Rabu, 03 Juni 2015

Tentang Kebangkitan

Pw. S. Karolus Lwanga dkkMrt (M)
Tb. 3:1-11a,16-17a
Mzr. 25:2-4a,4b-5ab,6-7bc, 8-9
Mrk. 12:18-27


Tb. 3:1-11a,16-17a

3:1 Maka aku sedih hati, mengeluh dan menangis. Dengan keluh kesah aku angkat doa begini:
3:2 "Engkaulah adil, ya Tuhan, semua perbuatanMupun adil pula; semua tindakan-Mu belas kasihan dan kebenaran, dan dunia semesta diadili oleh-Mu.
3:3 Oleh sebab itu, ya Tuhan, ingatlah kepadaku, pandangilah aku! Jangan aku Kauhukum sekedar segala dosaku dan setimpal dengan kekhilafanku kepadaMu, atau sekedar dosa yang diperbuat nenek moyangku!
3:4 Aku telah tidak taat kepada segala perintah-Mu, maka kami Kauserahkan untuk dirampasi, dan untuk ditawan dan dibunuh, dan untuk menjadi sindiran, tertawaan dan orang ternista di tengah sekalian bangsa di mana kami Kaucerai-beraikan.
3:5 Segala hukuman-Mu memang benar, apabila kini aku Kauperlakukan sekedar segala dosaku. Karena kami tidak memenuhi perintah-perintah-Mu, dan tidak berjalan benar di hadapan-Mu.
3:6 Kini berbuatlah kepadaku menurut apa yang berkenan kepada-Mu, dan sudilah mencabut nyawaku, sehingga lenyaplah aku dari muka bumi dan kembali menjadi debu. Sebab mati lebih berguna bagiku dari hidup, karena aku mesti mendengar nista dan fitnah dan sangat sedih rasa hatiku. Ya Tuhan, suruhlah supaya aku lepas dari susah ini, biarlah aku lenyap menuju tempat abadi; janganlah wajah-Mu Kaupalingkan dari padaku, ya Tuhan. Sebab lebih bergunalah mati saja dari pada melihat banyak susah dalam hidupku. Nista tidak dapat kudengar lagi!"
3:7 Pada hari yang sama terjadilah bahwa Sara anak perempuan Raguel di kota Ekbatana di negeri Media mendengar nista dari pihak seorang pelayan perempuan ayahnya.
3:8 Adapun Sara itu sudah diperisterikan kepada tujuh laki-laki. Tetapi mereka semua sudah dibunuh oleh Asmodeus, setan jahat itu, sebelum Sara bersetubuh dengan mereka, sebagaimana pantasnya bagi para isteri. Kata pelayan itu kepada Sara: "Engkau sendirilah yang membunuh para suamimu! Engkau sudah diperisterikan kepada tujuh orang, tetapi tidak ada seorangpun yang engkau nikmati juga!
3:9 Masakan kami kaucambuki karena mereka mati! Baiklah engkau menyusul mereka saja, supaya seorang anak laki-laki atau perempuan dari engkau jangan pernah kami lihat!"
3:10 Maka pada hari itu juga Sara sangat sedih hati, lalu menangis tersedu-sedu. Kemudian ia naik ke bilik atas kepunyaan ayahnya dengan maksud menggantung diri. Tetapi berpikir dan berkatalah ia dalam hati: "Kiranya ayahku nanti dinistakan karena hal itu dan orang akan berkata kepadanya: Bapak hanya punya satu anak perempuan yang kekasih. Celakalah, ia telah menggantung diri! Niscaya karena sedihnya, maka uban ayahku kubawa ke dunia orang mati. Lebih baiklah aku tidak menggantung diri, melainkan berdoa kepada Tuhan, supaya aku mati saja sehingga tidak usah mendengar lagi nista selama hidupku."
3:11 Segera tangan dikedangkannya ke arah jendela, lalu berdoa. Katanya: "Terpujilah Engkau, ya Allah penyayang!
3:16 Pada saat itu juga kedua orang itu, yakni Tobit dan Sara, dikabulkan permohonannya di hadapan kemuliaan Allah.
3:17 Diutuslah Rafael untuk menyembuhkan kedua-duanya, yaitu dengan menghapus bintik-bintik putih dari mata Tobit sehingga ia dapat melihat cahaya Allah dengan matanya sendiri, dan dengan memberikan Sara anak perempuan Raguel kepada Tobia bin Tobit sebagai isteri dan dengan melepaskannya dari Asmodeus, setan jahat itu.


Mrk. 12:18-27

12:18 Datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang berpendapat, bahwa tidak ada kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya:
12:19 "Guru, Musa menuliskan perintah ini untuk kita: Jika seorang, yang mempunyai saudara laki-laki, mati dengan meninggalkan seorang isteri tetapi tidak meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu.
12:20 Adalah tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin dengan seorang perempuan dan mati dengan tidak meninggalkan keturunan.
12:21 Lalu yang kedua juga mengawini dia dan mati dengan tidak meninggalkan keturunan. Demikian juga dengan yang ketiga.
12:22 Dan begitulah seterusnya, ketujuhnya tidak meninggalkan keturunan. Dan akhirnya, sesudah mereka semua, perempuan itu pun mati.
12:23 Pada hari kebangkitan, bilamana mereka bangkit, siapakah yang menjadi suami perempuan itu? Sebab ketujuhnya telah beristerikan dia."
12:24 Jawab Yesus kepada mereka: "Kamu sesat, justru karena kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah.
12:25 Sebab apabila orang bangkit dari antara orang mati, orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga.
12:26 Dan juga tentang bangkitnya orang-orang mati, tidakkah kamu baca dalam kitab Musa, dalam ceritera tentang semak duri, bagaimana bunyi firman Allah kepadanya: Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub?
12:27 Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup. Kamu benar-benar sesat!"


Tentang Kebangkitan

Saudara terkasih, kali ini orang Saduki yag berkesempatan untuk “menjatuhkan” Yesus dengan pertanyaan mengenai kebangkitan. Pertanyaan yang hendak mengolok-olok ajaran Yesus soal kebangkitan orang mati. Orang saduki dan Yahudi memahami bahwa kebangkitan tersebut masih membawa ikatan budaya kehidupan di dunia ini ke kehidupan kekal, seperti halnya perkawinan ini. Hal tersebut dianggap sesat oleh Yesus, karena kehidupan setelah kematian ialah kehidupan layaknya malaikat, tidak ada lagi ikatan duniawi yang terbawa ke sana.
Soal kuasa Allah, orang Saduki menjadi terdiam, karena pernyataan Yesus yang menyatakan bahwa Allah menyebut diri sebagai Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub. Kuasa Allah atas mereka berlangsung hingga kini, kalau Allah hanya berkuasa atas orang hidup, Allah kalah kuasa dengan kematian. Ini semua ada dalam Perjanjian Lama, mereka tentu tidak bisa lagi berkutik berhadapan dengan jawaban yang diambil dari iman kepercayaan mereka. Kuasa Allah atas orang hidup dan orang setelah mati, dan tidak kalah dengan kuasa maut.

Saudara terkasih, persoalan kehidupan setelah kematian, sering dipahami dengan bahasa sehari-hari manusia, karena keterbatasan kemampuan dan olah pikir manusia, sepanjang itu dimengerti sepanjang pengetahuannya saja. Hal yang berada di luarnya sering luput untuk dipahami. Demikian juga dengan kehidupan setelah kematian digambarkan sebagaimana hidup di dunia ini. Yesus mengajarkan yang baru kepada kita,, bagaimana kasih itu memberikan hidup kekal, sehingga kita hidup bagai kehidupan malaikat. BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar