Selasa, 12 November 2019

Ketulusan, Spiritualitas Kerja, dan Yosafat


Pw. S. Yosafat, Usk. Mrt (M)
Keb. 2:23-3:9
Mzm. 34:2-3,16-17,18-19
Luk. 17:1-7



Keb. 2:23-3:9

2:23 Sebab Allah telah menciptakan manusia untuk kebakaan, dan dijadikan-Nya gambar hakekat-Nya sendiri.
2:24 Tetapi karena dengki setan maka maut masuk ke dunia, dan yang menjadi milik setan mencari maut itu.
3:1 Tetapi jiwa orang benar ada di tangan Allah, dan siksaan tiada menimpa mereka.
3:2 Menurut pandangan orang bodoh mereka mati nampaknya, dan pulang mereka dianggap malapetaka,
3:3 dan kepergiannya dari kita dipandang sebagai kehancuran, namun mereka berada dalam ketenteraman.
3:4 Kalaupun mereka disiksa menurut pandangan manusia, namun harapan mereka penuh kebakaan.
3:5 Setelah disiksa sebentar mereka menerima anugerah yang besar, sebab Allah hanya menguji mereka, lalu mendapati mereka layak bagi diri-Nya.
3:6 Laksana emas dalam dapur api diperiksalah mereka oleh-Nya, lalu diterima bagaikan korban bakaran.
3:7 Maka pada waktu pembalasan mereka akan bercahaya, dan laksana bunga api berlari-larian di ladang jerami.
3:8 Mereka akan mengadili para bangsa dan memerintah sekalian rakyat, dan Tuhan berkenan memerintah mereka selama-lamanya.
3:9 Orang yang telah percaya pada Allah akan memahami kebenaran, dan yang setia dalam kasih akan tinggal pada-Nya. Sebab kasih setia dan belas kasihan menjadi bagian orang-orang pilihan-Nya.


Luk. 17:1-7

17:7 "Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan!
17:8 Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum.
17:9 Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya?
17:10 Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.



Ketulusan, Spiritualitas Kerja, dan Yosafat

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan betapa kasih karunia Allah itu hadir dalam segala suasana. Spiritualitas kerja menjadi bagian penting dalam bacaan hari ini. Bagaimana Tuhan mengajak kita menjadi hamba yang tidak berguna, bukan malah menjadi tuan yang congkak.
Kerendahan hati menjadi kualifikasi sebagai hamba yang tidak berguna di hadapan Tuhan. Apa yang dilakukan, dikerjakan, dan diselesaikan itu adalah karena kasih karunia Allah. Ada beberapa tahapan makna kerja, mencari uang, itu yang paling dasar, juga tidak salah. Tahap selanjutnya adalah mencari kawan atau karena semua bekerja, ikut  kerja. Itu juga sah-sah saja. Meningkat aktualisasi diri, sebagai manusia selayaknya bererja, jangan makan kalau tidak bekerja.
Dan yang paling baik atau idealnya adalah demi memuliakan Allah. taraf spiritual, di mana melibatkan Tuhan. Melihat ada kasih karunia Tuhan di sana. Jadi tidak akan mengeluh jika gajinya kurang, melihat ada rencana Tuhan di sana.  Tetap menjalankan tugas meskipun dicibir temannya, atau tidak menjadi beban ketika tidak mendapatkan kenaikan pangkat, padahal telah bekerja dengan baik dan berprestasi.
Semua dikembalikan kepada Tuhan. Melayani Tuhan dengan kerjanya. Ia tidak mencari apa-apa, ketulusan yang menjadi dasar atas kinerjanya. Uang, rekan, dan juga aktualisasi diri adalah bonus, upah, atau konsekuensi, bukan menjadi tujuan kerja.
Saudara terkasih, ketulusan dan kerendahan hati juga ditunjukkan Yosafat. Ia disekolahkan orang tuanya untuk menjadi pedagang yang ulung. Melihat lingkungan dan dorongan untuk lebih berciri rohaniah ia tergerak aktif dalam menggereja. Gereja yang ada dipenuhi dengan kekerasan dan konflik, bahkan fitnah. Ia melihat Gereja yang benar ketika melihat lingkungannya demikian. cita-citanya untuk menyatukan Gereja Roma dan Rusia bisa terwujud dengan kematiannya.
Ia menjadi imam dan uskup yang keras terhadap dirinya, namun murah hati kepada umatnya. Ia wafat  karena dibunuh oleh para penjahat yang membunuh pelayannya. Ia maju ke depan dan mengapa membunuh pelayan, sedang ia yang mereka cari. Kesatuan Gereja Rusia yang memilih skisma dengan Roma akhirnya terwujud karena melihat perjuangannya yang gigih itu.
Saudara terkasih, ketulusan dan melayani Tuhan seharunya menjadi gaya hidup dan motivasi dasar kita di dalam kehidupan sehari-hari. Melibatkan Tuhan dan Tuhan menjadi sentral dan inti dari seluruh hidup kita.BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar