Pw.
S. Karolus Lwanga dkkMrt (M)
Tb.
3:1-11a,16-17a
Mzr.
25:2-4a,4b-5ab,6-7bc, 8-9
Mrk.
12:18-27
Tb.
3:1-11a,16-17a
3:1 Maka aku sedih hati,
mengeluh dan menangis. Dengan keluh kesah aku angkat doa begini:
3:2 "Engkaulah adil, ya
Tuhan, semua perbuatanMupun adil pula; semua tindakan-Mu belas kasihan dan kebenaran,
dan dunia semesta diadili oleh-Mu.
3:3 Oleh sebab itu, ya Tuhan,
ingatlah kepadaku, pandangilah aku! Jangan aku Kauhukum sekedar segala dosaku
dan setimpal dengan kekhilafanku kepadaMu, atau sekedar dosa yang diperbuat
nenek moyangku!
3:4 Aku telah tidak taat
kepada segala perintah-Mu, maka kami Kauserahkan untuk dirampasi, dan untuk
ditawan dan dibunuh, dan untuk menjadi sindiran, tertawaan dan orang ternista
di tengah sekalian bangsa di mana kami Kaucerai-beraikan.
3:5 Segala hukuman-Mu memang
benar, apabila kini aku Kauperlakukan sekedar segala dosaku. Karena kami tidak
memenuhi perintah-perintah-Mu, dan tidak berjalan benar di hadapan-Mu.
3:6 Kini berbuatlah kepadaku
menurut apa yang berkenan kepada-Mu, dan sudilah mencabut nyawaku, sehingga
lenyaplah aku dari muka bumi dan kembali menjadi debu. Sebab mati lebih berguna
bagiku dari hidup, karena aku mesti mendengar nista dan fitnah dan sangat sedih
rasa hatiku. Ya Tuhan, suruhlah supaya aku lepas dari susah ini, biarlah aku
lenyap menuju tempat abadi; janganlah wajah-Mu Kaupalingkan dari padaku, ya
Tuhan. Sebab lebih bergunalah mati saja dari pada melihat banyak susah dalam
hidupku. Nista tidak dapat kudengar lagi!"
3:7 Pada hari yang sama
terjadilah bahwa Sara anak perempuan Raguel di kota Ekbatana di negeri Media
mendengar nista dari pihak seorang pelayan perempuan ayahnya.
3:8 Adapun Sara itu sudah
diperisterikan kepada tujuh laki-laki. Tetapi mereka semua sudah dibunuh oleh
Asmodeus, setan jahat itu, sebelum Sara bersetubuh dengan mereka, sebagaimana
pantasnya bagi para isteri. Kata pelayan itu kepada Sara: "Engkau
sendirilah yang membunuh para suamimu! Engkau sudah diperisterikan kepada tujuh
orang, tetapi tidak ada seorangpun yang engkau nikmati juga!
3:9 Masakan kami kaucambuki
karena mereka mati! Baiklah engkau menyusul mereka saja, supaya seorang anak
laki-laki atau perempuan dari engkau jangan pernah kami lihat!"
3:10 Maka pada hari itu juga
Sara sangat sedih hati, lalu menangis tersedu-sedu. Kemudian ia naik ke bilik
atas kepunyaan ayahnya dengan maksud menggantung diri. Tetapi berpikir dan
berkatalah ia dalam hati: "Kiranya ayahku nanti dinistakan karena hal itu
dan orang akan berkata kepadanya: Bapak hanya punya satu anak perempuan yang
kekasih. Celakalah, ia telah menggantung diri! Niscaya karena sedihnya, maka
uban ayahku kubawa ke dunia orang mati. Lebih baiklah aku tidak menggantung
diri, melainkan berdoa kepada Tuhan, supaya aku mati saja sehingga tidak usah
mendengar lagi nista selama hidupku."
3:11 Segera tangan
dikedangkannya ke arah jendela, lalu berdoa. Katanya: "Terpujilah Engkau,
ya Allah penyayang!
3:16 Pada saat itu juga kedua
orang itu, yakni Tobit dan Sara, dikabulkan permohonannya di hadapan kemuliaan
Allah.
3:17 Diutuslah Rafael untuk
menyembuhkan kedua-duanya, yaitu dengan menghapus bintik-bintik putih dari mata
Tobit sehingga ia dapat melihat cahaya Allah dengan matanya sendiri, dan dengan
memberikan Sara anak perempuan Raguel kepada Tobia bin Tobit sebagai isteri dan
dengan melepaskannya dari Asmodeus, setan jahat itu.
Mrk.
12:18-27
12:18 Datanglah kepada Yesus
beberapa orang Saduki, yang berpendapat, bahwa tidak ada kebangkitan. Mereka
bertanya kepada-Nya:
12:19 "Guru, Musa
menuliskan perintah ini untuk kita: Jika seorang, yang mempunyai saudara
laki-laki, mati dengan meninggalkan seorang isteri tetapi tidak meninggalkan
anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan
bagi saudaranya itu.
12:20 Adalah tujuh orang
bersaudara. Yang pertama kawin dengan seorang perempuan dan mati dengan tidak
meninggalkan keturunan.
12:21 Lalu yang kedua juga
mengawini dia dan mati dengan tidak meninggalkan keturunan. Demikian juga
dengan yang ketiga.
12:22 Dan begitulah
seterusnya, ketujuhnya tidak meninggalkan keturunan. Dan akhirnya, sesudah
mereka semua, perempuan itu pun mati.
12:23 Pada hari kebangkitan,
bilamana mereka bangkit, siapakah yang menjadi suami perempuan itu? Sebab
ketujuhnya telah beristerikan dia."
12:24 Jawab Yesus kepada
mereka: "Kamu sesat, justru karena kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun
kuasa Allah.
12:25 Sebab apabila orang
bangkit dari antara orang mati, orang tidak kawin dan tidak dikawinkan
melainkan hidup seperti malaikat di sorga.
12:26 Dan juga tentang
bangkitnya orang-orang mati, tidakkah kamu baca dalam kitab Musa, dalam
ceritera tentang semak duri, bagaimana bunyi firman Allah kepadanya: Akulah
Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub?
12:27 Ia bukanlah Allah orang
mati, melainkan Allah orang hidup. Kamu benar-benar sesat!"
Tentang
Kebangkitan
Saudara terkasih, kali ini orang Saduki yag
berkesempatan untuk “menjatuhkan” Yesus dengan pertanyaan mengenai kebangkitan.
Pertanyaan yang hendak mengolok-olok ajaran Yesus soal kebangkitan orang mati. Orang
saduki dan Yahudi memahami bahwa kebangkitan tersebut masih membawa ikatan
budaya kehidupan di dunia ini ke kehidupan kekal, seperti halnya perkawinan
ini. Hal tersebut dianggap sesat oleh Yesus, karena kehidupan setelah kematian
ialah kehidupan layaknya malaikat, tidak ada lagi ikatan duniawi yang terbawa
ke sana.
Soal kuasa Allah, orang Saduki menjadi terdiam,
karena pernyataan Yesus yang menyatakan bahwa Allah menyebut diri sebagai Allah
Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub. Kuasa Allah atas mereka berlangsung
hingga kini, kalau Allah hanya berkuasa atas orang hidup, Allah kalah kuasa
dengan kematian. Ini semua ada dalam Perjanjian Lama, mereka tentu tidak bisa
lagi berkutik berhadapan dengan jawaban yang diambil dari iman kepercayaan
mereka. Kuasa Allah atas orang hidup dan orang setelah mati, dan tidak kalah
dengan kuasa maut.
Saudara terkasih, persoalan kehidupan setelah
kematian, sering dipahami dengan bahasa sehari-hari manusia, karena
keterbatasan kemampuan dan olah pikir manusia, sepanjang itu dimengerti
sepanjang pengetahuannya saja. Hal yang berada di luarnya sering luput untuk
dipahami. Demikian juga dengan kehidupan setelah kematian digambarkan sebagaimana
hidup di dunia ini. Yesus mengajarkan yang baru kepada kita,, bagaimana kasih
itu memberikan hidup kekal, sehingga kita hidup bagai kehidupan malaikat. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar