Selasa, 09 Juni 2015

Garam dan Terang Dunia

Selasa Biasa Pekan X (H)
2 Kor. 1:18-22
Mzm. 119:129,130,131,132,133,135
Mat. 5:13-16


2 Kor. 1:18-22

1:18 Demi Allah yang setia, janji kami kepada kamu bukanlah serentak "ya" dan "tidak".
1:19 Karena Yesus Kristus, Anak Allah, yang telah kami beritakan di tengah-tengah kamu, yaitu olehku dan oleh Silwanus dan Timotius, bukanlah "ya" dan "tidak", tetapi sebaliknya di dalam Dia hanya ada "ya".
1:20 Sebab Kristus adalah "ya" bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan "Amin" untuk memuliakan Allah.
1:21 Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi,
1:22 memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita.



Mat. 5:13-16

5:13 "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.
5:14 Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.
5:15 Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.
5:16 Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."



Garam dan Terang Dunia

Saudara terkasih, garam dan terang merupakan hal yang mutlak di dunia, maka tidak heran Yesus menghendaki kita untuk menjadi garam dan terang. Bagaimana kontribusi garam dan terang itu, sedikit namun berkualitas, bernilai, dan tentu sangat menentukan kualitas. Garam yang tidak asin dalam masakan tentu tidak berguna selain hanya menjadi keluhan. Terang satu ruang paling satu saja namun cukup bagi ruang tersebut.
Apa maksudnya dengan demikian? Kita tidak memikirkan banyaknya, jumlahnya, dan keberadaan kita berkaitan dengan kualitas. Keberadaan kita itu dirindukan, dibutuhkan, dan menentukan keberadaan dunia ini.

Sungguh berat kehendak Tuhan sekiranya kita berdiri sendiri. Tuhan Allah hadir dalam diri kita sehingga kita mampu menjalankan perutusan untuk menjadi garam dan terang itu. Terang hadir mengenyahkan kegelapan dan kejahatan. Garam datang memberikan rasa yang pas bagi hiduo manusia. Itu pula yang perlu bagi hidup orang Katolik, kehadirannya menjadi pembeda dan memberikan rasa positif, mengenyahkan kegelapan dan kejahatan, bukan malah ikut terlibat di sana. Tempat lampu atau terang itu ada di posisi yang strategis dalam arti tempat kita bisa menjadi rujukan dan sumber bagi yang lain. Siap sedia membantu dengan rela dan terbuka, penuh suka cita dan tidak pernah mengharapkan balasan ataupun upah sebagaimana perbuatan budak.BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar