Senin, 18 November 2019

Allah, Kasihanilah Aku dan Mampukan Aku Melihat!


Senin Pekan Biasa XXXIII (H)
1 Mak. 1:10-15,41-43,54-57,62-64
Mzm. 119:53,61,134,150,155,158
Luk. 18:35-43




1 Mak. 1:10-15,41-43,54-57,62-64

1:10 Dari pada mereka itulah terbit sebuah tunas yang berdosa, yaitu Antiokhus Epifanes putera raja Antiokhus. Ia telah menjadi sandera di Roma. Antiokhus Epifanes menjadi raja dalam tahun seratus tiga puluh tujuh di zaman pemerintahan Yunani.
1:11 Di masa itu tampil dari Israel beberapa orang jahat yang meyakinkan banyak orang dengan berkata: "Marilah kita pergi dan mengadakan perjanjian dengan bangsa-bangsa di keliling kita. Sebab sejak kita menyendiri maka kita ditimpa banyak malapetaka."
1:12 Usulnya itu diterima baik.
1:13 Maka beberapa orang dari kalangan rakyat bersedia untuk menghadap raja. Mereka diberi hak oleh raja untuk menuruti adat istiadat bangsa-bangsa lain.
1:14 Kemudian orang-orang itu membangun di Yerusalem sebuah gelanggang olah raga menurut adat bangsa-bangsa lain.
1:15 Merekapun memulihkan kulup mereka pula dan murtadlah mereka dari perjanjian kudus. Mereka bergabung dengan bangsa-bangsa lain dan menjual dirinya untuk berbuat jahat.
 1:41 Rajapun menulis juga sepucuk surat perintah untuk seluruh kerajaan, bahwasanya semua orang harus menjadi satu bangsa.
1:42 Masing-masing harus melepaskan adatnya sendiri. Maka semua bangsa menyesuaikan diri dengan titah raja itu.
1:43 Juga dari Israel ada banyak orang yang menyetujui pemujaan raja. Dipersembahkan oleh mereka korban kepada berhala dan hari Sabat dicemarkan.
1:44 Kemudian dikirimlah oleh raja dengan perantaraan pesuruh-pesuruh surat penetapan ke Yerusalem dan semua kota daerah Yehuda lainnya, bahwasanya mereka harus menuruti adat istiadat luar negeri juga,
1:45 dengan menghentikan korban bakaran, korban sajian dan korban sajian dan korban tuangan di Bait Suci, dengan mencemarkan hari Sabat dan hari-hari raya
1:54 Pada tanggal lima belas bulan Kislew dalam tahun seratus empat puluh lima maka raja menegakkan kekejian yang membinasakan di atas mezbah korban bakaran. Dan mereka mendirikan juga perkorbanan di segala kota di seluruh Yehuda.
1:55 Pada pintu-pintu rumah dan di lapangan-lapangan dibakar korban.
1:56 Kitab-kitab Taurat yang ditemukan disobek-sobek dan dibakar habis.
1:57 Jika pada salah seorang terdapat Kitab Perjanjian atau jika seseorang berpaut pada hukum Taurat maka dihukum mati oleh pengadilan raja.
1:62 Namun demikian ada banyak orang Israel yang menetapkan hatinya dan memasang tekad untuk tidak makan apa yang haram.
1:63 Lebih sukalah mereka mati dari pada menodai dirinya dengan makanan semacam itu dan begitu mencemarkan perjanjian kudus. Dan sesungguhnya mereka mati juga.
 1:64 Kemurkaan yang hebat sekali menimpa Israel



Luk. 18:35-43

18:35 Waktu Yesus hampir tiba di Yerikho, ada seorang buta yang duduk di pinggir jalan dan mengemis.
18:36 Waktu orang itu mendengar orang banyak lewat, ia bertanya: "Apa itu?"
18:37 Kata orang kepadanya: "Yesus orang Nazaret lewat."
18:38 Lalu ia berseru: "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!"
18:39 Maka mereka, yang berjalan di depan, menegor dia supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: "Anak Daud, kasihanilah aku!"
18:40 Lalu Yesus berhenti dan menyuruh membawa orang itu kepada-Nya. Dan ketika ia telah berada di dekat-Nya, Yesus bertanya kepadanya:
18:41 "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab orang itu: "Tuhan, supaya aku dapat melihat!"
18:42 Lalu kata Yesus kepadanya: "Melihatlah engkau, imanmu telah menyelamatkan engkau!"
18:43 Dan seketika itu juga melihatlah ia, lalu mengikuti Dia sambil memuliakan Allah. Seluruh rakyat melihat hal itu dan memuji-muji Allah.



Allah, Kasihanilah Aku dan Mampukan Aku Melihat!

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja hendak merenungkan betapa kasih karunia Allah itu luar biasa. Dalam bacaan Injil dikisahkan bagaimana si buta yang tidak bisa melihat itu dijadikan melihat oleh Yesus karena imannya yang besar. Ia berteriak karena jelas ia tidak mampu menjangkau Yesus. Ia menggunakan apa yang bisa ia gunakan. Matanya terbatas, namun ia bisa bertanya dan kemudian berteriak.
Ia memohon untuk dapat melihat, dan dikabulkan oleh Yesus. Permintaan yang sangat mendasar, kebutuhannya yang paling ia perlukan, dan dimohonkan kepada Si Mahakuasa. Klop dan pas dengan apa yang paling penting di dalam hidup.
Saudara terkasih, sering kita memohon dengan malu-malu, atau malah kadang merasa sungkan kepada Tuhan, jika tidak malah berlebihan, meminta apa yang tidak diperlukan, hanya untuk memenuhi gaya hidup semata. Atau memohon kepada pihak yang tidak berkompeten. Ini soal seruan kasihanilah aku.
Seruan kedua, biar aku melihat. Saudara terkasih, sering kita dalam hidup ini memiliki mata yang utuh, baik, sempurna bahkan,   namun belum tentu bisa dan mampu melihat betapa banyak ketidakadilan, demikian marak kejahatan, atau malah terlibat di dalamnya dan pura-pura tidak melihat?
Melihat belum tentu juga dalam konteks mata, namun juga hati yang tidak dilibatkan, sehingga mendengar tetangga kelaparan diam saja, biar saja pemalas kog dibantu. Bukannya membantu atau mengulurkan tangan, malah menghakimi. Dalam konteks yang lain sering pula kita mengatasnamakan hal-hal baik, padahal sejatinya jahat.
Biar saja pejabatnya korupsi, toh mereka yang akan menanggungnya, buat apa repot-repot. Sangat mungkin juga melihat dan mendengar maraknya sekelompok orang memutarbalikan fakta, buat apa kita ikut-ikut ngurusi negara, itu urusannya mereka yang gede-gede.
Saudara terkasih, kita semua mendapatkan tugas yang sama. Tuhan Allah memberikan mata, telinga, mulut, dan juga pikiran untuk dipakai, digunakan, dan dipersembahkan demi kebaikan bersama, bukan hanya untuk diam dan mencari aman.
Saudara terkasih, sudah selayaknya kita bermohok dengan suara nyaring kepada Tuhan agar mengasihani kita. Belas kasih-Nya yang memampukan kita melihat dan mampu bersikap  arif dan bijaksana. BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar