Kamis
Biasa Pekan IX (H)
Tb.
6:10-11; 7:1,6,8-13; 8:1,5-9
Mzm.
25:2-4a,4b-5ab, 6-7bc, 8-9
Mrk.
12:28b-34
Tb.
6:10-11; 7:1,6,8-13; 8:1,5-9
6:10 Mereka memasuki negeri
Media dan sudah sampai di dekat kota Ekbatana.
6:11 Lalu berkatalah Rafael
kepada pemuda Tobia: "Hai saudara Tobia!" Sahutnya: "Ada
apa?" Rafael menyambung pula: "Malam ini kita harus bermalam pada
Raguel. Dia itu seorang kerabatmu dan mempunyai seorang anak perempuan yang bernama
Sara.
7:1 Ketika mereka tiba di
kota Ekbatana berkatalah Tobia kepada temannya: "Saudara Azarya,
antarkanlah aku langsung ke rumah Raguel saudara kami." Iapun lalu
mengantarkannya ke rumah Raguel. Raguel didapati mereka duduk pada pintu
pelataran rumahnya. Mereka memberikan salam
7:6 Maka melonjaklah Raguel.
Ia memeluk Tobia sambil menangis lalu berkata: "Tuhan memberkati engkau,
nak! Engkau adalah anak orang yang mulia dan baik! Alangkah celakanya orang
yang benar dan penderma itu menjadi buta!" Iapun mendekap Tobia,
saudaranya, sambil menangis.
7:8 Kemudian Raguel
menyembelih seekor domba betina dari kawanannya dan disambutnyalah mereka
dengan ramah.
7:9 Setelah mereka mencuci
dan membasuh diri dan sudah duduk makan maka berkatalah Tobia kepada Rafael:
"Saudara Azarya, katakanlah kepada Raguel, supaya saudariku Sara
diberikannya kepadaku."
8:1 Selesai makan minum
mereka mau pergi tidur semua. Pemuda itu diantar ke luar untuk masuk ke kamar
tersebut.
8:5 Maka bangunlah Sara dan
mereka berdua mulai berdoa dan mohon, supaya mereka mendapat perlindungan.
Mereka angkat doa sebagai berikut: "Terpujilah Engkau, ya Allah nenek
moyang kami, dan terpujilah nama-Mu sepanjang sekalian abad. Hendaknya sekalian
langit memuji Engkau dan juga segenap ciptaan-Mu untuk selama-lamanya.
8:6 Engkaulah yang telah
menjadikan Adam dan baginya telah Kaubuat Hawa isterinya sebagai pembantu serta
penopang; dari mereka berdua lahirlah umat manusia seluruhnya. Engkaupun
bersabda pula: Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja, mari Kita
menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.
8:7 Bukan karena nafsu berahi
sekarang kuambil saudariku ini, melainkan dengan hati benar. Sudilah kiranya
mengasihani aku ini dan dia dan membuat kami menjadi tua bersama."
8:8 Serentak berkatalah
mereka: "Amin! Amin!"
8:9 Kemudian mereka tidur
semalam-malaman
Mrk.
12:28b-34
12:28b "Hukum manakah
yang paling utama?"
12:29 Jawab Yesus:
"Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita,
Tuhan itu esa.
12:30 Kasihilah Tuhan,
Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap
akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.
12:31 Dan hukum yang kedua
ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain
yang lebih utama dari pada kedua hukum ini."
12:32 Lalu kata ahli Taurat
itu kepada Yesus: "Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa,
dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia.
12:33 Memang mengasihi Dia
dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan,
dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama
dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan."
12:34 Yesus melihat,
bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: "Engkau
tidak jauh dari Kerajaan Allah!" Dan seorang pun tidak berani lagi
menanyakan sesuatu kepada Yesus.
Hukum
yang Terutama
Saudara terkasih, kali ini, ahli Taurat datang
bukan hendak menjebak Yesus, ada yang baru, nuansa perubahan bahwa karena jawab
Yesus yang tepat menggerakkannya untuk bertanya sesuai dengan budaya mereka. Bagaimana
Yahudi sering membuat gradasi hukum yang utama dan yang di bawahnya. Itu yang
ahli tersebut tanyakan.
Hukum kasih, hukum yang utama ialah untuk mengasihi
Tuhan Allah dengan seganap hati, akal budi, dan kekuatan manusia. Tuhan itu
Esa. Kasih, bukan hanya sebatas perasaan, emosi, atau afeksi semata. Kasih itu
usaha untuk membangun hidup selara dengan kehendak Tuhan Allah, mendengarkan
Sabda-Nya dan berpaut pada-Nya.
Hukum utama berikutnya ialah mengasihi sesama
seperti diri sendiri. Yesus memberikan ungkapan bukan atas pertanyaan. Ahli Taurat
hanya bertanya mengenai hukum yang utama. Yesus memberinya bonus yang membawa
pemahaman jauh lebih baru dari penanyanya yang menjawab bahwa itu semua lebih
mendasar dari pada korban bakaran dan korban sembelihan.
Saudara terkasih, hukum kasih mengajak kita untuk
mengasihi Tuhan dengan seluruh daya upaya kita, bergantung kepada-Nya namun
tidak melupakan saudara atau sesama sebagai rekan seperjalanan menuju
kepada-Nya. Tuhan itu Esa merupakan iman kepercayaan yang tidak boleh kita
lupakan, dan itu penting berhadapan dengan “penanya” seperti ahli Taurat
lainnya. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar