Sabtu, 31 Januari 2015

Mengapa Kamu Tidak Percaya?


Pw. Yohanes Bosko, Im (P)
Ibr. 11:1-2,8-19
Luk. 1:69-70,71-72,73-75
Mrk. 4:35-41


Ibr. 11:1-2,8-19

11:1 Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
11:2 Sebab oleh imanlah telah diberikan kesaksian kepada nenek moyang kita.
11:8 Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui.
11:9 Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu.
11:10 Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah.
11:11 Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia.
11:12 Itulah sebabnya, maka dari satu orang, malahan orang yang telah mati pucuk, terpancar keturunan besar, seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, yang tidak terhitung banyaknya.
11:13 Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini.
11:14 Sebab mereka yang berkata demikian menyatakan, bahwa mereka dengan rindu mencari suatu tanah air.
11:15 Dan kalau sekiranya dalam hal itu mereka ingat akan tanah asal, yang telah mereka tinggalkan, maka mereka cukup mempunyai kesempatan untuk pulang ke situ.
11:16 Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka.
11:17 Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal,
11:18 walaupun kepadanya telah dikatakan: "Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu."
11:19 Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali.

Mrk. 4:35-41

4:35 Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: "Marilah kita bertolak ke seberang."
4:36 Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia.
4:37 Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air.
4:38 Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?"
4:39 Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.
4:40 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?"
4:41 Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?


Mengapa Kamu Tidak Percaya?

Saudara terkasih, mengenai angin ribut dan kuasa Yesus yang mampu mengatasinya kita perlu mengenal tradisi Yahudi, bahwa angin ribut dan alam raya secara keseluruhan adalah dalam kuasa Allah. Ketika Yesus mampu meredakan alam yang sedang mengamuk, berarti Yesus adalah Allah itu sendiri. Dialog dan peristiwa di dalam perahu tidak kalah pentingnya, di mana bahwa para murid ternyata belum mengenal dan mengerti dengan baik siapa Yesus itu. Akibat lebih jauh ialah mereka khawatir dan berteriak-teriak.
Saudara terkasih, sering kita berdoa kepada Tuhan dengan berbagai cara dan lama, novena, ziarah, Ekaristi dan sakramen lainnya, namun masih merasa kering, gersang, dan seolah Tuhan tidak mendengar kita. Kalau demikian, mari kita tilik hati kita yang paling dalam, jangan-jangan kita lupa dan tidak mengenal Yesus yang ada di depan kita, dan malah mencari-cari sendiri dengan segala kemampuan dan daya kita sendiri yang sering justru lepas dari kerinduan dari Tuhan untuk menyelamatkan kita.

Iman dan kepercayaan kita berkaitan dengan relasional kita yang mendalam dengan Tuhan. Kalau ita asyik dengan diri sendiri dan pencarian kita jangan-jangan kita malah jauh dari Tuhan. Bisa diumpamakan, kita bersama-sama dan harusnya ngobrol dengan anak atau keluarga kita, namun malah asyik browsing mengenai membangun keluarga bahagia. BG.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar