Selasan
Pekan Biasa VII (H)
Yak.
4:1-10
Mzm.
55;7-8,9-10a
Mrk.
9:30-37
Yak.
4:1-10
4:1 Dari manakah datangnya
sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu
yang saling berjuang di dalam tubuhmu?
4:2 Kamu mengingini sesuatu,
tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu
tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak
memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa.
4:3 Atau kamu berdoa juga,
tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu
minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.
4:4 Hai kamu, orang-orang
yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah
permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia
menjadikan dirinya musuh Allah.
4:5 Janganlah kamu menyangka,
bahwa Kitab Suci tanpa alasan berkata: "Roh yang ditempatkan Allah di
dalam diri kita, diingini-Nya dengan cemburu!"
4:6 Tetapi kasih karunia,
yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia
katakan: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang
yang rendah hati."
4:7 Karena itu tunduklah
kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!
4:8 Mendekatlah kepada Allah,
dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang
berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati!
4:9 Sadarilah kemalanganmu,
berdukacita dan merataplah; hendaklah tertawamu kamu ganti dengan ratap dan
sukacitamu dengan dukacita.
4:10 Rendahkanlah dirimu di
hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu.
Mrk.
9:30-37
9:30 Yesus dan
murid-murid-Nya berangkat dari situ dan melewati Galilea, dan Yesus tidak mau
hal itu diketahui orang;
9:31 sebab Ia sedang mengajar
murid-murid-Nya. Ia berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan
ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia
dibunuh Ia akan bangkit."
9:32 Mereka tidak mengerti
perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada-Nya.
9:33 Kemudian tibalah Yesus
dan murid-murid-Nya di Kapernaum. Ketika Yesus sudah di rumah, Ia bertanya
kepada murid-murid-Nya: "Apa yang kamu perbincangkan tadi di tengah
jalan?"
9:34 Tetapi mereka diam,
sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di
antara mereka.
9:35 Lalu Yesus duduk dan
memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka: "Jika seseorang
ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya
dan pelayan dari semuanya."
9:36 Maka Yesus mengambil
seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia
memeluk anak itu dan berkata kepada mereka:
9:37 "Barangsiapa
menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan
barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus
Aku."
Saling
Melayani dan Mengalahkan Diri
Saudara terkasih, hari ini kita belajar dan
merenungkan Firman Tuhan bersama Bunda Gereja mengenai kwalitas diri. Dalam bacaan
Injil dikisahkan bagaimana para murid itu berebut siapa yang paling besar di
antara mereka. Hal yang sangat kontekstual, ketika orang dan dunia sedang
berlomba-lomba berkejaran dengan kecepatan dan ketenaran. Kadang demi tenar pun
bisa mengorbankan orang lain.
Prank, fake, kadang malah juga mengubah persepsi
dan opini sering menjadi pilihan meskipun kadang menyebabkan masalah. Masuk
bui, tuntutan penegak hukum, itu hanya karena demi yang namaya viral. Demi mendapatkan
penonton, pembaca, dan penggemar yang banyak, mereka kemudian menggunakan
segala cara. Miris ketika cara buruk, bahkab jahat pun dilakukan.
Apa yang diperebutkan para murid, sama juga dengan
kebiasaan, tabiat kita, di mana biasa pengin menjadi yang ter...ter... Bisa
terbaik, terdepan, dan terpopuler. Nah ternyata oleh Yesus kita diajak untuk
menghayati spiritualitas kesederhanaan. Sederhana di dalam berfikir, bersikap,
dan berperilaku. Beberapa sikap yang patut sebagai murid Tuhan;
Tulus. Anak kecil yang dipakai oleh Tuhan dalam
bacaan adalah anak-anak. Anak itu memiliki sikap tulus. Tidak ada kemunafikan
dan pamrih dalam diri dan sikap anak-anak. Inilah kualitas, tulus. Dunia biasanya
pamrih, upah, dan balasan. Diajak lepas bebas.
Melayani. Orang atau dunia cenderung meminta pelayanan.
Mengharapkan orang lain melakukan demi dirinya. Tidak jarang apa yang dilakukan
itu juga memperalat orang lain demi keuntungan dan manfaat dirinya sendiri. Manipulatif
dan munafik.
Mengosongkan diri. Memberikan kesempatan kepada
orang lain, pihak lain, dan menahan diri untuk tidak menjadi lebih dari yang
sepatutnya. Orientasi pada orang lain, bukan diri dan kemegahan diri. Ini sebuah
tabiat yang kadang tidak kita sadari namun menjadi sebuah kebiasaan.
Tahu diri. Tidak terlalu banyak menginginkan hal
yang sejatinya tahu bahwa ia tidak mampu untuk itu. di dunia modern ini sering
kita jatuh pada penyakit sok tahu dan abai akan kemampuan menakar diri sendiri.
Saudara terkasih, hal-hal yang ada di dunia memang
tidak selalu buruk. Di dalam Tuhan apa yang tidak layak diupayakan menjadi
lebih baik. Dan yang baik menjadi lebih baik lagi. Ini adalah proses hidup yang
berkesadaran. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar