Sabtu, 29 Februari 2020

Tobat itu Balik Arah


Sabtu Sesudah Rabu Abu (U)
Yes. 58:9-14
Mzm. 86:1-2,3-4,5-6
Luk. 5:27-32




Yes. 58:9-14

58:9 Pada waktu itulah engkau akan memanggil dan TUHAN akan menjawab, engkau akan berteriak minta tolong dan Ia akan berkata: Ini Aku! Apabila engkau tidak lagi mengenakan kuk kepada sesamamu dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah,
58:10 apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas maka terangmu akan terbit dalam gelap dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari.
58:11 TUHAN akan menuntun engkau senantiasa dan akan memuaskan hatimu di tanah yang kering, dan akan membaharui kekuatanmu; engkau akan seperti taman yang diairi dengan baik dan seperti mata air yang tidak pernah mengecewakan.
58:12 Engkau akan membangun reruntuhan yang sudah berabad-abad, dan akan memperbaiki dasar yang diletakkan oleh banyak keturunan. Engkau akan disebutkan "yang memperbaiki tembok yang tembus", "yang membetulkan jalan supaya tempat itu dapat dihuni".
58:13 Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan urusanmu pada hari kudus-Ku; apabila engkau menyebutkan hari Sabat "hari kenikmatan", dan hari kudus TUHAN "hari yang mulia"; apabila engkau menghormatinya dengan tidak menjalankan segala acaramu dan dengan tidak mengurus urusanmu atau berkata omong kosong,
58:14 maka engkau akan bersenang-senang karena TUHAN, dan Aku akan membuat engkau melintasi puncak bukit-bukit di bumi dengan kendaraan kemenangan; Aku akan memberi makan engkau dari milik pusaka Yakub, bapa leluhurmu, sebab mulut TUHANlah yang mengatakannya.


Luk. 5:27-32

5:27 Kemudian, ketika Yesus pergi ke luar, Ia melihat seorang pemungut cukai, yang bernama Lewi, sedang duduk di rumah cukai. Yesus berkata kepadanya: "Ikutlah Aku!"
5:28 Maka berdirilah Lewi dan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Dia.
5:29 Dan Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya dan sejumlah besar pemungut cukai dan orang-orang lain turut makan bersama-sama dengan Dia.
5:30 Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut kepada murid-murid Yesus, katanya: "Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?"
5:31 Lalu jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit;
5:32 Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat.


Tobat itu Balik Arah

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja sedang memasuki masa pertobatan, masa puasa di mana kita diajak untuk menyadari kerapuhan kita. Waktu untuk sejenak menggali persoalan-persoalan yang perlu kita benahi. Tema-tema pertobatan dan kerapuhan menjadi topik sentral hari-hari ini. Dalam bacaan Injil kita bersama diajak untuk memperbaiki diri. Seturut dengan panggilan Lewi.
Apa yang dapat kita pelajari dalam kisah tersbut? Pertama, perjumpaan dan panggilan Yesus menjadi yang utama. Lewi yang berprofesi sebagai pemungut cukai adalah pendosa bagi warga Yahudi waktu itu. Karena menjadi kaki jangan penjajah, mereka juga biasa memungut lebih untuk keuntungan sendiri. Panggilan Yesus juga untuk mereka ini.
Kedua, mendengarkan sapaan dan panggilan Yesus, Lewi melepaskan semuanya dan mengikuti Yesus. Masa lalunya ia tanggalkan dan tinggalkan. Semuanya digantikan dengan yang baru. Hidup di dalam Tuhan.
Ketiga, akan selalu ada olok-olok, sikap tidak menerima perubahan menjadi baik. Hal yang sama terjadi. Bagaimana  orang Farisi dan ahli agama memperolok Lewi dan pemungut cukai yang makan bersama Yesus.
Keempat. Orang sakit memerlukan tabib, bukan orang sehat. Hal yang logis dan sederhana dilakukan Yesus untuk menyelesaikan iri dan dengki di mana menjadi hasutan. Ini berbahaya dan perlu dijawab dengan lugas dan tegas. Ingat kelompok ini justru terdidik namun kaku dalam pola pikir.
Saudara terkasih pertobatan itu berbalik arah, memperbaiki yang buruk, dan menambahkan kebaikan sehingga lebih baik lagi. Ada tindakan, aksi, perbuatan, dan tidak semata kata-kata atau keinginan. Perubahan yang radikal dan mendalam, tidak hanya sebatas rasionalisasi dan perubahan sementara. Meninggalkan hal-hal yang selama ini buruk dan jelek. Memperbaiki diri.
Inisiatif pertobatan dari Allah. Tuhan yang mengusik, menggebah, dan menggelitik nurani kita, sehingga kita menyadari kesalahan itu dan mau memperbaiki. Peran Tuhan cukup besar dan kuat. Kuasa jahat juga ikut terlibat untuk menggoda agar kita tetap terlena.
Kata orang yang memperolok perubahan kita adalah dorongan si jahat. Iblis enggan ada yang meninggalkannya. Dan menggunakan sekitar kita, orang terdekat untuk mengganggu langkah kita kembali kepada-Nya. BD.eLeSHa.




Jumat, 28 Februari 2020

Puasalah Hatimu!


Jumat Sesudah Rabu Abu (U)
Yes. 58:1-9
Mzm. 51:3-4,5-6,18-19
Mat. 9:14-15



Yes. 58:1-9

58:1 Serukanlah kuat-kuat, janganlah tahan-tahan! Nyaringkanlah suaramu bagaikan sangkakala, beritahukanlah kepada umat-Ku pelanggaran mereka dan kepada kaum keturunan Yakub dosa mereka!
58:2 Memang setiap hari mereka mencari Aku dan suka untuk mengenal segala jalan-Ku. Seperti bangsa yang melakukan yang benar dan yang tidak meninggalkan hukum Allahnya mereka menanyakan Aku tentang hukum-hukum yang benar, mereka suka mendekat menghadap Allah, tanyanya:
58:3 "Mengapa kami berpuasa dan Engkau tidak memperhatikannya juga? Mengapa kami merendahkan diri dan Engkau tidak mengindahkannya juga?" Sesungguhnya, pada hari puasamu engkau masih tetap mengurus urusanmu, dan kamu mendesak-desak semua buruhmu.
58:4 Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi.
58:5 Sungguh-sungguh inikah berpuasa yang Kukehendaki, dan mengadakan hari merendahkan diri, jika engkau menundukkan kepala seperti gelagah dan membentangkan kain karung dan abu sebagai lapik tidur? Sungguh-sungguh itukah yang kausebutkan berpuasa, mengadakan hari yang berkenan pada TUHAN?
58:6 Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk,
58:7 supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!
58:8 Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan lukamu akan pulih dengan segera; kebenaran menjadi barisan depanmu dan kemuliaan TUHAN barisan belakangmu.
58:9 Pada waktu itulah engkau akan memanggil dan TUHAN akan menjawab, engkau akan berteriak minta tolong dan Ia akan berkata: Ini Aku! Apabila engkau tidak lagi mengenakan kuk kepada sesamamu dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah,


Mat. 9:14-15

9:14 Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata: "Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?"
9:15 Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa


Puasalah Hatimu!

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan mengenai puasa dalam firman Tuhan. Puasa yang ada di dalam Gereja, perlu kita pahami dengan paradigma dan pengetahuan Gereja. Kita hidup  di tengah kelompok yang dengan gegap gempita puasa dengan kondisi dan syarat yang cukup berbeda.
Konsep yang sama dipertanyakan oleh orang-orang Farisi kepada Yesus. Kemarin, ada rekan yang bertanya mengenai bagaimana puasa, ketika ia tergantung pada obat yang harus ia konsumsi. Ini jelas berkaitan dengan puasa saudara kita Muslim yang demikian ketat dan harus tidak makan dan minum sama sekali dari matahari terbit hingga tenggelam.
Dalam aturan yang telah diedarkan, dibacakan dalm Surat Gembala sebenarnya telah gamblang, namun toh sangat mungkin ada yang terpengaruh kebiasaan lain. Makan hanya satu kali. Jelas, artinya mengosumsi obat bukan masalah.
Sejatinya menahan makan dan minum itu bukan perkara susah. Lihat pribadi-pribadi diet. Mereka tahan haus dan lapar bukan? Artinya itu sangat mungkin dan bisa dilakukan dengan relatif mudah. Jauh lebih penting, sebagaimana kata Paus Fransiskus. Mengubah diri, menuju kepada pribadi yang lebih baik dan bagus. Perubahan sikap batin, bukan semata mengurangi ini dan itu. bagaimana Paus menyatakan, puasa dari yang negatif kepada yang positif. Pergerakan pada arah yang lebih baik.
Perubahan sikap juga sejatinya bisa hingga usai dari masa Paskah. Adanya kebaikan bukan berhenti pada saat Prapaskah semata. Bagaimana berbagi dengan penuh kesadaran. Mengurangi hal-hal buruk agar menjadi lebih baik. Lha apa ya pantes mosok baik kog terbatas waktu.
Saudara terkasih, inilah yang patut menjadi perhatian kita bersama. Bagaimana mengoyakan hati bukan semata pakaian. Jika mengoyakkan pakaian, akan lebih mudah, semua bisa. Dan bagaimana mengubah sikap batin. Tidak semata yang lahiriah, namun yang batin, spiritual, dan yang rohani itu. Mau pantang makan dan minum atau kesenangan, namun mulutnya masih mudah untuk mengumpat, memaki, atau malah menyakiti orang lain. Untuk apa susah-susah menahan lapar dan haus. Memang tidak salah berpantang ini dan itu. Itu adalah langkah awal yang  perlu kita perjuangkan terus menerus. Hingga pada akhirnya mampu melakukan puasa dan pantang yang hakiki. BD.eLeSHa.

Kamis, 27 Februari 2020

Menyangkal Diri dan Memikul Salib


Kamis Sesudah Rabu Abu (U)
Ul. 30:15-20
Mzm. 1:1-2,3,4,6
Luk. 9:22-25



Ul. 30:15-20

30:15 Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan,
30:16 karena pada hari ini aku memerintahkan kepadamu untuk mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturan-Nya, supaya engkau hidup dan bertambah banyak dan diberkati oleh TUHAN, Allahmu, di negeri ke mana engkau masuk untuk mendudukinya.
30:17 Tetapi jika hatimu berpaling dan engkau tidak mau mendengar, bahkan engkau mau disesatkan untuk sujud menyembah kepada allah lain dan beribadah kepadanya,
30:18 maka aku memberitahukan kepadamu pada hari ini, bahwa pastilah kamu akan binasa; tidak akan lanjut umurmu di tanah, ke mana engkau pergi, menyeberangi sungai Yordan untuk mendudukinya.
30:19 Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu,
30:20 dengan mengasihi TUHAN, Allahmu, mendengarkan suara-Nya dan berpaut pada-Nya, sebab hal itu berarti hidupmu dan lanjut umurmu untuk tinggal di tanah yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni kepada Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepada mereka."

Luk. 9:22-25

9:22 Dan Yesus berkata: "Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga."
9:23 Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.
9:24 Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya.
9:25 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?



Menyangkal Diri dan Memikul Salib

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan firman-Nya yang berkaitan dengan syarat mengikuti-Nya. Tuhan  mengajak kita untuk tahu dengan baik apa yang Tuhan kehendaki di dalam menapaki jalannya Tuhan. Prasyarat sebagai pengikut setia Tuhan itu menyangkal diri dan memikul salib.
Permintaan yang tidak mudah, susah, dan juga perlu perjuangan terus menerus. Menyangkal diri berarti mengingkari dunia. Kadang orang itu jauh lebih lekat kepada dunia dari pada mengarahkan diri pada Tuhan dan rancangan-Nya. Kita dapat melihat itu dalam sebuah peristiwa sederhana saja. Berdoa. Di dalam doa itu apa yang menjadi inti dari ibdah kita? Tuhan, atau kita?
Di dalam doa itu apa yang menjadi inti dan pokoknya. Mengucap syukur, memuji Allah, atau penuh dengan permohonan atau malah keluhan semata. Memohon kepada Tuhan sih baik-baik saja, namun apakah itu keseluruhan dari doa kita?
Atau dalam hidup bersama kita. Bagaimana perbuatan baik itu kita lakukan. Apakah biar mendapatkan balasan setimpal, atau karena merasa sudah mendapatkan kebaikan dan kasih karunia Allah dan kemudian kita menyalurkan rahmat itu kepada sesama?  Di sinilah pembedanya.
Menyangkal diri berarti mengecilkan diri, kepentingan diri, dan semua hal yang berfokus pada diri kepada kehendak Tuhan dan kebaikan sesama. Orientasi keluar. Siap berbagi dan memberikan. Yang biasa mengumpulkan,  saatnya berbagi.
Memanggul salib. Dalam hidup sehari-hari, apalagi kita sebagai anak bangsa Indonesia, salib itu bertebaran di mana-mana. Kita diajak untuk setia, memanggul Salib dan tekun menjalaninya. Tidak perlu mengeluh kesulitan di dalam menjadi anak-anak Allah. Cara-cara curang, tidak adil, dan kesulitan hidup yang banyak bertebaran karena pilihan Tuhan atas kita.
Salib yang perlu kita panggul dengan penuh kesadaran bukan penyesalan. Salib jelas tidak ada yang mudah dan ringan. Jika memilih yang mudah dan ringan, salah tempat. Tuhan tidak pernah menjanjikan hal yang ringan dan mudah. Tuhan memberikan janji di mana akan mengirimkan Roh Kudus yang akan menghibur dan menguatkan.
Saudara terkasih, Tuhan menyiapkan kita dengan kekuatan bukan kita sendiri yang menjalaninya, ada Roh Kudus yang turut membantu kita. Termasuk di dalam menyangkal diri dan memanggul salib. Kita tidak pernah sendirian di dalam upaya kita. Tuhan sudah menanti dan menyiapkan yang terbaik bagi hidup kita. BD.eleSHa.


Selasa, 25 Februari 2020

Rabu Abu


Rabu Abu (U)
Yl. 2:12-18
Mzm. 51: 3-4,5-6a,12-13,14,17
2 Kor. 5:20-6:2
Mat. 6:1-6



Yl. 2:12-18

2:12 "Tetapi sekarang juga," demikianlah firman TUHAN, "berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh."
2:13 Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya.
2:14 Siapa tahu, mungkin Ia mau berbalik dan menyesal, dan ditinggalkan-Nya berkat, menjadi korban sajian dan korban curahan bagi TUHAN, Allahmu.
2:15 Tiuplah sangkakala di Sion, adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya;
2:16 kumpulkanlah bangsa ini, kuduskanlah jemaah, himpunkanlah orang-orang yang tua, kumpulkanlah anak-anak, bahkan anak-anak yang menyusu; baiklah penganten laki-laki keluar dari kamarnya, dan penganten perempuan dari kamar tidurnya;
2:17 baiklah para imam, pelayan-pelayan TUHAN, menangis di antara balai depan dan mezbah, dan berkata: "Sayangilah, ya TUHAN, umat-Mu, dan janganlah biarkan milik-Mu sendiri menjadi cela, sehingga bangsa-bangsa menyindir kepada mereka. Mengapa orang berkata di antara bangsa: Di mana Allah mereka?"
2:18 TUHAN menjadi cemburu karena tanah-Nya, dan Ia belas kasihan kepada umat-Nya


2 Kor. 5:20-6:2

5:20 Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah.
5:21 Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah
6:1 Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima.
6:2 Sebab Allah berfirman:  "Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau,  dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau."  Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu.


Mat. 6:1-6

6:1 "Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.
6:2 Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
6:3 Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.
6:4 Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."
6:5 "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
6:6 Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.


Rabu Abu

Saudara terkasih, hari ini kita merayakan Rabu Abu, di mana kita memasuki masa pertobatan, Prapaskah kesempatan untuk  retret agung umat. Kesempatan untuk memperbaiki diri. Pertobatan yang hakiki, di mana ada balik arah. Mengubah hidup secara radikal. Tobat tanpa perubahan, dan balik arah itu belum bertobat.
Satu yang khas dalam masa ini adalah adanya pantang dan puasa. Bagus tahun ini ada perubahan, di mana dinyatakan makan hanya sekali menggantikan makan kenyang sekali yang sering diplesetkan makan sangat kenyang, atau makan berkali-kali, asal tidak kenyang, dan yang kenyang satu kali. Pemilihan kata yang lebih tepat dan tidak multi tafsir.
Dalam bacaan Injil Yesus berfirman, koyakanlah hatimu, jangan pakaianmu. Dalam alam Perjanjian Lama, simbol pertobatan adalah mengoyakan pakaian. Pakaian yang terkoyak itu masih sebatas tanda, simbol, dan pralambang, bagi yang mau bertobat itu mengoyakkan pakaian. Yesus meminta leih dari itu, yaitu mengoyakkan hati. Mengubah perilaku dan perihidup, yang berasal dari hati yang berubah.
Perubahan sikap itu menambah apa yang sudah baik, mengurangi apa-apa yang belum bagus. Jika selama ini melakukan doa masih sebatas rutinitas, bagaimana menyadari dan melakukan itu sebagai sebuah prioritas. Pun dengan sakramen lainnya.
Kebiasaan boros, makan sisa-sisa, bagaimana bisa lebih hemat dan peduli, bahwa ada orang lain yang kesulita hanya untuk makan. Dan perubahan itu bukan semata prapaskah, namun juga mengubah hidup ke depan menjadi lebih baik lagi.
Peduli. Jika selama ini mikir hanya untuk diri, keluarga, atau kelompok, mampu bisa lebih  berpikir bagi orang lain. Dengan demikian lebih berdaya guna dan memberikan makna yang mendalam. Benar apa yang dikatakan Tuhan, mengoyakkan hati. Hati yang bebal dan buruk menjadi lembut dan lebih baik dari hari ke hari.
Tanda salib di dahi adalah simbol pertobatan, kerapuhan, dan harapan untuk sadar sebagai orang berdosa. Nah apakah simbol itu dimaknai, atau berhenti hanya sampai di dahi saja? Inilah pentingnya kesadaran. Kita tidak hanya menandai dahi dengan abu, namun berbalik arah kepada kebaikan yang berarti adalah Tuhan. BD.eLeSHa.

Saling Melayani dan Mengalahkan Diri


Selasan Pekan Biasa VII (H)
Yak. 4:1-10
Mzm. 55;7-8,9-10a
Mrk. 9:30-37



Yak. 4:1-10

4:1 Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu?
4:2 Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa.
4:3 Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.
4:4 Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah.
4:5 Janganlah kamu menyangka, bahwa Kitab Suci tanpa alasan berkata: "Roh yang ditempatkan Allah di dalam diri kita, diingini-Nya dengan cemburu!"
4:6 Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati."
4:7 Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!
4:8 Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati!
4:9 Sadarilah kemalanganmu, berdukacita dan merataplah; hendaklah tertawamu kamu ganti dengan ratap dan sukacitamu dengan dukacita.
4:10 Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu.


Mrk. 9:30-37

9:30 Yesus dan murid-murid-Nya berangkat dari situ dan melewati Galilea, dan Yesus tidak mau hal itu diketahui orang;
9:31 sebab Ia sedang mengajar murid-murid-Nya. Ia berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit."
9:32 Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada-Nya.
9:33 Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Kapernaum. Ketika Yesus sudah di rumah, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Apa yang kamu perbincangkan tadi di tengah jalan?"
9:34 Tetapi mereka diam, sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka.
9:35 Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka: "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya."
9:36 Maka Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka:
9:37 "Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku."


Saling Melayani dan Mengalahkan Diri

Saudara terkasih, hari ini kita belajar dan merenungkan Firman Tuhan bersama Bunda Gereja mengenai kwalitas diri. Dalam bacaan Injil dikisahkan bagaimana para murid itu berebut siapa yang paling besar di antara mereka. Hal yang sangat kontekstual, ketika orang dan dunia sedang berlomba-lomba berkejaran dengan kecepatan dan ketenaran. Kadang demi tenar pun bisa mengorbankan orang lain.
Prank, fake, kadang malah juga mengubah persepsi dan opini sering menjadi pilihan meskipun kadang menyebabkan masalah. Masuk bui, tuntutan penegak hukum, itu hanya karena demi yang namaya viral. Demi mendapatkan penonton, pembaca, dan penggemar yang banyak, mereka kemudian menggunakan segala cara. Miris ketika cara buruk, bahkab jahat pun dilakukan.
Apa yang diperebutkan para murid, sama juga dengan kebiasaan, tabiat kita, di mana biasa pengin menjadi yang ter...ter... Bisa terbaik, terdepan, dan terpopuler. Nah ternyata oleh Yesus kita diajak untuk menghayati spiritualitas kesederhanaan. Sederhana di dalam berfikir, bersikap, dan berperilaku. Beberapa sikap yang patut sebagai murid Tuhan;
Tulus. Anak kecil yang dipakai oleh Tuhan dalam bacaan adalah anak-anak. Anak itu memiliki sikap tulus. Tidak ada kemunafikan dan pamrih dalam diri dan sikap anak-anak. Inilah kualitas, tulus. Dunia biasanya pamrih, upah, dan balasan. Diajak lepas bebas.
Melayani. Orang atau dunia cenderung meminta pelayanan. Mengharapkan orang lain melakukan demi dirinya. Tidak jarang apa yang dilakukan itu juga memperalat orang lain demi keuntungan dan manfaat dirinya sendiri. Manipulatif dan munafik.
Mengosongkan diri. Memberikan kesempatan kepada orang lain, pihak lain, dan menahan diri untuk tidak menjadi lebih dari yang sepatutnya. Orientasi pada orang lain, bukan diri dan kemegahan diri. Ini sebuah tabiat yang kadang tidak kita sadari namun menjadi sebuah kebiasaan.
Tahu diri. Tidak terlalu banyak menginginkan hal yang sejatinya tahu bahwa ia tidak mampu untuk itu. di dunia modern ini sering kita jatuh pada penyakit sok tahu dan abai akan kemampuan menakar diri sendiri.
Saudara terkasih, hal-hal yang ada di dunia memang tidak selalu buruk. Di dalam Tuhan apa yang tidak layak diupayakan menjadi lebih baik. Dan yang baik menjadi lebih baik lagi. Ini adalah proses hidup yang berkesadaran. BD.eLeSHa.

Berikanlah Waktu Prioritas untuk Doa


Senin Biasa Pekan VII (H)
Yak. 3:13-18
Mzm. 19:8,9,10,15
Mrk. 9:14-29



Yak. 3:13-18

3:13 Siapakah di antara kamu yang bijak dan berbudi? Baiklah ia dengan cara hidup yang baik menyatakan perbuatannya oleh hikmat yang lahir dari kelemahlembutan.
3:14 Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan kamu mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta melawan kebenaran!
3:15 Itu bukanlah hikmat yang datang dari atas, tetapi dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan.
3:16 Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.
3:17 Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik.
3:18 Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai


Mrk. 9:14-29

9:14 Ketika Yesus, Petrus, Yakobus dan Yohanes kembali pada murid-murid lain, mereka melihat orang banyak mengerumuni murid-murid itu, dan beberapa ahli Taurat sedang mempersoalkan  sesuatu dengan mereka.
9:15 Pada waktu orang banyak itu melihat Yesus, tercenganglah mereka semua dan bergegas menyambut Dia.
9:16 Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Apa yang kamu persoalkan dengan mereka?"
9:17 Kata seorang dari orang banyak itu: "Guru, anakku ini kubawa kepada-Mu, karena ia kerasukan roh yang membisukan dia.
9:18 Dan setiap kali roh itu menyerang dia, roh itu membantingkannya ke tanah; lalu mulutnya berbusa, giginya bekertakan dan tubuhnya menjadi kejang. Aku sudah meminta kepada murid-murid-Mu, supaya mereka mengusir roh itu, tetapi mereka tidak dapat."
9:19 Maka kata Yesus kepada mereka: "Hai kamu angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!"
9:20 Lalu mereka membawanya kepada-Nya. Waktu roh itu melihat Yesus, anak itu segera digoncang-goncangnya, dan anak itu terpelanting ke tanah dan terguling-guling, sedang mulutnya berbusa.
9:21 Lalu Yesus bertanya kepada ayah anak itu: "Sudah berapa lama ia mengalami ini?" Jawabnya: "Sejak masa kecilnya.
9:22 Dan seringkali roh itu menyeretnya ke dalam api ataupun ke dalam air untuk membinasakannya. Sebab itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami."
9:23 Jawab Yesus: "Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!"
9:24 Segera ayah anak itu berteriak: "Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!"
9:25 Ketika Yesus melihat orang banyak makin datang berkerumun, Ia menegor roh jahat itu dengan keras, kata-Nya: "Hai kau roh yang menyebabkan orang menjadi bisu dan tuli, Aku memerintahkan engkau, keluarlah dari pada anak ini dan jangan memasukinya lagi!"
9:26 Lalu keluarlah roh itu sambil berteriak dan menggoncang-goncang anak itu dengan hebatnya. Anak itu kelihatannya  seperti orang mati, sehingga banyak orang yang berkata: "Ia sudah mati."
9:27 Tetapi Yesus memegang tangan anak itu dan membangunkannya, lalu ia bangkit sendiri.
9:28 Ketika Yesus sudah di rumah, dan murid-murid-Nya sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka: "Mengapa kami tidak dapat mengusir roh itu?"
9:29 Jawab-Nya kepada mereka: "Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa."


Berikanlah Waktu Prioritas untuk Doa

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan firman Tuhan perihal berdoa. Bagaimana Tuhan menasihatkan dengan contoh yang konkret ketika para  murid gagal di dalam mengusir kuasa jahat. Peristiwa yang akhirnya menjadi pembelajaran bagi para murid hingga kita hari ini. Doa dan memberikan prioritas untuk aktifitas yang berkaitan dengan relasi bersama Tuhan. Ini menjadikan yang rutinitas menjadi sebuah prioritas.
Kadang kita di dalam hidup ini terlalu sibuk dan menyempatkan yang spiritual itu sebagai yang rutinitas semata. Seolah-olah menghabiskan waktu malah. Padahal berkaitan dengan yang memberikan waktu sejatinya. Menjadi naif dan lucu, malah mengabaikan yang utama. Karena yang utama tidak akan pernah nagih dan meminta untuk melakukan apa yang seharusnya kita lakukan.
Sikap si bapak yang mendapatkan teguran Yesus juga cukup bijaksana. Ia langsung menjadi percaya dan mendapatkan rahmat bahkan mukjizat kesembuhan. Derita si anak sejak kecil menjadi berkat, sembuh karena kepercayaan dari sang bapak yang memohon rahmat kesembuhan dari Yesus.
Saudara terkasih, Yesus yang Putera Allah saja selalu menyematkan berdoa. Dalam waktu-waktu tertentu, terutama sebelum mengambil keputusan penting, Yesus berdoa. Berdialog dengan Bapa dan menyerahkan semua ke dalam tangan Allah Bapa.  Lihat, apa yang Tuhan lakukan adalah keteladanan. Wujud nyata di dalam memberikan contoh perihal berdoa.
Kadang kita masih berdoa itu karena rutinitas. Perintah untuk Misa, doa harian, atau karena kebiasaan didikan sejak kecil. Lebih parah lagi jika berdoa karena mau meminta sesuatu. Biar lulus ujian, biar rezeki lancar. Dan pas sudah mendapatkan itu semua lupa. Apalagi bersyukur, lha berdoa nya saja sudah ditinggalkan. Lebih parah lagi jika doa itu takut Tuhan murka. Lha dalah, bagaimana bisa Tuhan Maha Murah dan Maharahim kog murka, memangnya Tuhan itu pribadi yang haus pujian apa?
Doa itu kekuatan kita. Lihat para murid tidak berdaya karena teryata mereka gamang. Mereka lupa senjata utama mereka. Tuhan tahu persis apa yang diperlukan saat itu dan itulah yang dinyatakan dan dilakukan. Doa itulah mukjizat yang mampu kita lakukan juga. Jika kita mau dan bersama Tuhan. Doa bukan kekuatan dan usaha kita, namun anugerah yang kita dapatkan. BD.eLeSHa.

Minggu, 23 Februari 2020

Balas Membalas Tidak Menghentikan Kejahatan, Hukum Kasih Jawabannya


MINGGU PEKAN BIASA VII (H)
Im. 19;1-2,17-18
Mzm. 103: 1-2,3-4,8-10,12-13
1 Kor. 3:16-23
Mat. 5:38-48



Im. 19;1-2,17-18

19:1 TUHAN berfirman kepada Musa:
19:2 "Berbicaralah kepada segenap jemaah Israel dan katakan kepada mereka: Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus.
19:17 Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegor orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia.
19:18 Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN.

1 Kor. 3:16-23

3:16 Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?
3:17 Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu.
3:18 Janganlah ada orang yang menipu dirinya sendiri. Jika ada di antara kamu yang menyangka dirinya berhikmat menurut dunia ini, biarlah ia menjadi bodoh, supaya ia berhikmat.
3:19 Karena hikmat dunia ini adalah kebodohan bagi Allah. Sebab ada tertulis: "Ia yang menangkap orang berhikmat dalam kecerdikannya."
3:20 Dan di tempat lain: "Tuhan mengetahui rancangan-rancangan orang berhikmat; sesungguhnya semuanya sia-sia belaka."
3:21 Karena itu janganlah ada orang yang memegahkan dirinya atas manusia, sebab segala sesuatu adalah milikmu:
3:22 baik Paulus, Apolos, maupun Kefas, baik dunia, hidup, maupun mati, baik waktu sekarang, maupun waktu yang akan datang. Semuanya kamu punya.
3:23 Tetapi kamu adalah milik Kristus dan Kristus adalah milik Allah


Mat. 5:38-48

5:38 Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi.
5:39 Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.
5:40 Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu.
5:41 Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.
5:42 Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu.
5:43 Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu.
5:44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.
5:45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.
5:46 Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?
5:47 Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian?
5:48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.




Balas Membalas Tidak Menghentikan Kejahatan,
Hukum Kasih Jawabannya

Saudara terkasih, hari ini kita layak merenungkan firman Tuhan yang mengajak begitu dalam beriman. Bersama Bunda Gereja kita terus belajar dan bebenah untuk mampu menjadi pribadi sebagiamana Allah kehendaki. Bukan hal yang sederhana dan biasa saja. Harapan, kehendak, dan Tuhan mengajak kita di dalam kwalitas terbaik, termasuk di dalam beriman.
Beriman yang sangat berbeda dengan apa yang biasa terjadi, dilakukan, dan menjadi kebiasaan. Mengasihi orang yang mencintai kita, menghargai orang yang menghargai kita, dan berbuat baik pada pihak yang baik kepada kita. Ada unsur pamrih, saling berbalas dengan setimpal. Itu memang apa yang ada di dalam dunia ini. Sangat biasa, lumrah, dan mudah ditemui.
Ketika di Karimun, ada penolakan renovasi gedung gereja, dan kemudian melebar ke mana-mana. Malah ada seorang anak Tuhan memberikan tanahnya untuk membangun masjid. Jelas ini sudah melakukan apa yang Tuhan kehendaki di dalam bacaan hari ini. Perilaku dan tindakan konkret, membalas dengan apa yang sebaliknya atau biasanya dilakukan.
Membalas kejahatan dengan kebaikan akan berpotensi menghentikan kejahatan. Benar, belum tentu demikian, jika melihat rupa dunia yang tidak kenal malu seperti ini. Toh perlu dicoba dan terus dicoba untuk  mengubah wajah dunia. Dan itu bukan tidak mungkin. Sudah terbukti banyak orang melakukannya dan toh dapat bukan?
Dalam skala nasional politis kita melihat apa yang Presiden Jokowi lakukan. Lihat bagaimana para penghujat, pemfitnah, penghina, toh Pak Jokowi melaju dengan apa yang memang menjadi fokus beliau. Tidak terlihat gusar sedikitpun dalam tampilan kesehariannya. Berarti ada yang mampu melakukan.
Paus Yohanes Paulus II juga memberikan teladan konkret, ketika beliau mengampuni penembak yang hampir merenggut nyawa beliau. Proses hukum tetap berjalan, namun sebagai pribadi pengampunan malah membuat penembaknya ikut menjadi anak-anak Allah. Hasil yang sangat berbeda bukan? Dan itu nyata kog. Konkret.
Nelson Mandela juga melakukan hal yang sama. Ketika dibui sebagai tahanan politik ada sipir yang selalu mengencingi beliau. Pas sudah bebas dan menjadi presiden, si sipir diundang sebagi tamu kehormatan di istananya.
Saudara terkasih, apa yang terjadi di dunia kadang membuat kita emosional, membalas dendam menjadi sebentuk kepuasan. Rasa dan emosi yang menjadi panglima. Ketika ada opsi lain pengampunan menjadi sebuah hal yang sangat berat. Padahal itu mungkin, apalagi di dalam Tuhan. Bersama Tuhan segalanya adalah mungkin, termasuk mengampuni. BD.eLeSHa.


Sabtu, 22 Februari 2020

Iman Dibangun di Atas Dasar Kokoh, Petrus,Sang Karang



Pesta Takhta S. Petrus Rasul (P)
1 Pet. 5:1-4
Mzm. 23:1-3a,4,5,6
Mat. 16:13-19




1 Pet. 5:1-4

5:1 Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus, yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak.
5:2 Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri.
5:3 Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.
5:4 Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.


Mat. 16:13-19

16:13 Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?"
16:14 Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi."
16:15 Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?"
16:16 Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!"
16:17 Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.
16:18 Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.
16:19 Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.




Iman Dibangun di Atas Dasar Kokoh, Petrus, Si Karang

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan mengenai pendirian Gereja  melalui Pesta tahta Santo Petrus. Beberapa hal cukup menarik untuk kita renungkan dan menjadi bahan untuk hidup beriman kita. Bagaimana Tuhan merencanakan dan membangun Gereja-Nya dengan pas dan tepat.
Hari-hari ini, kita sebagai anggota Gereja sedang panen. Sikap kita sebagai Gereja menjadi penting, apakah ikut kata dunia yang reaktif, tenang, atau malah membalas dengan penuh kebencian? Jika sama dengan dunia, membalas dengan cara yang sama, apakah bedanya dengan dunia jika demikian? Sikap KWI sebagai perwakilan institusi Gerejani telah tepat. Membawa dalam doa bukan bereaksi dengan sama apa yang dilakukan dunia.
Penolakan gedung Gereja yang sudah hampir seratus tahun di Karimun dengan berbagai alasan dan dalih yang tidak berdasar. Reaksi kemarahan banyak ditujukan mengapa Gereja diam saja. Lupa bagaimana Petrus dimarahi Tuhan karena memenggal telinga salah satu prajurit? Atau ketika Petrus merasa Tuhan tidak boleh menderita. Itu adalah perwakilan pemikiran duniawi ala  Petrus dan juga kita.
Eh kembali marak orang yang sudah memilih agama lain dengan menjelek-jelekan Kekatolikan. Hujatan banyak ditebarkan. Syukur bahwa pihak-pihak dari Katolik baik klerus atau awam banyak yang malah becanda dan menjadikan itu lelucon semata. Tidak ada kemarahan, apalagi hingga menghujat dan memaki.  Syukurlah masih mengingat ajaran Tuhan.
Saudara terkasih, dalam bacaan Injil juga digambarkan bagaimana Petrus atau batu karang ini menjadi landasan kokoh dan kuat bagi Gereja. Di atas batu karang, simbol kuat, keras, dan tahan semua keadaan. Jadi ingat bagaimana badai topan selalu menerpa dan Gereja baik-baik saja. Hujatan karena dugaan skandal para imam. Tudingan ini dan itu  namun tidak mengubah keadaan Gereja yang tetap demikian.
Perubahan zaman tidak menggerus keberadaan Gereja. Bandingkan, jika itu dibangun di atas pasir, akankah bisa bertahan sekian lama? Perubahan zaman dan juga konflik toh membuat Gereja tetap berdiri dengan kokoh. Sekian puluh abad dengan berbagai-bagai macam persoalan, toh bisa demikian eksis. Mana ada kekuatan lain di dunia ini sesolid Gereja? Atau sesistimatis birokratis namun efektif seperti Gereja Petrus ini?
Ini adalah karena karya kasih dan kuasa kasih karunia Tuhan di tengah dunia ini. Tanpa itu semua telah hancur bersama konflik dan  terpaan angin ataupun badai. BD.eLeSHa.