Pw.
S. Hieronimus, ImPujG (P)
Ayb.
38:1,12-21;39:36-38
Mzm.
139:1-3,7-8,9-10,13-14
Luk.
10:13-16
Ayb.
38:1,12-21;39:36-38
38:1 Maka dari dalam badai
TUHAN menjawab Ayub:
38:12 Pernahkah dalam hidupmu
engkau menyuruh datang dinihari atau fajar kautunjukkan tempatnya
38:13 untuk memegang
ujung-ujung bumi, sehingga orang-orang fasik dikebaskan dari padanya?
38:14 Bumi itu berubah
seperti tanah liat yang dimeteraikan, segala sesuatu berwarna seperti kain.
38:15 Orang-orang fasik
dirampas terangnya, dan dipatahkan lengan yang diacungkan.
38:16 Engkaukah yang turun
sampai ke sumber laut, atau berjalan-jalan melalui dasar samudera raya?
38:17 Apakah pintu gerbang
maut tersingkap bagimu, atau pernahkah engkau melihat pintu gerbang kelam
pekat?
38:18 Apakah engkau mengerti
luasnya bumi? Nyatakanlah, kalau engkau tahu semuanya itu.
38:19 Di manakah jalan ke
tempat kediaman terang, dan di manakah tempat tinggal kegelapan,
38:20 sehingga engkau dapat
mengantarnya ke daerahnya, dan mengetahui jalan-jalan ke rumahnya?
38:21 Tentu engkau
mengenalnya, karena ketika itu engkau telah lahir, dan jumlah hari-harimu telah
banyak
39:36 Maka jawab Ayub kepada
TUHAN:
39:37 "Sesungguhnya, aku
ini terlalu hina; jawab apakah yang dapat kuberikan kepada-Mu? Mulutku kututup
dengan tangan.
39:38 Satu kali aku
berbicara, tetapi tidak akan kuulangi; bahkan dua kali, tetapi tidak akan
kulanjutkan."
Luk.
10:13-16
10:14 Akan tetapi pada waktu
penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada
tanggunganmu.
10:15 Dan engkau Kapernaum,
apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan
sampai ke dunia orang mati!
10:16 Barangsiapa
mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia
menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus
Aku."
Hieronimus
Hieronimus atau dikenal sebagai Santo Jerome (sekitar 347 – 30 September, 420; Yunani: Ευσέβιος Σωφρόνιος Ιερόνυμος, Latin: Eusebius Sophronius Hieronymus)
terkenal sebagai penerjemah Alkitab dari Bahasa Yunani danIbrani ke dalam Bahasa Latin. Dia juga adalah seorang apologis Kristen.
Alkitab edisi Hieronimus, yakni Vulgata, masih merupakan naskah Alkitab
penting dalam Gereja Katolik Roma. Dia
diakui oleh Vatikan sebagai
salah seorang Doktor Gereja.
Dalam tradisi artistik Gereja
Katolik Roma, biasanya dia, yang adalah pelindung pendidikan teologi,
dilukiskan sebagai seorang Kardinal, bersebelahan dengan Uskup Agustinus dari Hippo, Uskup Agung Ambrosius, dan Paus Gregorius I. Bahkan bilamana dia dilukiskan sebagai
seorang pertapa uzur, dengan salib,
tengkorak, dan Alkitab sebagai satu-satunya perabot dalam bilik pertapaannya,
harus disertai pula topi merah atau sesuatu yang lain dalam lukisan tersebut
untuk menunjukkan status kardinalnya .
Hieronimus lahir di
Strido, perbatasan Pannonia dan Dalmatia, pada abad ke-4 sebagaimana tertulis dalam karyanya De
Viris Illustribus Bab 135.
Hieronimus berbangsa
Illyria, kedua orangtuanya beragama Kristen, namun dia baru dibaptis pada tahun 360,
ketika pergi ke Roma bersama sahabatnya Bonosus untuk melanjutkan studi
retorika dan filsafat di kota itu. Di Roma dia
belajar di bawah bimbingan Aelius Donatus, seorang yang sangat mahir dalam
mengompilasi teknik-teknik bahasa yang disebut Donatus sebagai
"grammatica." Hieronimus mempelajari pula Bahasa Yunani Koine, akan
tetapi belum tersirat dalam benaknya untuk menekuni tulisan-tulisan Bapa-Bapa
Gereja Yunani, atau pun tulisan-tulisan Kristiani lainnya.
Setelah beberapa
tahun lamanya di Roma, dia melakukan perjalanan bersama Bonosus ke Gallia dan menetap di Trier"pada
tepian sungai Rhine yang setengah-liar"
tempat dia mempelajari teologi untuk pertama kalinya, dan tempat dia menyalin,
bagi sahabatnya Rufinus, komentar Hilarus mengenai Kitab Mazmur dan traktat De synodis. Kemudian
dia tinggal selama sekurang-kurangnya beberapa bulan, atau mungkin beberapa
tahun, dengan Rufinus di Aquileia tempat dia menjalin persahabatan dengan
banyak orang Kristen.
Beberapa sahabatnya
itu menemaninya tatkala dia melakukan perjalanan sekitar tahun 373 melewati
Trakea dan Asia Kecil menuju Syria Utara.
Di Antiokhia, tempat dia menetap paling lama, dua dari rekan seperjalanannya
meninggal dunia dan dia sendiri sakit parah lebih dari sekali. Pada waktu
terbaring sakit inilah (sekitar musim dingin tahun 373-374)
dia mendapat suatu penglihatan yang menyuruhnya untuk mengesampingkan
studi-studi duniawi dan membaktikan dirinya untuk perkara-perkara Illahi.
Tampaknya saat itu dia sudah cukup lama abstain dari studi klasik dan
bersungguh-sungguh mendalami studi Alkitab, berkat dorongan Apollinaris dari Laodicea yang
mengajarinya sampai benar-benar mahir dalamBahasa Yunani.
Karena hasratnya yang
menggebu-gebu untuk hidup bermatiraga, selama beberapa waktu dia tinggal di
Gurun Chalcis, arah Barat Daya dari kota Antiokhia, yang dikenal sebagai
Thebaid Syria karena sebagian besar pertapa yang hidup di situ berasal dari
Syria. Selama itu tampaknya dia masih sempat meluangkan waktu untuk studi dan
tulis-menulis. ntuk pertama kalinya dia mencoba mempelajari Bahasa Ibrani di
bawah bimbingan seorang Yahudi yang sudah beralih ke agama
Kristen; pada saat itu rupanya dia telah menjalin hubungan dengan orang-orang
Yahudi yang beragama Kristen di Antiokhia, dan mungkin saja sejak itulah dia
tertarik pada Injil Umat
Ibrani, yang menurut kaum Yahudi Kristen tersebut adalah sumber dari Injil Matius yang kanonik.
Setelah kembali ke
Antiokhia pada tahun 378 atau 379,
dia ditahbiskan oleh Uskup Paulinus. Rupanya dia tidak berkeinginan untuk
ditahbiskan, dan oleh karena itu ia mengajukan syarat agar diperbolehkan
melanjutkan pola hidup bermatiraga setelah ditahbiskan. Segera setelah itu dia
berangkat ke Konstantinopel untuk melanjutkan
studinya dalam bidang Kitab Suci di bawah bimbingan Santo Gregorius Nazianzus.
Tampaknya dia menetap di kota itu selama dua tahun; tiga tahun berikutnya
(382-385) dia di Roma lagi, berhubungan dekat dengan Paus Damasus dan para pemuka masyarakat Roma yang
beragama Kristen. Keberadaannya di Roma mula-mula karena diundang untuk
menghadiri sinodetahun 382 yang digelar dengan tujuan mengakhiri skisma di Antiokhia, dirinya menjadi sangat penting di
mata Sri Paus dan mendapat tempat terhormat dalam dewan penasehatnya.
Salah satu di antara
berbagai tugas yang diembannya adalah melakukan revisi terhadap naskah Alkitab Latin ke Perjanjian Baru berbasis naskah Yunani
dan Perjanjian Lama berbasis naskah Ibrani. Sebelum adanya karya terjemahan
Hieronimus, seluruh terjemahan Kitab Perjanjian Lama didasarkan atas Septuaginta. Meskipun ditentang oleh warga Kristen lainnya
termasuk Agustinus sendiri,
dia memilih untuk menggunakan Kitab Perjanjian Lama Ibrani, bukannya
Septuaginta.
Penugasan untuk
menerjemahkan Alkitab ke dalam Bahasa Latin menentukan rentang kegiatan
kesarjanaannya selama bertahun-tahun, dan merupakan pencapaian terpenting yang
berhasil diraihnya. Alkitab yang diterjemahkannya dariBahasa Yunani ke dalam Bahasa Latin disebut Vulgata (vulgar) karena menggunakan bahasa sehari-hari,
atau bahasa kasar (vulgar), yang dituturkan masyarakat pada masa itu. Tak
diragukan lagi dia menjadi sangat berpengaruh selama tiga tahun tersebut, bukan
saja karena kadar keilmuannya yang luar biasa, melainkan juga karena karena
pola hidup matiraga ketat dan realisasi cita-cita monastiknya.
Dia dikelilingi
sekelompok wanita yang terpelajar dan berasal dari keluarga kaya, termasuk
beberapa wanita dari keluarga bangsawan tertinggi, seperti dua orang janda
Marcella dan Paula serta puteri-puteri mereka, Blaesilla dan Eustochium.
Meningkatnya minat para wanita tersebut pada hidup membiara, dan kritik-kritik
Hieronimus yang gencar terhadap kehidupan kaum klerus sekuler, membuatnya makin
dijauhi oleh para klerus tersebut dan para pendukung mereka. Segera setelah
kematian pelindungnya, Sri Paus Damasus (10 Desember 384),
Hieronimus dipaksa melepas jabatannya di Roma setelah kaum klerus Roma
membentuk dewan inkuisisi untuk menyelidiki kecurigaan akan adanya hubungan
yang tidak senonoh antara dirinya dengan si janda Paula.
Pada bulan Agustus 385,
dia kembali ke Antiokhia bersama saudaranya Paulinianus dan beberapa
sahabatnya, dan beberapa waktu kemudian disusul oleh Paula dan Eustochium, yang
telah memutuskan untuk meninggalkan lingkungan bangsawan dan menghabiskan masa
hidup mereka di Tanah Suci. Pada musim dingin tahun 385 Hieronimus
menyertai perjalanan dan bertindak selaku penasehat spiritual mereka. Bersama
Uskup Paulinus dari Antiokhia yang menggabungkan diri kemudian, para peziarah
ini mengunjungi Yerusalem, Betlehem, dan tempat-tempat
suci di Galilea, lalu kemudian berangkat ke Mesir,
markas para pahlawan dari hidup bermatiraga.
Di Sekolah Katekese
Aleksandria, Hieronimus mendengarkan Seorang katekis tunanetra, Didymus Si
Buta, mengulas tentang Nabi Hosea dan kenangannya tentang Santo Antonius Agung,
yang telah wafat 30 tahun sebelumnya; dia tinggal sebentar selama beberapa
waktu di Nitria, mengagumi kehidupan komunitas yang teratur dari banyaknya
warga "kota Tuhan" itu, namun mendapati bahwa bahkan di tempat
semacam itu sekalipun "bersembunyi ular-ular beludak" yakni pengaruh
ajaran teologi Origenes. Menjelang akhir musim panas
tahun 388 dia kembali ke Palestina dan menetap hingga akhir
hayatnya di sebuah bilik pertapaan dekat Betlehem, dikelilingi beberapa
sahabat, pria maupun wanita (termasuk Paula dan Eustochium), sebagai imam
pembimbing rohani dan guru bagi mereka.Keperluan hidup sehari-hari dan koleksi
buku Hieronimus yang terus bertambah disediakan berlimpah oleh Paula, hidupnya
dibaktikan bagi produksi literatur. Pada masa 34 tahun terakhir dari kariernya
ini muncullah karya-karyanya yang paling penting—Versi Perjanjian Lama hasil
terjemahannya dari naskah asli, komentar-komentar terbaiknya mengenai Kitab
Suci, katalog para penulis Kristen yang disusunnya, dan dialog melawan kaum Pelagian, yang kesempurnaan sastranya diakui bahkan oleh
seorang lawan kontroversial sekalipun. Dalam periode ini pula terbit sebagian
besar polemiknya yang panas, yang membedakannya dari para Bapa Gereja yang
ortodoks, termasuk khususnya traktat-traktat sehubungan dengan kontroversi
ajaran Origenes menentang Uskup Yohanes II dari Yerusalem dan teman lamanya
Rufinus. Akibat dari tulisannya menentang Pelagianisme, sekelompok pendukung
Pelagianisme yang marah menerobos ke dalam bangunan-bangunan biara,
membakarnya, menyerang para penghuninya dan membunuh seorang diakon. Huru-hara yang pecah pada tahun 416 ini
memaksa Hieronimus mengamankan diri di hutan sekitarnya.
Hieronimus meninggal
dunia di dekat kota Betlehem pada tanggal 30 September 420. Tanggal kematiannya diperoleh dari kitab Chronicon karya Santo Prosper
dari Aquitaine. Jenazahnya mula-mula dimakamkan di Betlehem, dan
konon kemudian dipindahkan ke gereja Santa Maria
Maggiore di Roma, meskipun berbagai tempat di Barat mengaku
memiliki relikui Hieronimus—katedral di Nepi, Italia mengaku menyimpan kepalanya, yang menurut tradisi
lain tersimpan di Biara Kerajaan Spanyol, San Lorenzo de El Escorial, Madrid. BD.eLeSHa.
Sumber: Wikipedia.com