Selasa
Biasa Pekan V (H)
1
Raj. 8:22-23,27-10
Mzm.
84:3,4,5,10,11
Mrk.
7:1-13
1
Raj. 8:22-23,27-10
8:22 Kemudian berdirilah
Salomo di depan mezbah TUHAN di hadapan segenap jemaah Israel, ditadahkannyalah
tangannya ke langit,
8:23 lalu berkata: "Ya
TUHAN, Allah Israel! Tidak ada Allah seperti Engkau di langit di atas dan di
bumi di bawah; Engkau yang memelihara perjanjian dan kasih setia kepada
hamba-hamba-Mu yang dengan segenap hatinya hidup di hadapan-Mu;
8:27 Tetapi benarkah Allah
hendak diam di atas bumi? Sesungguhnya langit, bahkan langit yang mengatasi
segala langit pun tidak dapat memuat Engkau, terlebih lagi rumah yang kudirikan
ini.
8:28 Maka berpalinglah kepada
doa dan permohonan hamba-Mu ini, ya TUHAN Allahku, dengarkanlah seruan dan doa
yang hamba-Mu panjatkan di hadapan-Mu pada hari ini!
8:29 Kiranya mata-Mu terbuka
terhadap rumah ini, siang dan malam, terhadap tempat yang Kaukatakan: nama-Ku
akan tinggal di sana; dengarkanlah doa yang hamba-Mu panjatkan di tempat ini.
8:30 Dan dengarkanlah
permohonan hamba-Mu dan umat-Mu Israel yang mereka panjatkan di tempat ini;
bahwa Engkau juga yang mendengarnya di tempat kediaman-Mu di sorga; dan apabila
Engkau mendengarnya, maka Engkau akan mengampuni
Mrk.
7:1-13
7:1 Pada suatu kali
serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui
Yesus.
7:2 Mereka melihat, bahwa
beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang
tidak dibasuh.
7:3 Sebab orang-orang Farisi
seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan
tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang
mereka;
7:4 dan kalau pulang dari
pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya.
Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi
dan perkakas-perkakas tembaga.
7:5 Karena itu orang-orang
Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: "Mengapa
murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi
makan dengan tangan najis?"
7:6 Jawab-Nya kepada mereka:
"Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada
tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari
pada-Ku.
7:7 Percuma mereka beribadah
kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.
7:8 Perintah Allah kamu
abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia."
7:9 Yesus berkata pula kepada
mereka: "Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu
dapat memelihara adat istiadatmu sendiri.
7:10 Karena Musa telah
berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau
ibunya harus mati.
7:11 Tetapi kamu berkata:
Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang
dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban -- yaitu
persembahan kepada Allah --,
7:12 maka kamu tidak
membiarkannya lagi berbuat sesuatu pun untuk bapanya atau ibunya.
7:13 Dengan demikian firman
Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan
banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan."
Manusia
dan Kemanusiaan Lebih Utama, Hati-hati Sikap Munafik!
Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda
Gereja merenungkan firman-Nya dan beberapa hal yang berkaitan dengan hidup
bersama. Gereja juga memperingatan Hari Orang Sakit Sedunia. Dalam khotbah
peringatan ini, Bapa Paus mengatakan, jangan mengutamakan sakit di atas
orangnya. Dalam beberapa waktu terakhir, kita saksikan bagaimana orang malah
seolah menari di atas derita di Wuhan.
Ada yang
menaikan harga masker, hingga puluhan kali lipat. Atau berkisah mengenai berita
yang dipakai untuk kepentingan politik, ada pula yang menolak hanya untuk
melakukan karantina. Ingat, belum tentu sakit. Dan mereka adalah saudara
sebangsa. Lebih ironis lagi, ada seorang pejabat publik yang meminta kompensasi
kepada pemerintah pusat. Kemanusiaan diabaikan atas nama sakit dan penyakit.
Dalam bacaan Injil Tuhan mengritik perilaku
pendengarnya yang lebih mengutamakan ritual, adat istiadat, dan melupakan
kehendak dan anjuran Tuhan. Yang dipakai adalah pengabdian kepada orang tua
yang dikalahkan oleh pelaksanaan adat korban. Dan mereka bangga atas nama adat
istiadat, korban dan menafikan orang tua, dan itu adalah perintah Tuhan.
Kritik yang Tuhan nyatakan adalah, bagaimana
perilaku mereka itu lain di bibir dan yang dilakukan. Mereka fasih mengatakan
ini dilarang dan itu terlarang. Ini tidak boleh itu juga jangan. Namun untuk mengulurkan tangan kebaikan mereka
sangat berat. Bung Karno sebagai presiden dan salah satu pendiri bangsa ini
mengatakan, satunya kata dan perbuatan. Ternyata para pendengar Yesus yang mau
mengritisi ini beda antara perbuatan dan yang diucapkan.
Dalam konteks yang lebih khusus, sangat mungkin
kita adalah aktivis Gereja, namun menelantarkan keluarga. Hanya bisa mengatakan
ini dan itu namun tidak bisa menerapkannya di dalam keluarga. Ini adalah ironis
dan sangat mungkin terjadi di antara kita sendiri.
Saudara terkasih, mengapa bisa demikian? Ini adalah
karena kita terlepas dari kasih karunia Allah. Kita hanya mengandalkan kekuatan
kita. Rasio, pemikiran, dan intelektual kita semata yang bekerja, tanpa
melibatkan Tuhan dan kasih-Nya yang lembut dan adil. Satukan apa yang kita lakukan
di dalam perutusan Tuhan, sehingga kita akan bisa selaras dan sejalan antara
yang dinyatakan dan dilakukan. Ini penting agar orang bisa melakukan dengan
sepenuh jiwa dan raga. Perilaku munafik bisa terkalahkan.
Kemanusiaan dan manusia jauh lebih utama dan
penting dari pada sakit dan penyakit. Apalagi hanya sekadar uang. Utamakan dan
belajar mampu mengamalkan bukan semata menghapalkannya. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar