Rabu, 22 Mei 2019

Kerendahan Hati


Kamis Biasa Pekan Paskah IV (P)
Kis. 13:13-25
Mzm. 89:2-3,21-22,25,27
Yoh. 13:16-20



Kis. 13:13-25

13:13 Lalu Paulus dan kawan-kawannya meninggalkan Pafos dan berlayar ke Perga di Pamfilia; tetapi Yohanes meninggalkan mereka lalu kembali ke Yerusalem.
13:14 Dari Perga mereka melanjutkan perjalanan mereka, lalu tiba di Antiokhia di Pisidia. Pada hari Sabat mereka pergi ke rumah ibadat, lalu duduk di situ.
13:15 Setelah selesai pembacaan dari hukum Taurat dan kitab nabi-nabi, pejabat-pejabat rumah ibadat menyuruh bertanya kepada mereka: "Saudara-saudara, jikalau saudara-saudara ada pesan untuk membangun dan menghibur umat ini, silakanlah!"
13:16 Maka bangkitlah Paulus. Ia memberi isyarat dengan tangannya, lalu berkata: "Hai orang-orang Israel dan kamu yang takut akan Allah, dengarkanlah!
13:17 Allah umat Israel ini telah memilih nenek moyang kita dan membuat umat itu menjadi besar, ketika mereka tinggal di Mesir sebagai orang asing. Dengan tangan-Nya yang luhur Ia telah memimpin mereka keluar dari negeri itu.
13:18 Empat puluh tahun lamanya Ia sabar terhadap tingkah laku mereka di padang gurun.
13:19 Dan setelah membinasakan tujuh bangsa di tanah Kanaan, Ia membagi-bagikan tanah itu kepada mereka untuk menjadi warisan mereka
13:20 selama kira-kira empat ratus lima puluh tahun. Sesudah itu Ia memberikan mereka hakim-hakim sampai pada zaman nabi Samuel.
13:21 Kemudian mereka meminta seorang raja dan Allah memberikan kepada mereka Saul bin Kish dari suku Benyamin, empat puluh tahun lamanya.
13:22 Setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud menjadi raja mereka. Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku.
13:23 Dan dari keturunannyalah, sesuai dengan yang telah dijanjikan-Nya, Allah telah membangkitkan Juruselamat bagi orang Israel, yaitu Yesus.
13:24 Menjelang kedatangan-Nya Yohanes telah menyerukan kepada seluruh bangsa Israel supaya mereka bertobat dan memberi diri dibaptis.
13:25 Dan ketika Yohanes hampir selesai menunaikan tugasnya, ia berkata: Aku bukanlah Dia yang kamu sangka, tetapi Ia akan datang kemudian dari padaku. Membuka kasut dari kaki-Nya pun aku tidak layak.

Yoh. 13:16-20

13:16 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya.
13:17 Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.
13:18 Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku.
13:19 Aku mengatakannya kepadamu sekarang juga sebelum hal itu terjadi, supaya jika hal itu terjadi, kamu percaya, bahwa Akulah Dia.
13:20 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku, dan barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku."


Kerendahan Hati

Saudara terkasih hari ini kita bersama Bunda Gereja belajar mengenai dua hal besar, pertama mengenai utusan dan yang kedua soal penerimaan. Dalam konteks ini keduanya memerlukan adalah rendah hati.  Di mana dalam era modern ini kadang orang diajak untuk berkompetisi, saling merendahkan, saling mendahului, sehingga tinggi hati, arogansi, dan merasas super sering menjadi panglima.
Hidup di dalam dan bersama Tuhan kita diajak untuk tidak memilih dan berjalan dalam hidup cara demikian. Benar bahwa kita perlu berkompetisi, berlomba-lomba untuk mencapai yang terbaik, namun  tetap harus ingat sikap rendah hati. Rendah hati bukan menghambat orang untuk bisa bersaing, berkompetisi, dan berlomba untuk mendapatkan yang terbaik.
Viral sering menjadi tujuan kaum milenial, namun viral pula sering abai akan kemanusiaan, mengingkari kebenaran dan keadilan. Anak-anak Tuhan tidak boleh dan tidak bisa bersikap yang sama. Kita sebagai anak Allah di dalam mencapai viral, tenar, dan populer tetap harus bersikap sebagai murid-murid Tuhan. Tidak boleh mengabaikan kemanusiaan, tidak melupakan peran di dalam dunia untuk menjadi terang dan garam dunia.
Saudara terkasih, dalam Injil dikisahkan, bahwa tidak ada murid melebihi gurunya, tidak ada hamba mengatasi tuannya. Konteks ini mengajak kita untuk sadar diri, untuk tahu batas, untuk bersikap rendah hati. Bedakan dengan rendah diri dan minder yang membuat kita tidak berkembang. Tahu diri, sadar posisi membuat hidup menjadi lebih ringan dan lancar. Beban berkurang karena tidak ada konflik kepentingan. Mau belajar dan berkembang terus. Ini yang Tuhan kehendaki dari kita.
Sikap menerima, bagaimana Tuhan menghendakikita menerima Yesus sebagai Utusan Allah, jaminan keselamatan sudah ada di tangan. Namun ingat, kita sebagai manusia yang rapuh, lebih suka menolak, menyingkirkan dengan segala sikap kita. Tinggi hati membuat kita susah menerima kedatangan Tuhan. Kemampuan kita juga sering menjadi blokade, penghalang, dan penghambat kedatangan Tuhan yang seharusnya kita terima dan percayai.
Saudara terkasih, melibatkan Tuhan membantu kita memiliki kerendahanhati yang sangat berperan dan penting bagi hidup kita. Menyatukan kita dengan Tuhan dan rencana-Nya. BD.eleSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar