegitu kuatnya, dalam bayangan dan penilaian para murid.
Kesempatan yang baik bagi Yesus untuk menegur sekaligus mengajar murid-murid-Nya. Ada di mana kekuasaan mereka itu harus dibarengi dengan doa. Doa sebagai sarana bersatu dan menyatukan diri pada Allah. Relasi yang  terjalin di dalam Tuhan, memberikan daya lebih bagi para murid. Ini yang membuat si jahat seolah kuat, padahal  sebenarnya tidak demikian.
Pengajaran Yesus bagi orang tua yang masih ragu, dengan pernyataannya yang mengatakan, jika Engkau mau..., di sana ada kendala, ada jurang di mana masih belum yakin akan kasih Tuhan yang demikian besar, kuat, dan tak terbatas itu. Keraguan yang membuat gap di dalam relasional di dalam Tuhan. Teguran Tuhan yang diterima dengan baik, dibalas dengan baik pula oleh Tuhan dengan kuasa penyembuhan.
Saudara terkasih, kita sering mengalami sebagaimana bapak di dalam bacaan Injil tersebut, karena panik dan merasa tidak berdaya, malah melupakan bahwa ada Tuhan di sana. Tuhan yang akan mampu menyelesaikan apapun. Merasa tidak mau merepotkan Tuhan, merasa enggan bahwa perlu melibatkan Tuhan dalam seluruh hidup kita.
Padahal Tuhan pun suka cita, bahkan menghendaki kita mau memohon kepada-Nya. Tuhan dengan  rela akan membantu apapun yang kita minta. Di sanalah peran doa. Doa untuk mampu makin mengecilkan diri agar Tuhan lebih menampakan kuasa-Nya di dalam diri kita dalam hidup sehari-hari.
Doa bukan sekadar kewajiban, bukan pula hanya memohon, namun semakin  mengenal Tuhan dengan segala kehendak-Nya. Tuhan hadir dengan segala suka cita dan kasih-Nya yang tidak pernah terbatas itu. Di dalam doalah kita memahami apa yang menjadi rancangan Tuhan. Meminimalkan keinginan dan kehendak kita sendiri. Kehendak kita tentu tidak mesti salah, namun bagaimana itu selaras dengan Tuhan atau hanya terus menerus mengedepankan kesenangan dan keinginan kita saja. BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar