Kamis, 28 Februari 2019

Berdamai yang Seorang dengan yang Lain


Kamis Pekan Biasa VII (H)
Sir. 5:1-8
Mzm. 1:1-2,3,4,6
Mrk. 9:41-50




Sir. 5:1-8

5:1 Jangan mengandalkan kekayaanmu, dan jangan berkata: "Ini cukup bagiku."
5:2 Hati dan kekuatanmu jangan kauturut untuk berlaku sesuai dengan hawa nafsu hatimu.
5:3 Jangan berkata: "Siapa berkuasa atas diriku?" Memang Tuhan akan menghukum engkau dengan keras.
5:4 jangan berkata: "Betul, aku sudah berdosa, tetapi apakah menimpa diriku? Sebab Tuhan panjang hati."
5:5 Jangan menyangka pengampunan terjamin, sehingga engkau menimbun dosa demi dosa.
5:6 Jangan berkata: "Memang belas kasihan-Nya besar, dosaku yang banyak ini pasti diampuni-Nya." Sebab baik belas kasihan maupun kemurkaan ada pada Tuhan, dan geram-Nya turun atas orang jahat.
5:7 Jangan menunda-nunda berbalik kepada Tuhan, jangan kautangguhkan dari hari ke hari. Sebab tiba-tiba meletuslah kemurkaan Tuhan, dan pada saat hukuman engkau dihancurkan.
5:8 Jangan percaya pada harta benda yang diperoleh dengan tidak adil, sebab tidak berguna sedikitpun pada hari sial.


Mrk. 9:41-50

9:41 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya."
9:42 "Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut.
9:43 Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan;
9:44 [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.]
9:45 Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka;
9:46 [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.]
9:47 Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka,
9:48 di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam.
9:49 Karena setiap orang akan digarami dengan api.
9:50 Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain."




Berdamai yang Seorang dengan yang Lain

Saudara terkasih, hari ini Bunda Gereja mengajak kita merenungkan firman-Nya yang berbicara mengenai hidup untuk berdamai satu sama lain. Nasihat baik,  bijak, dan kontekstual sebagai bagian bangsa dan Gereja Indonesia. Apalagi jika kita ingat sabda Tuhan kemarin yang berbicara mengenai mudahnya memangdang pihak lain sebagai liyan, ada benih-benih untuk mudah terpisahkan.
Terpisah dan terkotak-kotak akan menjadi hidup tidak damai. Hal yang terjadi bukan dalam hidup sehari-hari kita. Di mana kita dengan mudah menuding dan mendakwa pihak lain sebagai musuh. Bagaimana hidup demikian bisa menjadi damai apalagi berkat bagi sesama? Di tengah dunia yang demikian hidup. Itu fakta yang tak terbantahkan.
Tuhan  mengajak anak-anak-Nya, kita ini untuk tetap bertekun sehingga bak garam yang tidak pernah kehilangan asinnya. Bagaimana mengembalikan garam yang telah hambar dan kehilangan asinnya? Sebagai anak-anak Tuhan kita patut untuk selalu menjaga kualitas, asinnya garam, dan aspek manfaat dari hidup kita. Asin jelas adalah kualitas, pembeda, dan manfaat dari garam.
Kualitas kita sebagai anak-anak Allah adalah hidup dengan kasih melimpah. Kasih yang bukan karena takut akan api neraka, siksa neraka, dan seterusnya. Itu bisa bagi iman kanak-kanak, jika iman yang dewasa itu semua bukan menjadi pendorong dan penyebab berbuat baik dan melakukan kebaikan dan kasih kepada sesama. Ancaman dan ketakutan itu bagi anak-anak dan kanak-kanak perlu tumbuh berkembang.
Tuhan itu Mahakasih, bukan penghukum, lihat bagaimana kata pembuka dalam bacaan ini, perbuatan sederhana untuk minum saja sudah membawa berkat berlimpah lho. Artinya kasih Tuhan itu yang utama. Peringatan untuk hati-hati saja gambaran ngeri neraka itu sebenarnya. bukan ketakutan yang hendak diajarkan Tuhan, namun bahwa kita perlu berbuat kasih dengan segala daya dan upaya kita. Jika minum saja sudah memberikan berkat, apalagi jika melakukan yang lebih besar, tentu Tuhan akan memberikan yang jauh lebih lagi.
Konsekuensilogis atas kasih dan kebaikan Tuhan yang telah kita terima, pun juga atas perilaku kita, jika kita masuk ke dunia orang mati, jika kita kehilangan kualitas kita, bak garam kehilangan asinnya. Marilah kita menjaga untuk mampu tetap dengan hati yang penuh kasih karunia. BD.eLeSHa.

Rabu, 27 Februari 2019

Liyan dan Gaya Hidup Kita


Rabu Biasa Pekan VII (H)
Sir. 4:11-19
Mzm. 119:3-4,18-19,37-28,39-40
Mrk. 9:38-40



Sir. 4:11-19

4:11 Kebijaksanaan meninggikan segala anaknya, dan orang yang mencarinya dihiraukannya.
4:12 Siapa yang mencintai kebijaksanaan mencintai kehidupan, dan barangsiapa pagi-pagi menghadapinya akan penuh sukacita.
4:13 Siapa yang berpaut padanya mewarisi kemuliaan, dan ia diberkati Tuhan di manapun ia berlangkah.
4:14 Barangsiapa melayani kebijaksanaan bergilir bakti kepada Yang Kudus, dan siapa mencintainya dicintai oleh Tuhan.
4:15 Siapa mendengarkannya akan memutuskan yang adil, dan aman sentosalah kediaman orang yang mengindahkannya.
4:16 Jika orang percaya pada kebijaksanaan, niscaya ia mewarisinya, dan keturunannya akan tetap memilikinya.
4:17 Boleh jadi ia dituntun kebijaksanaan di jalan yang berbelok-belok dahulu, sehingga didatangi ketakutan dan getaran; boleh jadi kebijaksanaan menyiksa dia dengan siasat sampai dapat percaya padanya, dan mengujinya dengan segala aturannya.
4:18 Tetapi kemudian kebijaksanaan kembali kepadanya dengan kebaikan yang menggembirakan, dan menyingkapkan kepadanya pelbagai rahasia.
4:19 Jika orang sampai menyimpang, maka dibuang oleh kebijaksanaan dan diserahkan kepada kebinasaan.

Mrk. 9:38-40

9:38 Kata Yohanes kepada Yesus: "Guru, kami lihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita."
9:39 Tetapi kata Yesus: "Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorang pun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku.
9:40 Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.



Liyan dan Gaya Hidup Kita

Saudara terkasih, hari ini Bunda Gereja mengajak kita merenungkan Sabda Tuhan mengenai sikap pemisahan dan memandang lainnya sebagai liyan. Hal yang sangat cocok dan kontekstual banget, karena politik dan demokrasi sektarian serta identitas begitu lekat akhir-akhir ini.
Para murid, sebagaimana disebutkan dalam bacaan Injil hari ini, mengatakan kepada Yesus bahwa mereka melihat ada pihak lain yang mengusir setan dalam nama Yesus. Mereka melarang karena bukan murid Yesus. Sangat manusiawi, wajar, dan mungkin demikian terjadi. Pandangan manusiawi yang melihat bahwa yang berbeda sebagai bukan kelompoknya, bukan teman, dan bukan bagian yang tidak boleh sama.
Entah kenapa akhir-akhir ini bangsa ini pun terkena sindrom itu. Mudah menuding dan menjatuhkan penghakiman dan dikotomi yang amat keras, tegas, dan jelas. Tidak ada yang sama di dunia, Tuhan telah mengodratkan manusia itu berbeda-beda, namun malah melebarkan pebedaan. Padahal Tuhan menghendak kita menemukan persamaan, sehingga menjembatani untuk membangun kesatuan utuh di dalam kemanusiaan dan satu kesatuan kasih Tuhan.
Tuhan mengajarkan hal yang konkret bagaimana orang yang mengusir setan dalam nama Tuhan sekaligus mengutuk Tuhan. Tidak ada manusia serendah itu, entah mengapa di zaman modern apa yang Tuhan dulu nyatakan, kini malah demikian marak. Orang dengan mudah menyebut nama Tuhan untuk membunuh, mengutuk orang lain dengan mengatasnamakan Tuhan. Mengucurkan darah sesama dalam nama Tuhan.
Tuhan menjadi kedok, Tuhan menjadi tameng di dalam perilaku jahat dan ketamakan, hasrat menguasai orang lain, dan memandang orang lain sebagai musuh dengan mengatasnamakan Tuhan. Kita perlu menyadari hal ini agar jauh dari sikap demikian.
Saudara terkasih, kita perlu menyadari di dalam diri kita yang kadang mudah tergoda untuk mengotak-kotakan di dalam hidup bersama. Kita perlu menjadi agen perubahan untuk melebur tembok pemisah, menimbun jurang pemisah, dan menemukan kebaikan dan keasih Tuhan yang luar biasa itu. Sepanjang kita hidup di dalam Tuhan kita akan melakukan kebaikan dan hidup yang terbaik dan menebarkan suka cita dan kebahagiaan. BD.eLeSHa.

Selasa, 26 Februari 2019

Layanilah Satu Sama Lain


Selasa Pekan Biasa VII (H)
Sir. 2:1-11
Mzm. 37:3-4,18-19,27-28,39-40
Mrk. 9:30-37




Sir. 2:1-11

2:1 Anakku, jikalau engkau bersiap untuk mengabdi kepada Tuhan, maka bersedialah untuk pencobaan.
2:2 Hendaklah hatimu tabah dan jadi teguh, dan jangan gelisah pada waktu yang malang.
2:3 Berpautlah kepada Tuhan, jangan murtad dari pada-Nya, supaya engkau dijunjung tinggi pada akhir hidupmu.
2:4 Segala-galanya yang menimpa dirimu terimalah saja, dan hendaklah sabar dalam segala perubahan kehinaanmu.
2:5 Sebab emas diuji di dalam api, tetapi orang yang kepadanya Tuhan berkenan dalam kancah penghinaan.
2:6 Percayalah pada Tuhan maka Iapun menghiraukan dikau, ratakanlah jalanmu dan berharaplah kepada-Nya.
2:7 Kamu yang takut akan Tuhan nantikanlah belas kasihan-Nya, jangan menyimpang, supaya kamu jangan terjatuh.
2:8 Kamu yang takut akan Tuhan percayalah pada-Nya, niscaya kamu tidak akan kehilangan ganjaranmu.
2:9 Kamu yang takut akan Tuhan harapkanlah yang baik, sukacita kekal dan belas kasihan.
2:10 Pandanglah segala angkatan yang sudah-sudah dan perhatikanlah: Siapa gerangan percaya pada Tuhan lalu dikecewakan, siapa bertekun dalam ketakutan kepada-Nya dan telah ditinggalkan, atau siapa berseru kepada-Nya lalu tidak dihiraukan oleh-Nya?
2:11 Memang Tuhan adalah penyayang dan pengasih, Ia mengampuni dosa dan menyelamatkan pada saat kemalangan.


Mrk. 9:30-37

9:30 Yesus dan murid-murid-Nya berangkat dari situ dan melewati Galilea, dan Yesus tidak mau hal itu diketahui orang;
9:31 sebab Ia sedang mengajar murid-murid-Nya. Ia berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit."
9:32 Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada-Nya.
9:33 Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Kapernaum. Ketika Yesus sudah di rumah, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Apa yang kamu perbincangkan tadi di tengah jalan?"
9:34 Tetapi mereka diam, sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka.
9:35 Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka: "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya."
9:36 Maka Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka:
9:37 "Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku."



Layanilah Satu Sama Lain

Saudara terkasih, hari ini Bunda Gereja mengajak kita merenungkan firman-Nya yang berbicara mengenai yang terbesar. Sering kita merebutkan yang terbesar, paling, dan ter, ter, lainnya. Salah satu yang mungkin dan paling menjadi sasaran dalam masa kini adalah popularitas dan viral.
Demi viral dan populer, orang bisa abai akan kemanusiaan. Beberapa hari ini sedang heboh dengan adanya orang maaf bunuh diri, bukannya diupayakan untuk ditolong malah ada yang seolah mendorong untuk cepat melakukan, merekam, dan membagikannya dalam media sosial. Seolah tanpa beban, merasa bersalah, merasa terbebani atas kematian orang lain, yang penting viral. Miris ketika kemanusiaan kalah oleh kepentingan tenar dan viral itu.
Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus menasihati para murid, yang merasa paling unggul, merasa yang paling besar, dan merasa paling hebat sepanjang jalan, tanpa sepengetahuan Yesus tentunya. Hal yang biasa, wajar, dan manusiawi. Pilihan dunia, di mana orang memang ingin menonjol, dan paling terkemukan. Yesus memberikan pengajaran dan tuntutan serta tuntunan yang berbeda.
Terbesar dalam Yesus adalah pelayanan. Melayani satu sama lain, padahal dunia melakukan perilaku yang sebaliknya. Semakin besar orang akan semakin minta dilayani. Orang besar itu banyak maunya tanpa mau kerja. Yesus membawa pengajaran yang bertolak belakang. Semua di balik dan menghendaki yang berbeda secara ekstrem dengan perilaku dunia ini.
Penghargaan dan kasih atas anak-anak. Di mana sih ada orang tua, pemuka, dan tokoh besar mau menyapa anak-anak sebagai bagian utuh di dalam komunitas itu. Sikap dan penghargaan Yesus sangat baru. Penghargaan bagi anak sama dengan orang tua. Sikap yang penting menghargaan kemanusiaan yang sama dan setara.
Saudara terkasih, sering kita jatuh pada keinginan diri, kemegahan diri untuk menjadi besar, hebat, dan tenar. Tuhan tidak melarang itu, sepanjang mau menjadi pelayan satu sama lain. Melayani sebagai bukti kerendahan hati yang mendalam. Memeluk anak-anak sebagai manusia dengan penuh cinta juga memberikan gambaran pribadi terbuka dan rendah hati. Siapkah kita melayani dana mengasihi anak-anak dengan tulus? BD.eLeSHa.

Senin, 25 Februari 2019

Jalinlah Relasi dengan Tuhan


Senin Pekan Biasa VII (H)
Sir. 1:1-10
Mzm. 93:1ab,1c-2,5
Mrk. 9:14-29




Sir. 1:1-10

1:1 Segala kebijaksanaan dari Tuhan asalnya, dan ada pada-Nya selama-lamanya.
1:2 Pasir di laut dan tetes hujan, dan hari-hari kekekalan siapa gerangan dapat membilangnya?
1:3 Tingginya langit, luasnya bumi, dan samudera raya dan kebijaksanaan, siapa dapat menduganya?
1:4 Sebelum segala-galanya kebijaksanaan sudah diciptakan, dan pengertian yang arif sejak dahulu kala.
1:6 Kepada siapakah pangkal kebijaksanaan telah disingkapkan, dan siapakah mengenal segala akalnya?
1:8 Hanyalah Satu yang bijaksana, teramat menggetarkan, yaitu Yang bersemayam di atas singgasana-Nya.
1:9 Tuhanlah yang menciptakan kebijaksanaan, yang melihat serta membilangnya, lalu mencurahkannya atas segala buatan-Nya.
1:10 Pada semua makhluk ia ada sekadar pemberian Tuhan, yang juga membagikannya kepada orang yang cinta kepada-Nya.


Mrk. 9:14-29

9:14 Ketika Yesus, Petrus, Yakobus dan Yohanes kembali pada murid-murid lain, mereka melihat orang banyak mengerumuni murid-murid itu, dan beberapa ahli Taurat sedang mempersoalkan  sesuatu dengan mereka.
9:15 Pada waktu orang banyak itu melihat Yesus, tercenganglah mereka semua dan bergegas menyambut Dia.
9:16 Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Apa yang kamu persoalkan dengan mereka?”
9:17 Kata seorang dari orang banyak itu: “Guru, anakku ini kubawa kepada-Mu, karena ia kerasukan roh yang membisukan dia.
9:18 Dan setiap kali roh itu menyerang dia, roh itu membantingkannya ke tanah; lalu mulutnya berbusa, giginya bekertakan dan tubuhnya menjadi kejang. Aku sudah meminta kepada murid-murid-Mu, supaya mereka mengusir roh itu, tetapi mereka tidak dapat.”
9:19 Maka kata Yesus kepada mereka: “Hai kamu angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!”
9:20 Lalu mereka membawanya kepada-Nya. Waktu roh itu melihat Yesus, anak itu segera digoncang-goncangnya, dan anak itu terpelanting ke tanah dan terguling-guling, sedang mulutnya berbusa.
9:21 Lalu Yesus bertanya kepada ayah anak itu: “Sudah berapa lama ia mengalami ini?” Jawabnya: “Sejak masa kecilnya.
9:22 Dan seringkali roh itu menyeretnya ke dalam api ataupun ke dalam air untuk membinasakannya. Sebab itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami.”
9:23 Jawab Yesus: “Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!”
9:24 Segera ayah anak itu berteriak: “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!”
9:25 Ketika Yesus melihat orang banyak makin datang berkerumun, Ia menegor roh jahat itu dengan keras, kata-Nya: “Hai kau roh yang menyebabkan orang menjadi bisu dan tuli, Aku memerintahkan engkau, keluarlah dari pada anak ini dan jangan memasukinya lagi!”
9:26 Lalu keluarlah roh itu sambil berteriak dan menggoncang-goncang anak itu dengan hebatnya. Anak itu kelihatannya  seperti orang mati, sehingga banyak orang yang berkata: “Ia sudah mati.”
9:27 Tetapi Yesus memegang tangan anak itu dan membangunkannya, lalu ia bangkit sendiri.
9:28 Ketika Yesus sudah di rumah, dan murid-murid-Nya sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka: “Mengapa kami tidak dapat mengusir roh itu?”
9:29 Jawab-Nya kepada mereka: “Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa.”



Jalinlah Relasi dengan Tuhan

Saudara terkasih, hari ini Bunda Gereja mengajak kita untuk merenungkan sabda-Nya yang berbicara mengenai kesiapan kita untuk mengandalkan Tuhan. Dalam bacaan Injil kita disuguhi kisah, bahwa kuasa jahat yang membuat para murid angkat tangan. Sebegitu kuatnya, dalam bayangan dan penilaian para murid.
Kesempatan yang baik bagi Yesus untuk menegur sekaligus mengajar murid-murid-Nya. Ada di mana kekuasaan mereka itu harus dibarengi dengan doa. Doa sebagai sarana bersatu dan menyatukan diri pada Allah. Relasi yang  terjalin di dalam Tuhan, memberikan daya lebih bagi para murid. Ini yang membuat si jahat seolah kuat, padahal  sebenarnya tidak demikian.
Pengajaran Yesus bagi orang tua yang masih ragu, dengan pernyataannya yang mengatakan, jika Engkau mau..., di sana ada kendala, ada jurang di mana masih belum yakin akan kasih Tuhan yang demikian besar, kuat, dan tak terbatas itu. Keraguan yang membuat gap di dalam relasional di dalam Tuhan. Teguran Tuhan yang diterima dengan baik, dibalas dengan baik pula oleh Tuhan dengan kuasa penyembuhan.
Saudara terkasih, kita sering mengalami sebagaimana bapak di dalam bacaan Injil tersebut, karena panik dan merasa tidak berdaya, malah melupakan bahwa ada Tuhan di sana. Tuhan yang akan mampu menyelesaikan apapun. Merasa tidak mau merepotkan Tuhan, merasa enggan bahwa perlu melibatkan Tuhan dalam seluruh hidup kita.
Padahal Tuhan pun suka cita, bahkan menghendaki kita mau memohon kepada-Nya. Tuhan dengan  rela akan membantu apapun yang kita minta. Di sanalah peran doa. Doa untuk mampu makin mengecilkan diri agar Tuhan lebih menampakan kuasa-Nya di dalam diri kita dalam hidup sehari-hari.
Doa bukan sekadar kewajiban, bukan pula hanya memohon, namun semakin  mengenal Tuhan dengan segala kehendak-Nya. Tuhan hadir dengan segala suka cita dan kasih-Nya yang tidak pernah terbatas itu. Di dalam doalah kita memahami apa yang menjadi rancangan Tuhan. Meminimalkan keinginan dan kehendak kita sendiri. Kehendak kita tentu tidak mesti salah, namun bagaimana itu selaras dengan Tuhan atau hanya terus menerus mengedepankan kesenangan dan keinginan kita saja. BD.eLeSHa.

Minggu, 24 Februari 2019

Allah itu Murah Hati


HARI MINGGU BIASA VII (H)
1 Sam. 26:2,7-9,12-13,22-23
Mzm.103:1-2,3-4,6,10,12-13
1 Kor. 15:45-49
Luk. 6:27-38



1 Sam. 26:2,7-9,12-13,22-23

26:2 Lalu berkemaslah Saul dan turun ke padang gurun Zif dengan tiga ribu orang yang terpilih dari orang Israel untuk mencari Daud di padang gurun Zif.
26:7 Datanglah Daud dengan Abisai kepada rakyat itu pada waktu malam, dan tampaklah di sana Saul berbaring tidur di tengah-tengah perkemahan, dengan tombaknya terpancung di tanah pada sebelah kepalanya, sedang Abner dan rakyat itu berbaring sekelilingnya.
26:8 Lalu berkatalah Abisai kepada Daud: "Pada hari ini Allah telah menyerahkan musuhmu ke dalam tanganmu, oleh sebab itu izinkanlah kiranya aku menancapkan dia ke tanah dengan tombak ini, dengan satu tikaman saja, tidak usah dia kutancapkan dua kali."
26:9 Tetapi kata Daud kepada Abisai: "Jangan musnahkan dia, sebab siapakah yang dapat menjamah orang yang diurapi TUHAN, dan bebas dari hukuman?"
26:12 Kemudian Daud mengambil tombak dan kendi itu dari sebelah kepala Saul, lalu mereka pergi. Tidak ada yang melihatnya, tidak ada yang mengetahuinya, tidak ada yang terbangun, sebab sekaliannya tidur, karena TUHAN membuat mereka tidur nyenyak.
26:13 Setelah Daud sampai ke seberang, berdirilah ia jauh-jauh di puncak gunung, sehingga ada jarak yang besar antara mereka.
26:22 Tetapi Daud menjawab: "Inilah tombak itu, ya tuanku raja! Baiklah salah seorang dari orang-orangmu menyeberang untuk mengambilnya.
26:23 TUHAN akan membalas kebenaran dan kesetiaan setiap orang, sebab TUHAN menyerahkan engkau pada hari ini ke dalam tanganku, tetapi aku tidak mau menjamah orang yang diurapi TUHAN


1 Kor. 15:45-49

15:45 Seperti ada tertulis: "Manusia pertama, Adam menjadi makhluk yang hidup", tetapi Adam yang akhir menjadi roh yang menghidupkan.
15:46 Tetapi yang mula-mula datang bukanlah yang rohaniah, tetapi yang alamiah; kemudian barulah datang yang rohaniah.
15:47 Manusia pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani, manusia kedua berasal dari sorga.
15:48 Makhluk-makhluk alamiah sama dengan dia yang berasal dari debu tanah dan makhluk-makhluk sorgawi sama dengan Dia yang berasal dari sorga.
15:49 Sama seperti kita telah memakai rupa dari yang alamiah, demikian pula kita akan memakai rupa dari yang sorgawi


Luk. 6:27-38

6:27 "Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu;
6:28 mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.
6:29 Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu.
6:30 Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu.
6:31 Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.
6:32 Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosa pun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka.
6:33 Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian.
6:34 Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun meminjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak.
6:35 Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat.
6:36 Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati."
6:37 "Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.
6:38 Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.



Allah itu Murah Hati

Saudara terkasih, hari ini kita merayakan Hari Minggu, di mana Bunda Gereja mengajak kita merenungkan betapa murah hatinya Tuhan. Bagaimana Tuhan mengajarkan kepada kita untuk bisa berbuat lebih dan lebih. Sering kita itu menuntut balas, balas dendam, dan minta keadilan atau kesetaraan, namun Tuhan menghendaki dan membawa kita pada hal yang baru.
Di tengah dunia ini, kadang berbuat sebagaimana Tuhan katakan seperti perbuatan sia-sia, bahkan menjadi tertawaan. Namun itulah kualitas Tuhan, kemurahan Tuhan yang luar biasa. Dan kita diminta melakukan yang sama. Memberkati yang mengutuk, mendoakan yang telah menyelakakan, mengampuni yang  telah menyakiti.
Sejarah Perjanjian Lama sejantinya juga memberikan gambaran dan contoh perbuatan itu. Di mana  Daud yang dikejar-kejar oleh Saul, oleh Tuhan diberi kesempatan untuk bisa berbuat apa saja. Saul dengan seluruh pengawalnya tertidur, Daud bisa mengambil tombaknya, artinya ia bisa menggunakan tombak untuk membunuh Saul, namun tidak demikian. Daud  menghormati Allah yang telah mengurapi Saul.
Sikap demikianlah yang perlu kita ambil saat mengalami hal yang sama. Tuhan yang berhak membalas. Dunia mengajarkan kepada kita balas dendam, Tuhan menghendaki kita mengampuni, bahkan memberikan lebih apa yang diminta dari kita. Hal yang cukup berbeda bukan?
Sering kita memberi agar mendapatkan apa yang sebaliknya, pun di dalam menggereja. Kita bisa saja melakukan banyak hal namun demi mendapatkan sesuatu. Rajin ke gereja agar lulus ujian, agar mendapat jodoh. Pun berdoa, agar kita diberi ini dan itu. Ibadah pun  masih bisa digoda si jahat untuk bersikap mencari balasan, memperoleh berkat.
Tuhan menghendaki kita melakukan apapun dengan tulus. Melepaskan segala pamrih dan keinginan dari perbuatan dan perilaku baik kita. Tuhan tidak akan pernah melupakan dan melalaikan perbuatan baik kita. Kita berbuat baik itu bukan agar kita mendapatkan balasan, namun sudah sepatutnya, sebagai konsekuensi logis atas kebaikan Tuhan terlebih dahulu yang sudah Tuhan lakukan bagi kita terlebih dahulu.
Ukuran yang kita kenakan itulah yang akan kita peroleh. Jika kita berpamrih pun kita akan mendapatkan perlakuan demikian. Tuhan mengajarkan kepada kita sangat berbeda dan bukan demikian yang Tuhan ajarkan dan kehendaki. Kita diajak murah hati dan melakukan yang baik dan lebih baik. Mendapatkan perilaku buruk kita jawab dengan baik dan kebaikan. Sanggupkah kita? Ingatlah Tuhan begitu baik, jika kita merasa tidak mampu. BD.eLeSHa.


Sabtu, 23 Februari 2019

Transfigurasi dan Kehendak Allah di Dalam Hidup



Pw. S. Polykarpus, Usk Mrt (M)
Ib. 11:1-7
Mzm. 145:2,3,4-5,10-11
Mrk. 9:2-13



Ib. 11:1-7

11:1 Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
11:2 Sebab oleh imanlah telah diberikan kesaksian kepada nenek moyang kita.
11:3 Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat.
11:4 Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati.
11:5 Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah.
11:6 Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.
11:7 Karena iman, maka Nuh -- dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan -- dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya.



Mrk. 9:2-13

9:2 Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka,
9:3 dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu.
9:4 Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus.
9:5 Kata Petrus kepada Yesus: "Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia."
9:6 Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan.
9:7 Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia."
9:8 Dan sekonyong-konyong waktu mereka memandang sekeliling mereka, mereka tidak melihat seorang pun lagi bersama mereka, kecuali Yesus seorang diri.
9:9 Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka, supaya mereka jangan menceriterakan kepada seorang pun apa yang telah mereka lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati.
9:10 Mereka memegang pesan tadi sambil mempersoalkan di antara mereka apa yang dimaksud dengan "bangkit dari antara orang mati."
9:11 Lalu mereka bertanya kepada-Nya: "Mengapa ahli-ahli Taurat berkata, bahwa Elia harus datang dahulu?"
9:12 Jawab Yesus: "Memang Elia akan datang dahulu dan memulihkan segala sesuatu. Hanya, bagaimanakah dengan yang ada tertulis mengenai Anak Manusia, bahwa Ia akan banyak menderita dan akan dihinakan?
9:13 Tetapi Aku berkata kepadamu: Memang Elia sudah datang dan orang memperlakukan dia menurut kehendak mereka, sesuai dengan yang ada tertulis tentang dia.




Transfigurasi dan Kehendak Allah di Dalam Hidup

Santo Polykarpus adalah Uskup Smyrna, Turki yang wafat dibakar karena menolak menghujat Allah. Ia yang menjadi uskup benar-benar membawa diri sebagai teladan di dalam iman, bukan hanya omongan. Ia menjamu para serdadu yang menangkapnya dengan makanan lezat. Lihat bagaimana sikap positif ia ambil. Ia mengatakan, “Jadilah kehendak Tuhan atas diriku.” Dan ia memohon waktu untuk berdoa dan kemudian dibelenggu dibawa kepada Prokonsul.
Penolakannya menghianati Yesus membuat Prokonsul marah dan membakarnya hidup-hidup. Ia terima itu dengan tabah. Pernyataannya yang patut kita renungkan adalah, bahwa Tuhan belum pernah berbuat salah dan merugikan selama 86 tahun ia mengimani-Nya, dan mengabdi-Nya. Apa yang disampaikan dengan penuh iman dan kerendahatian.
Bisa dibayangkan di depan hakim dan algojo kematian sekaligus masih bisa berbicara demikian lugas dan bernas. Perilaku utama yang belum tentu bisa dijalani oleh pribadi lemah yang hanya mencari keamanan diri.
Bacaan Injil hari ini menyatakan mengenai pengalaman para murid bersama Yesus di atas gunung. Beberapa hal yang boleh kita renungkan arti dan simbol dari puncak. Pertama, puncak di mana kita bisa melihat banyak hal, dari pada kita dilereng, apalagi di bawah. Dari sana juga berarti puncak atas pengalama rohani, spiritual, dan kedekatan personal dengan Tuhan. Pun jika kita retret, rekoleksi, atau berdoa priadi pun bisa mengalami pengalaman demikian.
Kedua, gunung, adalah simbol atau lambang kesunyian, sepi, dan kondisi lepas bebas dari hiruk pikuk dunia. Waktu dan  tempat di mana kita mampu menjaga jarak dengan dunia. Melepaskan sejenak rutinitas dan aktivitas yang serba sibuk di tengah dunia, demi menjalin relasi bersama Tuhan.
Ketiga, reaksi ketika kita berada di dalam  puncak bersama Tuhan. Saking gagap dan gugupnya pengalaman itu, Petrus hendak “menyandera” Yesus eksklusif bersama mereka. Pernyataan Polykarpus nampaknya sangat tepat, terjadilah kehendak Tuhan, lihat Petrus mau mengubah kehendak Tuhan dengan kebanggaannya sendiri.
Keempat, Petrus berpikir mengenai kenyamanan, zona nyaman kata orang modern. Padahal Mesianis Yesus berupa sengara. Di sinilah pemahaman Petrus masih perlu diluruskan dan dibenahi. Kita pun masih sering salah menangkap kehendak Tuhan sesuai dengan apa yang kita maui.
Kelima, Tuhan berjalan sesuai dengan rencana dan rancangan Allah. Fokus atas apa yang Allah Bapa kehendaki. Di sinilah peran dan pilihan yang sangat berbeda dengan pilihan dan perilaku kita, yang mudah terpengaruh dan dipengaruhi untuk tergiur.
Saudara terkasih, pernyataan Polykarpus bisa menjadi kekuatan kita jika sedang menghadapi godaan apalagi tekanan, bahwa ada kehendak Tuhan di sana. Melibatkan Tuhan dalam seluruh aktivitas kita. Membawa seluruh suka duka dan keinginan kita, rancangan kita di dalam Tuhan. Berani meninggalkan zona nyaman yang sejatinya bukan seturut kehendak Allah. BD.eLeSHa.

Jumat, 22 Februari 2019

Kepemimpinan ala Yesus Melalui Petrus



Pesta Tahta  Santo Petrus, Ras. (P)
1 Pet. 5:1-4
Mzm. 23:1-6
Mat. 16:13-19



1 Pet. 5:1-4

5:1 Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus, yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak.
5:2 Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri.
5:3 Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.
5:4 Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.


Mat. 16:13-19

16:13 Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?"
16:14 Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi."
16:15 Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?"
16:16 Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!"
16:17 Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.
16:18 Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.
16:19 Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga."




Kepemimpinan ala Yesus Melalui Petrus

Saudara terkasih, hari ini Bunda Gereja memperingati Pesta Tahta Santo Petrus. Tahta Santo Petrus hari ini adalah ada di dalam Paus Fransiskus, sebagai Uskup Roma.  Paus yang menjadi gembala bagi umat  Katolik seluruh dunia.
Hal yang menarik dan cukup kontekstual, ketika berbicara mengenai tahta dan kepemimpinan, hari-hari ini bangsa ini juga sedang hangat mengenai pemilihan pemimpin. Kepemimpinan yang baik dan penting adalah, adanya kehendak untuk melayani dan memberikan keteladanan.
Pelayanan dan melayani, sebagai syarat kepemimpinan yang baik, maka paus menggunakan istilah hamba dari para hambar. Di mana posisinya adalah melayani, bukan malah menguasai. Kesediaan untuk melayani, memberikan hati dan seluruh dirinya untuk umat yang digembalakan, atau rakyat jika konteks untuk hidup bernegara. Melayani, memberikan diri untuk menyejahterakan umat-rakyat, dan dengan itu   mengalahkan diri dan kepentingannya sendiri tentunya. Apakah sanggup dan mau? Itulah yang membedakan dunia atau surgawi. Kepentingan duniawi akan menjadikan kepemimpinan adalah kekuasaan yang beroreintasi untuk memperoleh nama besar, kekuasaan mutlak sehingga mampu berbuat apa saja, salah satunya mendapatkan keuntungan finansial.
Melayani termasuk juga mendengarkan yang dipimpin itu maunya apa, apa yang mereka perlukan, butuhkan, harapkan. Bagaimana seorang pemimpin bisa memberikan dirinya, bukan malah justru meminta ini dan itu apalagi memaksa untuk memberikan segalanya untuk mereka.
Keteladanan, sebagai syarat  untuk kepemimpinan yang baik. Bagaimana pemimpin berperilaku minir dapat mengajak yang dipimpinnya menjadi lebih baik. Ini menjadi penting dan utama di dalam arus dunia dengan kepemimpinan abal-abal. Mudah menebarkan kebohongan bahkan fitnah. Berlaku seenaknya sendiri atas nama rakyat dan demokrasi.  Gereja dan hirarkhi menjadi penting dan memiliki posisi strategis, di mana dari tengah dunia bisa menjaga jarak dari dunia.
Saudara terkasih, kita semua dipanggil untuk menjadi pemimpin dalam kapasitas kita masing-masing. Minimal adalah pemimpin diri sendiri. Memimpin diri kita menuju kepada Allah dan kebaikan. Konsep kepemimpinan yang baik, dengan dua ciri tersebut harus kita lakukan. Mau melayani dan memberikan keteladanan. Dalam hidup bernegara ataupun menggereja. Jangan sampai malah salah dan ikut arus dunia. Jika demikian, buat apa menjadi pengikut Kristus? Jangan salah dan merasa tidak mungkin lho. BD.eLeSHa.