Rabu, 27 Februari 2019

Liyan dan Gaya Hidup Kita


Rabu Biasa Pekan VII (H)
Sir. 4:11-19
Mzm. 119:3-4,18-19,37-28,39-40
Mrk. 9:38-40



Sir. 4:11-19

4:11 Kebijaksanaan meninggikan segala anaknya, dan orang yang mencarinya dihiraukannya.
4:12 Siapa yang mencintai kebijaksanaan mencintai kehidupan, dan barangsiapa pagi-pagi menghadapinya akan penuh sukacita.
4:13 Siapa yang berpaut padanya mewarisi kemuliaan, dan ia diberkati Tuhan di manapun ia berlangkah.
4:14 Barangsiapa melayani kebijaksanaan bergilir bakti kepada Yang Kudus, dan siapa mencintainya dicintai oleh Tuhan.
4:15 Siapa mendengarkannya akan memutuskan yang adil, dan aman sentosalah kediaman orang yang mengindahkannya.
4:16 Jika orang percaya pada kebijaksanaan, niscaya ia mewarisinya, dan keturunannya akan tetap memilikinya.
4:17 Boleh jadi ia dituntun kebijaksanaan di jalan yang berbelok-belok dahulu, sehingga didatangi ketakutan dan getaran; boleh jadi kebijaksanaan menyiksa dia dengan siasat sampai dapat percaya padanya, dan mengujinya dengan segala aturannya.
4:18 Tetapi kemudian kebijaksanaan kembali kepadanya dengan kebaikan yang menggembirakan, dan menyingkapkan kepadanya pelbagai rahasia.
4:19 Jika orang sampai menyimpang, maka dibuang oleh kebijaksanaan dan diserahkan kepada kebinasaan.

Mrk. 9:38-40

9:38 Kata Yohanes kepada Yesus: "Guru, kami lihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita."
9:39 Tetapi kata Yesus: "Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorang pun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku.
9:40 Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.



Liyan dan Gaya Hidup Kita

Saudara terkasih, hari ini Bunda Gereja mengajak kita merenungkan Sabda Tuhan mengenai sikap pemisahan dan memandang lainnya sebagai liyan. Hal yang sangat cocok dan kontekstual banget, karena politik dan demokrasi sektarian serta identitas begitu lekat akhir-akhir ini.
Para murid, sebagaimana disebutkan dalam bacaan Injil hari ini, mengatakan kepada Yesus bahwa mereka melihat ada pihak lain yang mengusir setan dalam nama Yesus. Mereka melarang karena bukan murid Yesus. Sangat manusiawi, wajar, dan mungkin demikian terjadi. Pandangan manusiawi yang melihat bahwa yang berbeda sebagai bukan kelompoknya, bukan teman, dan bukan bagian yang tidak boleh sama.
Entah kenapa akhir-akhir ini bangsa ini pun terkena sindrom itu. Mudah menuding dan menjatuhkan penghakiman dan dikotomi yang amat keras, tegas, dan jelas. Tidak ada yang sama di dunia, Tuhan telah mengodratkan manusia itu berbeda-beda, namun malah melebarkan pebedaan. Padahal Tuhan menghendak kita menemukan persamaan, sehingga menjembatani untuk membangun kesatuan utuh di dalam kemanusiaan dan satu kesatuan kasih Tuhan.
Tuhan mengajarkan hal yang konkret bagaimana orang yang mengusir setan dalam nama Tuhan sekaligus mengutuk Tuhan. Tidak ada manusia serendah itu, entah mengapa di zaman modern apa yang Tuhan dulu nyatakan, kini malah demikian marak. Orang dengan mudah menyebut nama Tuhan untuk membunuh, mengutuk orang lain dengan mengatasnamakan Tuhan. Mengucurkan darah sesama dalam nama Tuhan.
Tuhan menjadi kedok, Tuhan menjadi tameng di dalam perilaku jahat dan ketamakan, hasrat menguasai orang lain, dan memandang orang lain sebagai musuh dengan mengatasnamakan Tuhan. Kita perlu menyadari hal ini agar jauh dari sikap demikian.
Saudara terkasih, kita perlu menyadari di dalam diri kita yang kadang mudah tergoda untuk mengotak-kotakan di dalam hidup bersama. Kita perlu menjadi agen perubahan untuk melebur tembok pemisah, menimbun jurang pemisah, dan menemukan kebaikan dan keasih Tuhan yang luar biasa itu. Sepanjang kita hidup di dalam Tuhan kita akan melakukan kebaikan dan hidup yang terbaik dan menebarkan suka cita dan kebahagiaan. BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar