Pw.
S. Yustinus (M)
Tb.
1:1,2,3;2:1b-8
Mzm.
112:1-2,3-4,5-6
Mrk.
12:1-12
Tb.
1:1,2,3;2:1b-8
1:1 Kitab kisah Tobit bin
Tobiel bin Ananiel bin Aduel bin Gabael bin Rafael bin Raguel dari keturunan
Asiel dari suku Naftali.
1:2 Di zaman Salmaneser, raja
orang-orang Asyur, Tobit diangkut tertawan dari Tisbe yang terletak di sebelah
selatan Kudios-Naftali di Galilea atas di atas Hazor, yakni di sebelah barat,
dan di sebelah utara Fogor.
1:3 Aku, Tobit menempuh jalan
kebenaran dan kesalehan seumur hidupku dan banyak melakukan kebajikan kepada
para saudara dan segenap bangsaku yang bersama dengan daku telah berangkat ke
pembuangan, ke negeri Asyur ke kota Niniwe.
2:1b Juga isteriku Hana dan
anakku Tobia diserahkan kembali kepadaku. Sekali peristiwa pada hari raya
Pentakosta, yaitu hari raya Tujuh Minggu, disajikanlah kepadaku suatu jamuan
makan yang baik. Akupun telah duduk untuk makan.
2:2 Sebuah meja ditempatkan
di hadapanku dan kepadaku disajikan banyak hidangan. Tetapi berkatalah aku
kepada anakku Tobia: "Nak, pergilah dan jika kaujumpai seorang miskin dari
saudara-saudara kita yang diangkut tertawan ke Niniwe dan yang dengan segenap
hati ingat kepada Tuhan, bawalah ke mari, supaya ikut makan. Aku hendak
menunggu, anakku, hingga engkau kembali."
2:3 Maka keluarlah Tobia
untuk mencari seorang saudara kita yang miskin. Sepulangnya berkatalah ia:
"Pak!" Sahutku: "Ada apa, nak?" Jawabnya: "Salah
seorang dari bangsa kita sudah dibunuh. Ia dicekik dan dibuang di pasar. Masih
ada di situ juga!"
2:4 Aku melonjak berdiri dan
jamuan itu kutinggalkan sebelum kukecap. Mayat itu kuangkat dari lapangan dan
kutaruh di dalam salah satu rumah hingga matahari terbenam, untuk kukuburkan
nanti.
2:5 Kemudian aku pulang,
membasuh diriku, lalu makan dengan sedih hati.
2:6 Maka teringatlah aku
kepada firman yang diucapkan nabi Amos mengenai kota Betel ini: "Hari-hari
rayamu akan berubah menjadi hari sedih dan segala nyanyianmu akan menjadi
ratap!" Lalu menangislah aku.
2:7 Setelah matahari terbenam
aku pergi menggali liang lalu mayat itu kukuburkan.
2:8 Para tetangga
menertawakan aku, katanya: "Ia belum juga takut! Sudah pernah ia dicari
untuk dibunuh karena perkara yang sama. Dahulu ia melarikan diri dan sekarang
ia menguburkan mayat lagi!"
Mrk.
12:1-12
12:1 Lalu Yesus mulai
berbicara kepada mereka dalam perumpamaan: "Adalah seorang membuka kebun
anggur dan menanam pagar sekelilingnya. Ia menggali lobang tempat memeras
anggur dan mendirikan menara jaga. Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada
penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain.
12:2 Dan ketika sudah tiba
musimnya, ia menyuruh seorang hamba kepada penggarap-penggarap itu untuk
menerima sebagian dari hasil kebun itu dari mereka.
12:3 Tetapi mereka menangkap
hamba itu dan memukulnya, lalu menyuruhnya pergi dengan tangan hampa.
12:4 Kemudian ia menyuruh
pula seorang hamba lain kepada mereka. Orang ini mereka pukul sampai luka
kepalanya dan sangat mereka permalukan.
12:5 Lalu ia menyuruh seorang
hamba lain lagi, dan orang ini mereka bunuh. Dan banyak lagi yang lain, ada
yang mereka pukul dan ada yang mereka bunuh.
12:6 Sekarang tinggal hanya
satu orang anaknya yang kekasih. Akhirnya ia menyuruh dia kepada mereka,
katanya: Anakku akan mereka segani.
12:7 Tetapi
penggarap-penggarap itu berkata seorang kepada yang lain: Ia adalah ahli waris,
mari kita bunuh dia, maka warisan ini menjadi milik kita.
12:8 Mereka menangkapnya dan
membunuhnya, lalu melemparkannya ke luar kebun anggur itu.
12:9 Sekarang apa yang akan
dilakukan oleh tuan kebun anggur itu? Ia akan datang dan membinasakan
penggarap-penggarap itu, lalu mempercayakan kebun anggur itu kepada orang-orang
lain.
12:10 Tidak pernahkah kamu
membaca nas ini: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi
batu penjuru:
12:11 hal itu terjadi dari
pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita."
12:12 Lalu mereka berusaha
untuk menangkap Yesus, karena mereka tahu, bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya
dengan perumpamaan itu. Tetapi mereka takut kepada orang banyak, jadi mereka
pergi dan membiarkan Dia.
Penggarapan
Kebun Anggur
Saudara terkasih, ilustrasi dari bacaan tersebut ialah,
pemilik tanah yang menyewakan kebunnya untuk menanam anggur. Biasa yang terjadi
saat itu di sana ialah, pemilik tanah akan mendapatkan bagian dari para pekerja
di bawah orang kepercayaan. Namun orang kepercayaan bahkan putera pemilik kebun
anggur ini dibunuh atau dicelakai, karena tentu saja ingin menguasai tanah itu
agar sepenuhnya hasil kebun anggur menjadi milik mereka saja.
Yesus menggunakan pula perumpaan mengenai batu
penjuru, namun pemuka-pemuka jemaat tahu dengan tepat apa yang siapa yang
dimaksudkan itu, mereka marah dan geram tentunya, dan akan menangkap Yesus
namun tidak berani karena banyaknya umat yang mendengarkan dan percaya
kepada-Nya.
Saudara terkasih, pemuka jemaat tahu namun tidak
mau berubah. Ini penyakit kita semua. Susah untuk mengakui apa yang telah kita
yakini, jalankan, dan pilih selama ini salah. Apalagi minta maaf dan mengubah
perilaku salah tersebut. Pilihannya biasanya membungkam siapa yang menyatakan
kebenaran tersebut. Ungkapan atau reaksi atas kesadaran kita yang tergugah,
namun terbelenggu oleh kesemobongan dan keangkuhan bahwa kita pasti benar membuat
itu tidak berjalan sebagaimana mestinya. Nasihat, teguran, dan saran menjadi
mentah karena kita telah menutup hati kita dengan tinggi hati. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar