Pw.
S. Sesilia, PrwMrt (M)
1
Mak. 4:36-37,52-59
1
Taw. 29:10,11abc, 11d-12a,12bcd
Luk.
19:45-48
1
Mak. 4:36-37,52-59
4:36 Adapun Yudas serta
saudara-saudaranya berkata: "Musuh kita sudah hancur. Baiklah kita pergi
mentahirkan Bait Allah dan mentahbiskannya kembali."
4:37 Setelah bala tentara
dihimpun seluruhnya maka berangkatlah mereka ke gunung Sion.
4:52 Pagi-pagi benar pada
tanggal dua puluh lima bulan kesembilan, yaitu bulan Kislew, dalam tahun
seratus empat puluh delapan bangunlah mereka semua
4:53 untuk mempersembahkan
korban sesuai dengan hukum Taurat di atas mezbah korban bakaran baru yang telah
dibuat mereka.
4:54 Tepat pada jam dan
tanggal yang sama seperti dahulu waktu orang-orang asing mencemarkannya mezbah
itu ditahbiskan dengan kidung yang diiringi dengan gambus, kecapi dan canang.
4:55 Maka meniaraplah segenap
rakyat dan sujud menyembah serta melambungkan lagu pujian ke Sorga, kepada Yang
memberikan hasil baik kepada mereka.
4:56 Delapan hari lamanya
perayaan pentahbisan mezbah itu dilangsungkan. Dengan sukacita
dipersembahkanlah korban bakaran, korban keselamatan dan korban pujian.
4:57 Bagian depan Bait Allah
dihiasi dengan karangan-karangan keemasan dan utar-utar. Pintu-pintu gerbang
dan semua balai diperbaharui dan pintu-pintu dipasang padanya.
4:58 Segenap rakyat diliputi
sukacita yang sangat besar. Sebab penghinaan yang didatangkan orang-orang asing
itu sudah terhapus.
4:59 Yudas serta
saudara-saudaranya dan segenap jemaah Israel menetapkan sebagai berikut:
Perayaan pentahbisan mezbah itu tiap-tiap tahun harus dilangsungkan dengan
sukacita dan kegembiraan delapan hari lamanya tepat pada waktunya, mulai
tanggal dua puluh lima bulan Kislew.
Luk.
19:45-48
19:45 Lalu Yesus masuk ke
Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ,
19:46 kata-Nya kepada mereka:
"Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang
penyamun."
19:47 Tiap-tiap hari Ia
mengajar di dalam Bait Allah. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta
orang-orang terkemuka dari bangsa Israel berusaha untuk membinasakan Dia,
19:48 tetapi mereka tidak
tahu, bagaimana harus melakukannya, sebab seluruh rakyat terpikat kepada-Nya
dan ingin mendengarkan Dia.
Tuhan Allah dan Fokus Kita
Saudara terkasih, hari ini kita merayakan Santa Sesilia,
Perawan Martir pelindung paduan suara. Dalam kisah Sesilia, antara fakta, dan
legenda bercampur aduk. Namun bahwa kesaksiannya dipenggal karena menjaga
keperawanannya dengan menolak bujukan penguasa itu pasti.
Ia anak dari seorang yang cukup terpandang dan
berasal dari kota yang cukup baik di dalam menghasilkan para tokoh Roma kala
itu. Ia dinikahkan dengan seorang pemuda yang baik meskipun kafir. Padahal sejak
kecil ia memiliki janji pribadi untuk tetap suci.
Kebaikan hatinya dan ketaatannya pada orang tua,
malah membimbing suaminya menjadi Kristen juga, dan Valerianus lebih dulu
dibunuh karena kesaksian imannya. Kesuciannya jelas tidak diragukan lagi.
Saudara terkasih, dalam bacaan Injil kita hari ini
juga merenungkan bagaimana Yesus itu fokus pada Tuhan Allah Bapa-Nya.Bait Allah
di mana seharusnya menjadi tempat untuk memuji dan memuliakan Allah, namun
malah menjadi tempat berdagang.
Ingat persembahan yang hendak dijadikan korban-pun
tidak lepas dari kepentingan bisnis para “penguasa” Bait Allah. Sangat wajar
dan biasa bahkan era abad itu, sudah ada politisasi dan kapitalisasi agama. Penentu
kualifikasi hewan korban ada pada otoritas mereka, ahli agama dan imam agung,
dan di sana upeti dan sogok juga berbicara.
Kadang, kita pun berdagang dengan Tuhan, ketika
berdoa, berderma, atau beribadah berhitung untung rugi, memohn lebih banyak
dari pada bersyukur. Jangan salah, ada pula dalam benak dan hati kita, ketika
memberikan, berbagi dengan banyak berharap agar mendapatkan pahala atau lipatan
atas apa yang kita berikan. Di sinilah kesalahan dan pemahaman yang perlu kita
luruskan. Perbuatan baik karena Tuhan sudah berbuat baik terlebih dahulu. Kita menerima
dengan gratis tis, mosok masih berhitung memperoleh keuntungan dari sana.
Dalam berkegiatan baik pelayanan dalam dewan atau
lingkungan, sangat mungkin kita jatuh
dan terperosok untuk mendapatkan keuntungan, fasilitas, kemudahan, atau hal-hal
yang lainnya. Itu tidak salah, karena toh bekerja layak mendapatkan upahnya,
namun menjadi tidak patut dan kurang pas, karena di dalam Tuhan, sebaiknya kita
bersikap tulus dan iklas. Ini adalah perjuangan.
Ketulusan Sesilia adalah teladan kita, apapun di
dalam Tuhan adalah mungkin. Dan proses ke sana yang harus terus menerus kita
bangun dan sadari setiap saat. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar