Senin Biasa Pekan VI
(H)
Yak. 1:1-11
Mzm.
119:67,68,71,7275,76
Mrk. 8:11-13
Yak. 1:1-11
1:1 Salam
dari Yakobus, hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus, kepada kedua belas suku di
perantauan.
1:2
Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke
dalam berbagai-bagai pencobaan,
1:3 sebab
kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.
1:4 Dan
biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi
sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun.
1:5 Tetapi
apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya
kepada Allah, -- yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan
dengan tidak membangkit-bangkit --, maka hal itu akan diberikan kepadanya.
1:6
Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang
yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari
oleh angin.
1:7 Orang
yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan.
1:8 Sebab
orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya.
1:9 Baiklah
saudara yang berada dalam keadaan yang rendah bermegah karena kedudukannya yang
tinggi,
1:10 dan
orang kaya karena kedudukannya yang rendah sebab ia akan lenyap seperti bunga
rumput.
1:11 Karena
matahari terbit dengan panasnya yang terik dan melayukan rumput itu, sehingga
gugurlah bunganya dan hilanglah semaraknya. Demikian jugalah halnya dengan
orang kaya; di tengah-tengah segala usahanya ia akan lenyap.
Mrk. 8:11-13
8:11 Lalu
muncullah orang-orang Farisi dan bersoal jawab dengan Yesus. Untuk mencobai Dia
mereka meminta dari pada-Nya suatu tanda dari sorga.
8:12 Maka
mengeluhlah Ia dalam hati-Nya dan berkata: "Mengapa angkatan ini meminta
tanda? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kepada angkatan ini sekali-kali tidak
akan diberi tanda."
8:13 Ia meninggalkan
mereka; Ia naik pula ke perahu dan bertolak ke seberang
Jangan Hanya Berhenti
pada Tanda Sampailah kepada Tuhan!
Saudara terkasih, hari ini, kita bersama Bunda
Gereja merenungkan firman Tuhan mengenai tanda. Bagaimana orang-orang meminta
tanda dari Yesus. Sebenarnya bukan barang sulit bagi Yesus jika mau memberikan
tanda yang mereka minta. Toh orang bisa disembuhkan, orang buta disembuhkan,
dan juga memberikan makan bagi ribuan orang telah terjadi.
Persoalan sederhana, jika hanya membuat dan
memberikan tanda. Namun jauh lebih dari itu adalah, bahwa Tuhan mengajak kita,
termasuk para peminta tanda, untuk bisa melihat segala sesuatunya dengan hati
nurani. Kepekaan budi, bukan semata meminta dan meminta saja. Mereka tahu dan
paham sebenarnya, namun tidak mau tahu. Perbuatan besar apapun akan mereka
tolak, karena mereka tidak suka.
Ada sikap iri dan tidak terima di sana. Juga Tuhan
menghendaki para pendengarnya bukan semata tanda, namun bagaimana mereka juga
bersyukur, memahami apa yang telah Tuhan perbuat sebelum-sebelumnya. Jangan naif
dan menuntut tanpa mau melihat yang lainnya.
Saudara terkasih, kita sebagai sebuah bangsa juga
sedang dihinggapi dengan kebanggaan akan tanda. Bagaimana simbol, label, dan
tanda-tanda kadang mengalahkan esensi yang seharusnya dilakukan. Bagaimana mengenakan
liontin salib, asesoris rosario dan salib dalam mobil, namun perilakunya jauh
dari apa yang disematkan dan dikenakannya.
Beberapa waktu lalu, dalam waktu yang relatif
bersamaan ada keluhan dari rekan media sosial. Bagaimana ada status, postingan,
dan juga nasihat-nasihat suci ditebarkan oleh seorang rohaniwan, namun pada
sisi lain, secara privat mereka juga melakukan yang sangat terlarang. Mirisnya ini
ditanyakan oleh orang yang bukan beragama Katolik. Tanda yang dibagikan indah,
bagus, saleh, dan suci, namun ternyata belum sepenuhnya dijalani dan dilakukan.
Kehendak Tuhan, rencananya bukan seperti itu. Bahwa
mereka sangat mungkin hanya berhenti di
dalam mendapatkan tanda, bukan kepada pengenalan siapa Yesus itu. Apakah kita
bangga dengan tanda dan asesoris semata? Atau sampai kepada Tuhan? BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar