Sabtu
Pekan Biasa IV (H)
1 Raj.
3:4-13
Mzm. 119:9,10,11,12,13,14
Mrk.
6:30-34
1 Raj.
3:4-13
3:4 Pada suatu hari raja pergi ke Gibeon untuk mempersembahkan
korban, sebab di situlah bukit pengorbanan yang paling besar; seribu korban
bakaran dipersembahkan Salomo di atas mezbah itu.
3:5 Di Gibeon itu TUHAN menampakkan diri kepada Salomo dalam mimpi
pada waktu malam. Berfirmanlah Allah: "Mintalah apa yang hendak Kuberikan
kepadamu."
3:6 Lalu Salomo berkata: "Engkaulah yang telah menunjukkan
kasih setia-Mu yang besar kepada hamba-Mu Daud, ayahku, sebab ia hidup di
hadapan-Mu dengan setia, benar dan jujur terhadap Engkau; dan Engkau telah
menjamin kepadanya kasih setia yang besar itu dengan memberikan kepadanya
seorang anak yang duduk di takhtanya seperti pada hari ini.
3:7 Maka sekarang, ya TUHAN, Allahku, Engkaulah yang mengangkat
hamba-Mu ini menjadi raja menggantikan Daud, ayahku, sekalipun aku masih sangat
muda dan belum berpengalaman.
3:8 Demikianlah hamba-Mu ini berada di tengah-tengah umat-Mu yang
Kaupilih, suatu umat yang besar, yang tidak terhitung dan tidak terkira
banyaknya.
3:9 Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang
perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan
yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar
ini?"
3:10 Lalu adalah baik di mata Tuhan bahwa Salomo meminta hal yang
demikian.
3:11 Jadi berfirmanlah Allah kepadanya: "Oleh karena engkau
telah meminta hal yang demikian dan tidak meminta umur panjang atau kekayaan
atau nyawa musuhmu, melainkan pengertian untuk memutuskan hukum,
3:12 maka sesungguhnya Aku melakukan sesuai dengan permintaanmu
itu, sesungguhnya Aku memberikan kepadamu hati yang penuh hikmat dan
pengertian, sehingga sebelum engkau tidak ada seorang pun seperti engkau, dan
sesudah engkau takkan bangkit seorang pun seperti engkau.
3:13 Dan juga apa yang tidak kauminta Aku berikan kepadamu, baik
kekayaan maupun kemuliaan, sehingga sepanjang umurmu takkan ada seorang pun
seperti engkau di antara raja-raja.
Mrk.
6:30-34
6:30 Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan
memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan.
6:31 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Marilah ke tempat yang
sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!" Sebab memang
begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makan pun mereka
tidak sempat.
6:32 Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan
perahu ke tempat yang sunyi.
6:33 Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka
dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang
orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka.
6:34 Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang
banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka
seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak
hal kepada mereka.
Kesepian
di Tengah Keramaian, Ambilah Tempat Sepi!
Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda
Gereja belajar bagaimana menjadi pribadi beriman itu perlu mempersiapkan diri
dengan serius. Doa dan membangun sikap batin dalam relasi bersama Allah itu
menjadi penting dan mendasar. Dalam bacaan Injil kita oleh Yesus diajak ke
tempat yang sepi. Di mana kesempatan untuk menyepi dan beristirahat dan jangan
lupa, menimba kekuatan rohani dan spiritual.
Era modern ini cenderung bergegas, bergerak cepat,
kadang tergesa-gesa, ini semua dalam alur yang siapa cepat dapat. Sangat mungkin
benar, namun tidak jarang juga mengalami yang namanya cepat lelah, kehabisan
energi, merasa letih tanpa alasan. Jamak kita temui wajah, letih, lesu,
cemberut, dan betapa mudahnya emosi tersulut.
Jalanan adalah etalase kepribadian kita bersama. Lihat
bagaimana orang bergegas, mau menang dan cepat sendiri, namun abai akan
keselamatan, persiapan, dan banyak hal lainnya. Alasan sibuk, bangun terlambat,
dan ugal-ugalan di jalan. Sejatinya mereka mengejar kecepatan tanpa persiapan. Abai
akan persiapan batin di dalam mempersiapkan kesibukan itu.
Boleh dan benar memang susah melihat di zaman modern
ini untuk santai, namun ingat yang serius pun perlu diimbangi dengan suasana
hening, tenang, dan sepi. Ingat sepi, bukan kesepian. Kesepian di tengah hiruk
pikuk, di mall itu justru banyak orang kesepian di antara keramaian. Ironis bukan?
Iya, karena mereka mengandalkan otak, gerak tubuh dan badan, dan mengabaikan
hati yang tenang dan damai.
Ada masukan dari seorang guru, mencoba doa Bapa
Kami dalam waktu 3.5 menit. Dan upaya yang tidak mudah satu menit saja sudah
perjuangan. Ini adalah salah satu sarana untuk menjadikan pribadi yang lebih
tenang, pelan-pelan, dan tidak tergesa-gesa di dalam hidup. benar terasa
perbedaannya ketika kita mau memperlambat diri, terutama dalam beraksi dan
memberikan tanggapan.
Atas nama kebutuhan ekonomi, kecepatan dalam
bertindak, kadang kita abai akan sisi spritual. Bersama Tuhan dalam kasih
karunia-Nya adalah ketenangan, keheningan, dan menjalin relasi dan komunikasi
bersama Tuhan di tempat yang tersembunyi.
Berbahagialah kita di dalam Gereja memiliki
kharisma hidup dalam pertapaan. Itu salah satu wujud konkrit menyingkir ke
tempat yang sunyi. Mengistirahatkan hiruk pikuknya pikiran dan raga di tengah
dunia yang semakin cepat berputar dan menuntut kecepatan laju gerak kita. Sisi spritual
menjadi penyeimbang yang penting.BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar