Kamis, 06 Februari 2020

Paulus Miki dan Mengandalkan Tuhan Semata


Pw. Paulus Miki, Im dkk, Mrt (M)
1 Raj. 2:1-4,10-12
1 Taw. 29:10,11ab,11d-12a,112bcd
Mrk. 6:7-13




1 Raj. 2:1-4,10-12

2:1 Ketika saat kematian Daud mendekat, ia berpesan kepada Salomo, anaknya:
2:2 "Aku ini akan menempuh jalan segala yang fana, maka kuatkanlah hatimu dan berlakulah seperti laki-laki.
2:3 Lakukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, dan dengan tetap mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuan-Nya, seperti yang tertulis dalam hukum Musa, supaya engkau beruntung dalam segala yang kaulakukan dan dalam segala yang kautuju,
2:4 dan supaya TUHAN menepati janji yang diucapkan-Nya tentang aku, yakni: Jika anak-anakmu laki-laki tetap hidup di hadapan-Ku dengan setia, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa, maka keturunanmu takkan terputus dari takhta kerajaan Israel.
2:10 Kemudian Daud mendapat perhentian bersama-sama nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di kota Daud.
2:11 Dan Daud memerintah orang Israel selama empat puluh tahun; di Hebron ia memerintah tujuh tahun, dan di Yerusalem ia memerintah tiga puluh tiga tahun.
2:12 Salomo duduk di atas takhta Daud, ayahnya, dan kerajaannya sangat kokoh.

Mrk. 6:7-13

6:7 Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat,
6:8 dan berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, roti pun jangan, bekal pun jangan, uang dalam ikat pinggang pun jangan,
6:9 boleh memakai alas kaki, tetapi jangan memakai dua baju.
6:10 Kata-Nya selanjutnya kepada mereka: "Kalau di suatu tempat kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari tempat itu.
6:11 Dan kalau ada suatu tempat yang tidak mau menerima kamu dan kalau mereka tidak mau mendengarkan kamu, keluarlah dari situ dan kebaskanlah debu yang di kakimu sebagai peringatan bagi mereka."
6:12 Lalu pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat,
6:13 dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka.



Paulus Miki dan Mengandalkan Tuhan Semata

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan bagaimana perutusan kita. Perutusan yang harus mengandalkan Tuhan semata di dalam menjalaninya. Kita di dalam kehidupan sehari-hari itu tidak lepas dari perutusan di dalam Tuhan. Setiap nafas hidup kita di dalam menjalankan kehendak dan perutusan dari Tuhan. Apa yang kita lakukan bukan apa yang kita kehendaki, namun apa yang Tuhan rancangkan.
Kita diutus itu mungkin seolah hapal di luar kepala, pengajaran berulang-ulang, plus setiap dalam kegiatan Gerejani hal ini juga menjadi penekanan. Salah satu yang perlu kita sadari adalah kesiapsediaan untuk menjalankan tanpa penolakan, apalagi memikirkan bekal dan apa yang kita miliki dan akan kita jadikan bekal. Paling sering adalah jawaban penolakan, bukan tidak mau namun merasa tidak mampu dan tidak layak, tidak cukup bekal dan seterusnya.
Dalam bacaan kali ini justru Yesus melarang para murid membawa bekal. Mengapa? Jika demikian sangat mungkin kita menjadi abai akan kekuasaan dan kebaikan Tuhan. Jauh lebih  mengandalkan sisi manusiawi  sendiri. Hal yang sangat wajar ketika kita belum bertumbuh dalam iman.
Termasuk mengalahkan diri sendiri untuk mampu mengandalkan Tuhan dalam hidup kita. Hal yang sangat tidak mudah dan menjadi perjuangan, mungkin seumur hidup. Padahal sederhana malah.  Namun mengapa menjadi demikian susah? Karena rasio kita yang dominan.
Saudara terkasih, hari ini Gereja juga merayakan Para Martir Jepang. Imam dan awam Jesuit yang menjadi korban dan kemartiran di tanah Jepang. Siksaan ngeri dan Paulus sebagai imam meneguhkan para katekis dan awam yang disesah itu. Apakah hukuman dari kekaisaran ini mampu merampas iman mereka? Dan mereka tetap setia, bahkan dengan dibunuh dengan cara di salib. Mereka tetap setia dan wafat ketika lambung mereka ditombak. Jalan kemartiran yang identik dengan apa yang Tuhan Yesus terima.
Apa yang dilakukan Paulus Miki dan kawan-kawan tampaknya adalah jalan perutusan yang mendasar, mereka menjalankan kehendak Tuhan bahkan dengan mengorbankan nyawa mereka. Salib kita mungkin berbeda-beda, namun bagaimana kita menjalani dan memanggulnya itu dengan penuh kesetiaan atau malah nglokro, dan kemudian memangkas salib itu biar ringan?BD. eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar