Selasa, 11 Februari 2020

Manusia dan Kemanusiaan Lebih Utama, Hati-hati Sikap Munafik!


Selasa Biasa Pekan V (H)

1 Raj. 8:22-23,27-10
Mzm. 84:3,4,5,10,11
Mrk. 7:1-13




1 Raj. 8:22-23,27-10

8:22 Kemudian berdirilah Salomo di depan mezbah TUHAN di hadapan segenap jemaah Israel, ditadahkannyalah tangannya ke langit,
8:23 lalu berkata: "Ya TUHAN, Allah Israel! Tidak ada Allah seperti Engkau di langit di atas dan di bumi di bawah; Engkau yang memelihara perjanjian dan kasih setia kepada hamba-hamba-Mu yang dengan segenap hatinya hidup di hadapan-Mu;
8:27 Tetapi benarkah Allah hendak diam di atas bumi? Sesungguhnya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langit pun tidak dapat memuat Engkau, terlebih lagi rumah yang kudirikan ini.
8:28 Maka berpalinglah kepada doa dan permohonan hamba-Mu ini, ya TUHAN Allahku, dengarkanlah seruan dan doa yang hamba-Mu panjatkan di hadapan-Mu pada hari ini!
8:29 Kiranya mata-Mu terbuka terhadap rumah ini, siang dan malam, terhadap tempat yang Kaukatakan: nama-Ku akan tinggal di sana; dengarkanlah doa yang hamba-Mu panjatkan di tempat ini.
8:30 Dan dengarkanlah permohonan hamba-Mu dan umat-Mu Israel yang mereka panjatkan di tempat ini; bahwa Engkau juga yang mendengarnya di tempat kediaman-Mu di sorga; dan apabila Engkau mendengarnya, maka Engkau akan mengampuni



Mrk. 7:1-13

7:1 Pada suatu kali serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus.
7:2 Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh.
7:3 Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka;
7:4 dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga.
7:5 Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: "Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?"
7:6 Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.
7:7 Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.
7:8 Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia."
7:9 Yesus berkata pula kepada mereka: "Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri.
7:10 Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati.
7:11 Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban -- yaitu persembahan kepada Allah --,
7:12 maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatu pun untuk bapanya atau ibunya.
7:13 Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan."




Manusia dan Kemanusiaan Lebih Utama, Hati-hati Sikap Munafik!

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan firman-Nya dan beberapa hal yang berkaitan dengan hidup bersama. Gereja juga memperingatan Hari Orang Sakit Sedunia. Dalam khotbah peringatan ini, Bapa Paus mengatakan, jangan mengutamakan sakit di atas orangnya. Dalam beberapa waktu terakhir, kita saksikan bagaimana orang malah seolah menari di atas derita di Wuhan.
Ada  yang menaikan harga masker, hingga puluhan kali lipat. Atau berkisah mengenai berita yang dipakai untuk kepentingan politik, ada pula yang menolak hanya untuk melakukan karantina. Ingat, belum tentu sakit. Dan mereka adalah saudara sebangsa. Lebih ironis lagi, ada seorang pejabat publik yang meminta kompensasi kepada pemerintah pusat. Kemanusiaan diabaikan atas nama sakit dan penyakit.
Dalam bacaan Injil Tuhan mengritik perilaku pendengarnya yang lebih mengutamakan ritual, adat istiadat, dan melupakan kehendak dan anjuran Tuhan. Yang dipakai adalah pengabdian kepada orang tua yang dikalahkan oleh pelaksanaan adat korban. Dan mereka bangga atas nama adat istiadat, korban dan menafikan orang tua, dan itu adalah perintah Tuhan.
Kritik yang Tuhan nyatakan adalah, bagaimana perilaku mereka itu lain di bibir dan yang dilakukan. Mereka fasih mengatakan ini dilarang dan itu terlarang. Ini tidak boleh itu juga jangan. Namun  untuk mengulurkan tangan kebaikan mereka sangat berat. Bung Karno sebagai presiden dan salah satu pendiri bangsa ini mengatakan, satunya kata dan perbuatan. Ternyata para pendengar Yesus yang mau mengritisi ini beda antara perbuatan dan yang diucapkan.
Dalam konteks yang lebih khusus, sangat mungkin kita adalah aktivis Gereja, namun menelantarkan keluarga. Hanya bisa mengatakan ini dan itu namun tidak bisa menerapkannya di dalam keluarga. Ini adalah ironis dan sangat mungkin terjadi di antara kita sendiri.
Saudara terkasih, mengapa bisa demikian? Ini adalah karena kita terlepas dari kasih karunia Allah. Kita hanya mengandalkan kekuatan kita. Rasio, pemikiran, dan intelektual kita semata yang bekerja, tanpa melibatkan Tuhan dan kasih-Nya yang lembut dan adil. Satukan apa yang kita lakukan di dalam perutusan Tuhan, sehingga kita akan bisa selaras dan sejalan antara yang dinyatakan dan dilakukan. Ini penting agar orang bisa melakukan dengan sepenuh jiwa dan raga. Perilaku munafik bisa terkalahkan.
Kemanusiaan dan manusia jauh lebih utama dan penting dari pada sakit dan penyakit. Apalagi hanya sekadar uang. Utamakan dan belajar mampu mengamalkan bukan semata menghapalkannya. BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar