Senin Pekan Biasa VII (H)
Sir. 1:1-10
Mzm. 93:1ab,1c-2,5
Mrk. 9:14-29
Sir. 1:1-10
1:1
Segala kebijaksanaan dari Tuhan asalnya, dan ada pada-Nya selama-lamanya.
1:2
Pasir di laut dan tetes hujan, dan hari-hari kekekalan siapa gerangan dapat
membilangnya?
1:3
Tingginya langit, luasnya bumi, dan samudera raya dan kebijaksanaan, siapa
dapat menduganya?
1:4
Sebelum segala-galanya kebijaksanaan sudah diciptakan, dan pengertian yang arif
sejak dahulu kala.
1:6
Kepada siapakah pangkal kebijaksanaan telah disingkapkan, dan siapakah mengenal
segala akalnya?
1:8
Hanyalah Satu yang bijaksana, teramat menggetarkan, yaitu Yang bersemayam di
atas singgasana-Nya.
1:9
Tuhanlah yang menciptakan kebijaksanaan, yang melihat serta membilangnya, lalu
mencurahkannya atas segala buatan-Nya.
1:10
Pada semua makhluk ia ada sekadar pemberian Tuhan, yang juga membagikannya
kepada orang yang cinta kepada-Nya.
Mrk. 9:14-29
9:14 Ketika
Yesus, Petrus, Yakobus dan Yohanes kembali pada murid-murid lain, mereka
melihat orang banyak mengerumuni murid-murid itu, dan beberapa ahli Taurat
sedang mempersoalkan sesuatu dengan
mereka.
9:15 Pada waktu
orang banyak itu melihat Yesus, tercenganglah mereka semua dan bergegas
menyambut Dia.
9:16 Lalu Yesus
bertanya kepada mereka: “Apa yang kamu persoalkan dengan mereka?”
9:17 Kata seorang
dari orang banyak itu: “Guru, anakku ini kubawa kepada-Mu, karena ia kerasukan
roh yang membisukan dia.
9:18 Dan setiap
kali roh itu menyerang dia, roh itu membantingkannya ke tanah; lalu mulutnya
berbusa, giginya bekertakan dan tubuhnya menjadi kejang. Aku sudah meminta
kepada murid-murid-Mu, supaya mereka mengusir roh itu, tetapi mereka tidak
dapat.”
9:19 Maka kata
Yesus kepada mereka: “Hai kamu angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi
Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap
kamu? Bawalah anak itu ke mari!”
9:20 Lalu mereka
membawanya kepada-Nya. Waktu roh itu melihat Yesus, anak itu segera
digoncang-goncangnya, dan anak itu terpelanting ke tanah dan terguling-guling,
sedang mulutnya berbusa.
9:21 Lalu Yesus
bertanya kepada ayah anak itu: “Sudah berapa lama ia mengalami ini?” Jawabnya: “Sejak
masa kecilnya.
9:22 Dan
seringkali roh itu menyeretnya ke dalam api ataupun ke dalam air untuk
membinasakannya. Sebab itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami
dan kasihanilah kami.”
9:23 Jawab Yesus:
“Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!”
9:24 Segera ayah
anak itu berteriak: “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!”
9:25 Ketika Yesus
melihat orang banyak makin datang berkerumun, Ia menegor roh jahat itu dengan
keras, kata-Nya: “Hai kau roh yang menyebabkan orang menjadi bisu dan tuli, Aku
memerintahkan engkau, keluarlah dari pada anak ini dan jangan memasukinya lagi!”
9:26 Lalu
keluarlah roh itu sambil berteriak dan menggoncang-goncang anak itu dengan
hebatnya. Anak itu kelihatannya seperti
orang mati, sehingga banyak orang yang berkata: “Ia sudah mati.”
9:27 Tetapi Yesus
memegang tangan anak itu dan membangunkannya, lalu ia bangkit sendiri.
9:28 Ketika Yesus
sudah di rumah, dan murid-murid-Nya sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka: “Mengapa
kami tidak dapat mengusir roh itu?”
9:29 Jawab-Nya
kepada mereka: “Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa.”
Jalinlah
Relasi dengan Tuhan
Saudara terkasih, hari ini Bunda Gereja mengajak
kita untuk merenungkan sabda-Nya yang berbicara mengenai kesiapan kita untuk
mengandalkan Tuhan. Dalam bacaan Injil kita disuguhi kisah, bahwa kuasa jahat
yang membuat para murid angkat tangan. Sebegitu kuatnya, dalam bayangan dan
penilaian para murid.
Kesempatan yang baik bagi Yesus untuk menegur
sekaligus mengajar murid-murid-Nya. Ada di mana kekuasaan mereka itu harus
dibarengi dengan doa. Doa sebagai sarana bersatu dan menyatukan diri pada
Allah. Relasi yang terjalin di dalam
Tuhan, memberikan daya lebih bagi para murid. Ini yang membuat si jahat seolah
kuat, padahal sebenarnya tidak demikian.
Pengajaran Yesus bagi orang tua yang masih ragu,
dengan pernyataannya yang mengatakan, jika
Engkau mau..., di sana ada kendala, ada jurang di mana masih belum yakin
akan kasih Tuhan yang demikian besar, kuat, dan tak terbatas itu. Keraguan yang
membuat gap di dalam relasional di dalam Tuhan. Teguran Tuhan yang diterima
dengan baik, dibalas dengan baik pula oleh Tuhan dengan kuasa penyembuhan.
Saudara terkasih, kita sering mengalami sebagaimana
bapak di dalam bacaan Injil tersebut, karena panik dan merasa tidak berdaya,
malah melupakan bahwa ada Tuhan di sana. Tuhan yang akan mampu menyelesaikan
apapun. Merasa tidak mau merepotkan Tuhan, merasa enggan bahwa perlu melibatkan
Tuhan dalam seluruh hidup kita.
Padahal Tuhan pun suka cita, bahkan menghendaki
kita mau memohon kepada-Nya. Tuhan dengan rela akan membantu apapun yang kita minta. Di sanalah
peran doa. Doa untuk mampu makin mengecilkan diri agar Tuhan lebih menampakan
kuasa-Nya di dalam diri kita dalam hidup sehari-hari.
Doa bukan sekadar kewajiban, bukan pula hanya
memohon, namun semakin mengenal Tuhan
dengan segala kehendak-Nya. Tuhan hadir dengan segala suka cita dan kasih-Nya
yang tidak pernah terbatas itu. Di dalam doalah kita memahami apa yang menjadi
rancangan Tuhan. Meminimalkan keinginan dan kehendak kita sendiri. Kehendak kita
tentu tidak mesti salah, namun bagaimana itu selaras dengan Tuhan atau hanya
terus menerus mengedepankan kesenangan dan keinginan kita saja. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar