Jumat
Biasa Pekan I (H)
Ibr.
4:1-5,11
Mzm.
78:3,4bc,6c-7,8
Mrk.
2:1-12
Ibr.
4:1-5,11
4:1 Sebab itu, baiklah kita
waspada, supaya jangan ada seorang di antara kamu yang dianggap ketinggalan,
sekalipun janji akan masuk ke dalam perhentian-Nya masih berlaku.
4:2 Karena kepada kita
diberitakan juga kabar kesukaan sama seperti kepada mereka, tetapi firman
pemberitaan itu tidak berguna bagi mereka, karena tidak bertumbuh bersama-sama
oleh iman dengan mereka yang mendengarnya.
4:3 Sebab kita yang beriman,
akan masuk ke tempat perhentian seperti yang Ia katakan: "Sehingga Aku
bersumpah dalam murka-Ku: Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku,"
sekalipun pekerjaan-Nya sudah selesai sejak dunia dijadikan.
4:4 Sebab tentang hari
ketujuh pernah dikatakan di dalam suatu nas: "Dan Allah berhenti pada hari
ketujuh dari segala pekerjaan-Nya."
4:5 Dan dalam nas itu kita
baca: "Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku."
4:11 Karena itu baiklah kita
berusaha untuk masuk ke dalam perhentian itu, supaya jangan seorang pun jatuh
karena mengikuti contoh ketidaktaatan itu juga
Mrk.
2:1-12
2:1 Kemudian, sesudah lewat
beberapa hari, waktu Yesus datang lagi ke Kapernaum, tersiarlah kabar, bahwa Ia
ada di rumah.
2:2 Maka datanglah
orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintu pun
tidak. Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka,
2:3 ada orang-orang datang
membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang.
2:4 Tetapi mereka tidak dapat
membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di
atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu
terbaring.
2:5 Ketika Yesus melihat iman
mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Hai anak-Ku, dosamu sudah
diampuni!"
2:6 Tetapi di situ ada juga
duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya:
2:7 "Mengapa orang ini
berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain
dari pada Allah sendiri?"
2:8 Tetapi Yesus segera
mengetahui dalam hati-Nya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata
kepada mereka: "Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu?
2:9 Manakah lebih mudah,
mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan:
Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan?
2:10 Tetapi supaya kamu tahu,
bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" -- berkatalah Ia
kepada orang lumpuh itu --:
2:11 "Kepadamu
Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!"
2:12 Dan orang itu pun
bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan
orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya:
"Yang begini belum pernah kita lihat."
Dosamu
Diampuni
Saudara terkasih, pernyataan tegas, keras, dan
kontroversial dalam budaya saat itu benar-benar menggugah ata kalau boleh
dengan kata yang keras menyentakkan ahli-ahli Taurat dan para ahli Kitab yang
lain. Pengampunan dosa hanya hak Allah. Yesus yang menyatakan mengampuni dosa
tentu sebagai hujat pada Allah. Cerita ini merupakan reaksi Yesus atas iman dan
kepercayaan penderita lumpuh terutama empat sahabatnya yang membuka atap demi
bisa membawa sahabatnya tiba dekat dengan Yesus, padahal pintu dan jalan lain
telah dipenuhi oleh orang yang sama-sama ingin sembuh. Orang yang berjejalan
dengan kepentingan yang sama akan sulit untuk mengalah, menyingkir barang sejenak.
Yesus melihat itu dan mengampuni dosanya, bukan
semata menyembuhkan sebagaimana yang dimintanya. Permintaan diberikan jauh
lebih besar dan bukan sembuh namun juga dosanya diampuni. Pengampunan jauh
lebih penting dan berharga daripada kesembuhan fisik seperti sakit lumpuh
tersebut.
Saudara terkasih penutup perikop ini menunjukkan
kehendak Tuhan atas kasih dan berkat-Nya, yaitu memuji Allah. Banyak orang
menjadi salah dengan meneluelukan dan menceritakan karya Yesus, namun Yesus
menghendaki untuk lebih memuliakan Allah.
Sering kita salah menangkap dan mengerti rencana
Tuhan dan melakukan kesenangan kita sendiri. Kepuasan manusiawi lebih menguasai
kita.BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar