Rabu, 08 Mei 2019

Roti Hidup dan Kebebasan Manusiawi


Rabu Biasa Paskah Pekan III (P)
Kis. 8:1-8
Mzm. 66:1-3aa,4-5,6-7a,
Yoh. 6:35-40




Kis. 8:1-8

8:1b Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria.
8:2 Orang-orang saleh menguburkan mayat Stefanus serta meratapinya dengan sangat.
8:3 Tetapi Saulus berusaha membinasakan jemaat itu dan ia memasuki rumah demi rumah dan menyeret laki-laki dan perempuan ke luar dan menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara.
8:4 Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil.
8:5 Dan Filipus pergi ke suatu kota di Samaria dan memberitakan Mesias kepada orang-orang di situ.
8:6 Ketika orang banyak itu mendengar pemberitaan Filipus dan melihat tanda-tanda yang diadakannya, mereka semua dengan bulat hati menerima apa yang diberitakannya itu.
8:7 Sebab dari banyak orang yang kerasukan roh jahat keluarlah roh-roh itu sambil berseru dengan suara keras, dan banyak juga orang lumpuh dan orang timpang yang disembuhkan.
8:8 Maka sangatlah besar sukacita dalam kota itu.


Yoh. 6:35-40

6:35 Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.
6:36 Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya.
6:37 Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.
6:38 Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku.
6:39 Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.
6:40 Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman."



Roti Hidup dan Kebebasan Manusiawi

Saudara terkasih, hari ini Bunda Gereja mengajak kita merenungkan Yesus sebagai Roti Hidup yang akan membangkitkan kita yang percaya kepada-Nya. Ada dua hal besar yang patut kita  renungkan bersama dalam iman. Yesus sebagai Roti Hidup itu mengundang kita untuk datang kepada-Nya. Undangan, inisiatif, dan panggilan dari Allah.
Panggilan itu berdimensi penuh kebebasan dan kita dapat memilih. Luar biasa Tuhan kita memberikan iman kepada kita untuk tetap bebas memilih, mau tetap setia kepada-Nya, mengikuti-Nya atau malah menolak dan meninggalkan-Nya. Betapa hebatnya Tuhan kita yang tidak memaksakan kehendak padahal kita ini siapa coba?
Aspek kedua, konsekuensi yang ikut dan makan Roti Hidup adalah hidup kekal dan kebangkitan pada akhir zaman itu terwujud dan terjadi pada siapa yang mau percaya. Konsekuensi logis atas sika percaya kita adalah keselamatan kekal yang telah Allah berikan.
Saudara terkasih, kebebasan sebagai jawaban iman kita atas pewahyuan Allah, sapaan Allah, panggilan-Nya itu sepenuhnya kita nikmati. Tuhan kita bukan Tuhan pemarah yang memaksakan kehendak untuk tetap pada pilihan-Nya. Tuhan tidak pernah melepaskan kepala kita namun menahan tangan kita. Tuhan memberikan kebebasan sepenuh-penuhnya. Termasuk yang menolaknya. Lihat betapa baiknya Tuhan, yang menolak pun diberi hidup. Tidak kurang sama sekali apa yang IA anugerahkan.
Tentu, bahwa kita sebagai pribadi, anak-anak Tuhan, perlu bersikap, menjawab, dan memilih untuk mengambil tawaran Allah itu dengan baik. Memilih untuk bersama Tuhan dalam seluruh dinamika hidup kita. Makan Roti Hidup yang ditawarkan, disediakan, dan diberikan kepada kita. Makan yang tidak akan membuat lapar lagi.
Apa yang kita lakukan untuk itu? Kesiapan berbagi. Berbagi bukan dalam arti membagikan tanggung jawab, namun kesediaan untuk memberikan diri dan apa yang kita miliki pada sesama yang membutuhkan. Pemberiaan diri itu berdimensi pada sesama juga pengabdian kepada Tuhan. Tuhan yang sudah memberikan kelimpahan, layak kita tanggapi dengan sepadan.
Mengasihi sesama sama juga mengasihi Tuhan, sepanjang kita membela kebenaran, memperjuangkan keadilan, dan tekun di dalam merenungkan Firman Tuhan dan hidup di dalam Tuhan dan bertekun di dalam doa dan sakramen. BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar