Rabu Biasa
Pekan VII (H)
Sir.
4:11-19
Mzm. 119:3-4,18-19,37-28,39-40
Mrk.
9:38-40
Sir.
4:11-19
4:11 Kebijaksanaan meninggikan segala anaknya, dan orang yang
mencarinya dihiraukannya.
4:12 Siapa yang mencintai kebijaksanaan mencintai kehidupan, dan
barangsiapa pagi-pagi menghadapinya akan penuh sukacita.
4:13 Siapa yang berpaut padanya mewarisi kemuliaan, dan ia
diberkati Tuhan di manapun ia berlangkah.
4:14 Barangsiapa melayani kebijaksanaan bergilir bakti kepada Yang
Kudus, dan siapa mencintainya dicintai oleh Tuhan.
4:15 Siapa mendengarkannya akan memutuskan yang adil, dan aman
sentosalah kediaman orang yang mengindahkannya.
4:16 Jika orang percaya pada kebijaksanaan, niscaya ia
mewarisinya, dan keturunannya akan tetap memilikinya.
4:17 Boleh jadi ia dituntun kebijaksanaan di jalan yang
berbelok-belok dahulu, sehingga didatangi ketakutan dan getaran; boleh jadi
kebijaksanaan menyiksa dia dengan siasat sampai dapat percaya padanya, dan
mengujinya dengan segala aturannya.
4:18 Tetapi kemudian kebijaksanaan kembali kepadanya dengan
kebaikan yang menggembirakan, dan menyingkapkan kepadanya pelbagai rahasia.
4:19 Jika orang sampai menyimpang, maka dibuang oleh kebijaksanaan
dan diserahkan kepada kebinasaan.
Mrk.
9:38-40
9:38 Kata Yohanes kepada Yesus: "Guru, kami lihat seorang
yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang
itu, karena ia bukan pengikut kita."
9:39 Tetapi kata Yesus: "Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak
seorang pun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga
mengumpat Aku.
9:40 Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.
Liyan dan Gaya Hidup Kita
Saudara terkasih, hari ini Bunda Gereja mengajak
kita merenungkan Sabda Tuhan mengenai sikap pemisahan dan memandang lainnya
sebagai liyan. Hal yang sangat cocok
dan kontekstual banget, karena politik dan demokrasi sektarian serta identitas
begitu lekat akhir-akhir ini.
Para murid, sebagaimana disebutkan dalam bacaan
Injil hari ini, mengatakan kepada Yesus bahwa mereka melihat ada pihak lain
yang mengusir setan dalam nama Yesus. Mereka melarang karena bukan murid Yesus.
Sangat manusiawi, wajar, dan mungkin demikian terjadi. Pandangan manusiawi yang
melihat bahwa yang berbeda sebagai bukan kelompoknya, bukan teman, dan bukan
bagian yang tidak boleh sama.
Entah kenapa akhir-akhir ini bangsa ini pun terkena
sindrom itu. Mudah menuding dan menjatuhkan penghakiman dan dikotomi yang amat
keras, tegas, dan jelas. Tidak ada yang sama di dunia, Tuhan telah mengodratkan
manusia itu berbeda-beda, namun malah melebarkan pebedaan. Padahal Tuhan
menghendak kita menemukan persamaan, sehingga menjembatani untuk membangun
kesatuan utuh di dalam kemanusiaan dan satu kesatuan kasih Tuhan.
Tuhan mengajarkan hal yang konkret bagaimana orang
yang mengusir setan dalam nama Tuhan sekaligus mengutuk Tuhan. Tidak ada
manusia serendah itu, entah mengapa di zaman modern apa yang Tuhan dulu
nyatakan, kini malah demikian marak. Orang dengan mudah menyebut nama Tuhan
untuk membunuh, mengutuk orang lain dengan mengatasnamakan Tuhan. Mengucurkan darah
sesama dalam nama Tuhan.
Tuhan menjadi kedok, Tuhan menjadi tameng di dalam
perilaku jahat dan ketamakan, hasrat menguasai orang lain, dan memandang orang
lain sebagai musuh dengan mengatasnamakan Tuhan. Kita perlu menyadari hal ini
agar jauh dari sikap demikian.
Saudara terkasih, kita perlu menyadari di dalam
diri kita yang kadang mudah tergoda untuk mengotak-kotakan di dalam hidup
bersama. Kita perlu menjadi agen perubahan untuk melebur tembok pemisah,
menimbun jurang pemisah, dan menemukan kebaikan dan keasih Tuhan yang luar
biasa itu. Sepanjang kita hidup di dalam Tuhan kita akan melakukan kebaikan dan
hidup yang terbaik dan menebarkan suka cita dan kebahagiaan. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar