Selasa, 26 November 2019

Korban itu Kualitas bukan Kuantitas Semata dan Ketulusan


Senin Biasa Pekan XXXIV (H)
Dan. 1:1-6,8-20
Dan. 3:52,53,54,55,56
Luk. 21:1-4




Dan. 1:1-6,8-20

1:1 Pada tahun yang ketiga pemerintahan Yoyakim, raja Yehuda, datanglah Nebukadnezar, raja Babel, ke Yerusalem, lalu mengepung kota itu.
1:2 Tuhan menyerahkan Yoyakim, raja Yehuda, dan sebagian dari perkakas-perkakas di rumah Allah ke dalam tangannya. Semuanya itu dibawanya ke tanah Sinear, ke dalam rumah dewanya; perkakas-perkakas itu dibawanya ke dalam perbendaharaan dewanya.
1:3 Lalu raja bertitah kepada Aspenas, kepala istananya, untuk membawa beberapa orang Israel, yang berasal dari keturunan raja dan dari kaum bangsawan,
1:4 yakni orang-orang muda yang tidak ada sesuatu cela, yang berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan yang mempunyai pengertian tentang ilmu, yakni orang-orang yang cakap untuk bekerja dalam istana raja, supaya mereka diajarkan tulisan dan bahasa orang Kasdim.
1:5 Dan raja menetapkan bagi mereka pelabur setiap hari dari santapan raja dan dari anggur yang biasa diminumnya. Mereka harus dididik selama tiga tahun, dan sesudah itu mereka harus bekerja pada raja.
1:6 Di antara mereka itu ada juga beberapa orang Yehuda, yakni Daniel, Hananya, Misael dan Azarya.
1:8 Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya.
1:9 Maka Allah mengaruniakan kepada Daniel kasih dan sayang dari pemimpin pegawai istana itu;
1:10 tetapi berkatalah pemimpin pegawai istana itu kepada Daniel: "Aku takut, kalau-kalau tuanku raja, yang telah menetapkan makanan dan minumanmu, berpendapat bahwa kamu kelihatan kurang sehat dari pada orang-orang muda lain yang sebaya dengan kamu, sehingga karena kamu aku dianggap bersalah oleh raja."
1:11 Kemudian berkatalah Daniel kepada penjenang yang telah diangkat oleh pemimpin pegawai istana untuk mengawasi Daniel, Hananya, Misael dan Azarya:
1:12 "Adakanlah percobaan dengan hamba-hambamu ini selama sepuluh hari dan biarlah kami diberikan sayur untuk dimakan dan air untuk diminum;
1:13 sesudah itu bandingkanlah perawakan kami dengan perawakan orang-orang muda yang makan dari santapan raja, kemudian perlakukanlah hamba-hambamu ini sesuai dengan pendapatmu."
1:14 Didengarkannyalah permintaan mereka itu, lalu diadakanlah percobaan dengan mereka selama sepuluh hari.
1:15 Setelah lewat sepuluh hari, ternyata perawakan mereka lebih baik dan mereka kelihatan lebih gemuk dari pada semua orang muda yang telah makan dari santapan raja.
1:16 Kemudian penjenang itu selalu mengambil makanan mereka dan anggur yang harus mereka minum, lalu memberikan sayur kepada mereka.
1:17 Kepada keempat orang muda itu Allah memberikan pengetahuan dan kepandaian tentang berbagai-bagai tulisan dan hikmat, sedang Daniel juga mempunyai pengertian tentang berbagai-bagai penglihatan dan mimpi.
1:18 Setelah lewat waktu yang ditetapkan raja, bahwa mereka sekalian harus dibawa menghadap, maka dibawalah mereka oleh pemimpin pegawai istana itu ke hadapan Nebukadnezar.
1:19 Raja bercakap-cakap dengan mereka; dan di antara mereka sekalian itu tidak didapati yang setara dengan Daniel, Hananya, Misael dan Azarya; maka bekerjalah mereka itu pada raja.
1:20 Dalam tiap-tiap hal yang memerlukan kebijaksanaan dan pengertian, yang ditanyakan raja kepada mereka, didapatinya bahwa mereka sepuluh kali lebih cerdas dari pada semua orang berilmu dan semua ahli jampi di seluruh kerajaannya.


Luk. 21:1-4

21:1 Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan.
21:2 Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu.
21:3 Lalu Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu.
21:4 Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya."



Korban itu Kualitas bukan Kuantitas Semata dan Ketulusan

Saudara terkasih hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan, bagaimana Tuhan menilai persembahan diri kita  bukan semata-mata karena banyaknya yang kita berikan, namun yang utama adalah berapa banyak kerelaan, ketulusan, dan kehendak baik di dalam itu semua. Mungkin satu juta untuk kolekte bagi miliarder itu sedikit, namun sangat mungkin seribu itu besar bagi seorang bapak yang pekerjaannya tidak tentu dengan tanggungan anak sekolah, ada yang sakit pula.
Sering dalam hidup kita berhitung dalam hal materi, besaran, dan jumlah semata. Namun abai dalam hal kerelaan, ketulusan, dan motivasi di balinya. Masih ada anggapan, kalau memberikan derma, kolekte, bantuan pada sesama itu biar nanti dibalas Tuhan dengan lebih banyak. Jika demikian, apa bedanya dengan berhitung dengan Tuhan. Padahal yang sama masih banyak menjadi gaya beriman anak-anak Allah. Hal yang  berkaitan dengan budaya lokal yang masih terbawa.
Mengapa kita tidak patut berpamrih? Apa sih yang kita upayakan sehingga kita bisa berbuat baik, sehingga ada pamrih? Semua dari Tuhan kog, ketika kita memberikan diri, membantu, mengulurkan tangan, dan meringankan beban saudara kita, kita hanya menjadi saluran rahmat. Kita hanya menjadi pengantar, bukan kita saja yang berbuat. Kita menerima dari Tuhan dengan kelimpahan, kita patut meneruskannya pada saudara kita yang kekurangan.
Jangan berpikir bahwa harta kekayaan, uang, atau materi saja yang bisa kita lakukan. Kita bisa membantu dengan perhatian, kepeduliaan, atau buah pikir kita. Begitu banyak kasih karunia, berkat, dan anugerah Tuhan yang bisa kita bagikan, kita persembahkan kembali kepada Tuhan melalui sesama.
Era modern ini sangat mungkin bukan lagi materi yang membuat orang menderita, namun bagaimana kesepian, ketiadaan sanak saudara, kepedulian yang makin melemah. Jika tidak bisa menjadi pohon rindang yang meneduhkan, toh bisa menjadi rumput yang menyegarkan.
Dalam bacaan Injil kita diajarkan untuk melihat ke dalam hati, bukan apa yang terlihat. Bagaimana seorang janda yang memberikan persembahan  kepada Tuhan dan itu mungkin adalah hidupnya. Miliknya yang terakhir, dan ia rela.  Bagaimana sikap kita dalam membantu selama ini? BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar