Pw.
S. Martinus dari Tours, Usk. (P)
Keb.
1:1-7
Mzm.
139:1-3,4-6,7-8,9-10
Luk.
17:1-6
Keb.
1:1-7
1:1 Kasihilah kebenaran, hai
para penguasa dunia, hendaklah pikiranmu tertuju kepada Tuhan dengan tulus
ikhlas, dan carilah Dia dengan tulus hati!
1:2 Ia membiarkan diri-Nya
ditemukan oleh yang tidak mencobai-Nya, dan menampakkan diri kepada semua yang
tidak menaruh syak wasangka terhadap-Nya.
1:3 Pikiran bengkang-bengkung
menjauhkan dari pada Allah, dan kekuasaan-Nya yang diuji mengenyahkan orang
bodoh.
1:4 Sebab kebijaksanaan tidak
masuk ke dalam hati keruh, dan tidak pula tinggal dalam tubuh yang dikuasai
oleh dosa.
1:5 Roh pendidik yang suci
menghindarkan tipu daya, dan pikiran pandir dijauhinya.
1:6 Sebab kebijaksanaan
adalah roh yang sayang akan manusia, tetapi orang penghujat tidak dibiarkannya
terluput dari hukuman karena ucapan bibirnya. Memang Allah menyaksikan hati
sanubarinya, benar-benar mengawasi isi hatinya dan mendengarkan ucapan
lidahnya.
1:7 Sebab roh Tuhan memenuhi
dunia semesta, dan Ia yang merangkum segala-galanya mengetahui apapun yang
disuarakan.
Luk.
17:1-6
17:1 Yesus berkata kepada
murid-murid-Nya: "Tidak mungkin tidak akan ada penyesatan, tetapi
celakalah orang yang mengadakannya.
17:2 Adalah lebih baik
baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan
ke dalam laut, dari pada menyesatkan salah satu dari orang-orang yang lemah
ini.
17:3 Jagalah dirimu! Jikalau
saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia.
17:4 Bahkan jikalau ia
berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali
kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia."
17:5 Lalu kata rasul-rasul
itu kepada Tuhan: "Tambahkanlah iman kami!"
17:6 Jawab Tuhan: "Kalau
sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata
kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia
akan taat kepadamu."
Iman
dan Penyesatan
Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja
merayakan peringatan Santo Martinus. Martinus lahir kalau kini Hongaria pada
tahun 335 dan dibesarkan di Italia. Ayahnya perwira tinggi Romawi yang masih
kafir. Sejak usia 10 tahun Martinus
diam-diam mengikuti pelajaran agama Kristen tanpa sepengetahuan orang tuanya. Keinginan orang tuanya Martinus menjadi
prajurit. Tidak heran usai 15 tahun ia dimasukan dalam sekolah militer.
Dalam sebuah perjalanan ke Amiens, kondisi musim
dingin, ia berjumpa pengemis yang mengulurkan tangannya. Ia membelas jubahnya
dan memberikan kepada pengemis itu sebagian, dan sebagian untuknya. Usai dibaptis
ia mengundurkan diri.
Kesederhanaannya tetap demikian ketika ia telah menjadi uskup. Ia pula
pionir pembukaan biara pertama di Perancis. Martinus salah satu para kudus yang
bukan martir. Ketegasannya mengkritik penguasa sipil tidak kenal takut.
Saudara terkasih, dalam bacaan Injil hari ini kita
juga diajak untuk merenungkan dua hal, pertama mengenai penyesat dan
kemungkinan tersesat. Kedua mengenai iman dalam diri kita. Marilah merenungkan
mengenai penyesat. Dalam awal bacaan kita disuguhi bahwa penyesatan itu sebuah
kemungkinan. Dan itu lebih parah adalah penyesatnya. Bagaimana kita hari-hari
ini sebagai anak bangsapun sedang dihadapkan pada para penyesat. Hoax, pengubahan persepsi demi
kepentingan sepihak, dan sejenisnya merajalela.
Bagaimana penyesat itu bekerja dan wajar jika Tuhan
mengatakan hukuman yang sangat berat bagi mereka. Hukum positifpun memberikan
hukuman kepada mereka. Perilaku mereka sangat mengerikan, menyesatkan orang
yang tidak tahu.
Permenungan kedua, mengenai iman yang diminta para
rasul untuk ditambahkan. Tuhan menyatakan, jika iman para murid sebesar biji
sesawi saja, bisa memerintahkan pohon air ke tengah lautan. Ini adalah
perumpamaan betapa dasyatnya iman itu bagi hidup kita. Hanya saja kecemasan,
penyesatan itu membuat iman kita kerdil dan tidak bisa berdaya guna.
Iman kita malah menjadi kerdil dan tumpul karena
kecemasan, ketakutan, ketidakpercayaan jauh lebih kuat dan menguasai. Hal yang
sering kita alami dalam hidup sehari-hari. Kepercayaan dan keyakinan adalah
bagian dari iman yang utuh.
Santo Martinus memberikan kepada kita keteladanan
di mana ia tetap gigih dengan panggilan Allah apapun yang terjadi. Ia tetap
setia dengan apa yang harus ia jalani dan perlu diselesaikan. Tuhan dengan
kasih karunia-Nya tetap mendukungnya karena imannya yang telah terbukti. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar