Minggu, 03 November 2019

Pertobatan Mendasar


HARI MINGGU BIASA PEKAN XXXI (H)
Keb. 11:22-12:2
Mzm. 145:1-2,8-9,10-11
2 Tes. 1:11-2:2
Luk. 19:1-10




Keb. 11:22-12:2

11:22 Sebab seperti sebutir debu dalam neraca, demikian seluruh jagat raya di hadapan-Mu, atau bagaikan setetes embun pagi yang jatuh ke bumi.
11:23 Akan tetapi justru karena Engkau berkuasa akan segala sesuatu, maka semua orang Kaukasihani, dan dosa manusia tidak Kauperhatikan, supaya mereka bertobat.
11:24 Sebab Engkau mengasihi segala yang ada, dan Engkau tidak benci kepada barang apapun yang telah Kaubuat. Sebab andaikata sesuatu Kaubenci, niscaya tidak Kauciptakan.
11:25 Bagaimana sesuatu dapat bertahan, jika tidak Kaukehendaki, atau bagaimana dapat tetap terpelihara, kalau tidak Kaupanggil?
11:26 Engkau menyayangkan segala-galanya sebab itu milik-Mu adanya, ya Penguasa penyayang hidup!
11:22 Sebab seperti sebutir debu dalam neraca, demikian seluruh jagat raya di hadapan-Mu, atau bagaikan setetes embun pagi yang jatuh ke bumi.
11:23 Akan tetapi justru karena Engkau berkuasa akan segala sesuatu, maka semua orang Kaukasihani, dan dosa manusia tidak Kauperhatikan, supaya mereka bertobat.
11:24 Sebab Engkau mengasihi segala yang ada, dan Engkau tidak benci kepada barang apapun yang telah Kaubuat. Sebab andaikata sesuatu Kaubenci, niscaya tidak Kauciptakan.
11:25 Bagaimana sesuatu dapat bertahan, jika tidak Kaukehendaki, atau bagaimana dapat tetap terpelihara, kalau tidak Kaupanggil?
11:26 Engkau menyayangkan segala-galanya sebab itu milik-Mu adanya, ya Penguasa penyayang hidup!
12:1 Roh-Mu yang baka ada di dalam segala sesuatu.
12:2 Dari sebab itu orang-orang yang jatuh Kauhukum berdikit-dikit, dan Kautegur dengan mengingatkan kepada mereka dalam hal manakah mereka sudah berdosa, supaya percaya kepada Dikau, ya Tuhan, setelah mereka menjauhi kejahatan itu.



2 Tes. 1:11-2:2

1:11 Karena itu kami senantiasa berdoa juga untuk kamu, supaya Allah kita menganggap kamu layak bagi panggilan-Nya dan dengan kekuatan-Nya menyempurnakan kehendakmu untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu,
1:12 sehingga nama Yesus, Tuhan kita, dimuliakan di dalam kamu dan kamu di dalam Dia, menurut kasih karunia Allah kita dan Tuhan Yesus Kristus.
2:1 Tentang kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus dan terhimpunnya kita dengan Dia kami minta kepadamu, saudara-saudara,
2:2 supaya kamu jangan lekas bingung dan gelisah, baik oleh ilham roh, maupun oleh pemberitaan atau surat yang dikatakan dari kami, seolah-olah hari Tuhan telah tiba


Luk. 19:1-10

19:1 Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu.
19:2 Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya.
19:3 Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek.
19:4 Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ.
19:5 Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu."
19:6 Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita.
19:7 Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: "Ia menumpang di rumah orang berdosa."
19:8 Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat."
19:9 Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham.
19:10 Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang."



Pertobatan Mendasar

Saudara terkasih, hari ini bersama Bunda Gereja merayakan dan merenungkan sikap pertobatan yang mendasar. Bagaimana Zakeus menjadi pribadi baru di dalam kehidupannya. Dari pemungut cukai menjadi murid Tuhan. Beberapa hal patut kita renungkan.
Upaya mengenal Yesus lebih dalam, dalam upayanya tahu siapa Yesus, Zakeus yang merasa dan tahu diri dia itu tidak tinggi, memanjat pohon. Ada usaha memanjat pohon sebagai upaya mengatasi kelemahan dan keterbatasan manusiawi. Jelas tahu diri, tahu batas, dan kemudian memperbaiki diri, perubahan sikap mendasar.
Kitapun perlu belajar, menyadari kerapuhan kita, mengakui keterbatasan kita, dan mencari untuk mengenal Allah agar mendapatkan bimbingan Roh Kudus sehingga menjadi pribadi baru yang lebih berkenan pada Allah dan juga sesama.
Sapaan dan panggilan Tuhan, tidak kalah pentingnya adalah adanya sapaan dan panggilan Tuhan. Tuhan tidak pernah melupakan, melepaskan, dan membiarkan anak-anak-Nya terlepas dari kesatuan dengan kasih karunia-Nya. Bagaimana Yesus menyapa dan malah makan di rumah pemungut cukai. Penghargaan yang besar untuk menyambut kembalinya si anak hilang.
Membagikan yang dimiliki, mengembalikan yang pernah dirampas, termasuk konteksnya adalah kebebasan orang lain. Adanya perubahan radikal. Bagaimana si pemungut cukai yang biasa mengutip berlebihan, kini berjanji untuk mengembalikan, bahkan berkali lipat. Usaha memperbaiki diri dengan tindakan nyata. Tidak semata kata menyesal, ampun, dan kata-kata model sejenis, ini tindakan.
Kita sebagai bangsa sering menerima suguhan bagaimana para pelaku kejahatan menggunakan atribut religius, air mata, dan kadang juga kata-kata kesalehan, namun kembali jatuh pada dasar yang sama. Di sinilah kisah Injil itu mendapatkan faktualisasi pentingnya.
Melakukan silih. Pertobatan selain berbalik arah adalah adanya silih, tindakan nyata sebagai bukti bahwa ia sudah berubah. Melakukan tindakan untuk penyesalannya. Hal ini bisa demikian banyak jenisnya. Ada membantu fakir miskin, mendukung aksi sosial dan demikian banyak varian yang dapat kita lakukan, sesuai dengan kemampuan kita.
Konsekuensi pertobatan, doa, derma, dan puasa.  Kita pun dapat melakukan dengan doa sesal dan juga syukr bahwa kita diberikan kesempatan untuk memperbaiki diri. Doa yang membuat kita mampu berubah dan berbenah.
Derma, sebagai tindakan nyata perubahan, banyak hal bisa kita lakukan untuk dapat melakukan derma ini. Begitu luas dan banyaknya ladang kita berderma. Jika tidak ada uang, kita bisa bederma dengan kemampuan, tangan, atau pemikiran kita.
Puasa itu untuk didermakan, bukan untuk diet atau ngirit semata. Puasa, bukan untuk urusan diet, namun intensinya adalah uang dari uang makan kita pergunakan untuk melakukan aksi nyata. Bahwa menjadikan lebih kurus dan lebih sehat itu juga tidak salah. Intensi utamanya adalah mengurangi pengeluaran untuk aksi pertobatan. BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar