Rabu, 15 Mei 2019

Pernyataan ini Keras


Sabtu Pekan Paskah III (P)
Kis. 9:31-42
Mzm. 116:12,13,14-15,16-17
Yoh. 6:60-69



Kis. 9:31-42

9:31 Selama beberapa waktu jemaat di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus.
9:32 Pada waktu itu Petrus berjalan keliling, mengadakan kunjungan ke mana-mana. Dalam perjalanan itu ia singgah juga kepada orang-orang kudus yang di Lida.
9:33 Di situ didapatinya seorang bernama Eneas, yang telah delapan tahun terbaring di tempat tidur karena lumpuh.
9:34 Kata Petrus kepadanya: "Eneas, Yesus Kristus menyembuhkan engkau; bangunlah dan bereskanlah tempat tidurmu!" Seketika itu juga bangunlah orang itu.
9:35 Semua penduduk Lida dan Saron melihat dia, lalu mereka berbalik kepada Tuhan.
9:36 Di Yope ada seorang murid perempuan bernama Tabita -- dalam bahasa Yunani Dorkas. Perempuan itu banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah.
9:37 Tetapi pada waktu itu ia sakit lalu meninggal. Dan setelah dimandikan, mayatnya dibaringkan di ruang atas.
9:38 Lida dekat dengan Yope. Ketika murid-murid mendengar, bahwa Petrus ada di Lida, mereka menyuruh dua orang kepadanya dengan permintaan: "Segeralah datang ke tempat kami."
9:39 Maka berkemaslah Petrus dan berangkat bersama-sama dengan mereka. Setelah sampai di sana, ia dibawa ke ruang atas dan semua janda datang berdiri dekatnya dan sambil menangis mereka menunjukkan kepadanya semua baju dan pakaian, yang dibuat Dorkas waktu ia masih hidup.
9:40 Tetapi Petrus menyuruh mereka semua keluar, lalu ia berlutut dan berdoa. Kemudian ia berpaling ke mayat itu dan berkata: "Tabita, bangkitlah!" Lalu Tabita membuka matanya dan ketika melihat Petrus, ia bangun lalu duduk.
9:41 Petrus memegang tangannya dan membantu dia berdiri. Kemudian ia memanggil orang-orang kudus beserta janda-janda, lalu menunjukkan kepada mereka, bahwa perempuan itu hidup.
9:42 Peristiwa itu tersiar di seluruh Yope dan banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan.

Yoh. 6:60-69

6:60 Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?"
6:61 Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: "Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu?
6:62 Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada?
6:63 Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.
6:64 Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya." Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia.
6:65 Lalu Ia berkata: "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya."
6:66 Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.
6:67 Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: "Apakah kamu tidak mau pergi juga?"
6:68 Jawab Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal;
6:69 dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.



Pernyataan ini Keras

Saudara terkasih, hari ini Bunda Gereja mengajak kita merenungkan mengenai panggilan Tuhan mengandung konsekuensi yang tidak mudah. Dalam Injil hari ini kita mendengar bahwa Tuhan mengatakan hal yang keras, sehingga banyak pengikut-Nya mundur karena tidak mudah memang mengikuti-Nya. Hal yang tidak mudah dan sulit ikuti  jalan Tuhan.
Pernyataan itu keras, membuat banyak yang mundur, kita pun hari-hari ini, di era modern ini sering mengalami hal yang sama. Mengalami keras-Nya tuntutan Yesus, bayangkan bagaimana kita diajak untuk memikul salib, membawa derita dengan suka cita, megampuni hingga tujuh kali tujuh, bayangkan di tengah hukum balas dendam ada ajakan demikian. Mengasihi sampai habis, bayangkan ketika budaya egoisme kita diajak untuk berkorban dan memberikan diri hingga habis.
Atau dalam konteks yan berbeda, kita sering merasa susah hidup sebagai anak-anak Tuhan, bagaimana ditolak untuk memakamkan saja, atau menikah, atau mencari pekerjaan. Hal-hal yang berat dan bahkan membuat patah arang, mudah  meninggalkan sebagaimana para pengikut Yesus waktu itu. Contoh konkret ada seorang anak yang marah kepada bapak angkatnya yang seorang aktivis Gereja. Pujian kepada si bapak malah membuat anak ini meradang dan jengkel termasuk pada Gereja. Buat apa aktivis, rajin berkegiatan, namun abai pada kasih di dalam keluarga. Coba bisa dilihat bukan, di dalam aktivitas kebaikan saja masih ada celah untuk kekecewaan.
Saudara terkasih, mengikuti Yesus memang tidak mudah. Apakah ini berarti Tuhan mempersulit anak-anak-Nya? Tidak, itu konsekuensi atas anugerah yang luar biasa yang juga perlu diusahakan dengan luar biasa pula. Tuhan tidak memanjakan anak-anak-Nya untuk njagake. Semua perlu proses dan perjuangan.
Kebebasan anak-anak Allah juga menjadi penting. Tuhan bukan sosok yang otoriter, arogan, dan memaksakan kehendak atas nama Sang Pencipta. Lihat termasuk menolak dan mengingkari pun menjadi bagian utuh atas pilihan dan anugerah bagi kita. Kebebasan kita tidak disandera atas naman kasih dan sayang-Nya. Tuhan membebaskan kita sepenuhnya.
Jawaban mendalam dan spontan sebagaimana Petrus itu yang akan membuat  semuanya mudah, ringan, dan tidak lagi keras dan menjadi beban. Berserah pada kehendak dan penyelenggaraan Ilahi semuanya mudah dan mungkin. BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar