Senin, 12 Januari 2015

Mari, Ikutlah Aku

Senin Biasa, Pekan I (H)
Ibr. 1:1-6
Mzm. 97:1,2b,6,7c,9
Mrk. 1:14-20


Ibr. 1:1-6

1:1 Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi,
1:2 maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.
1:3 Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi,
1:4 jauh lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat, sama seperti nama yang dikaruniakan kepada-Nya jauh lebih indah dari pada nama mereka.
1:5 Karena kepada siapakah di antara malaikat-malaikat itu pernah Ia katakan: "Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini?" dan "Aku akan menjadi Bapa-Nya, dan Ia akan menjadi Anak-Ku?"
1:6 Dan ketika Ia membawa pula Anak-Nya yang sulung ke dunia, Ia berkata: "Semua malaikat Allah harus menyembah Dia."



Mrk. 1:14-20

1:14 Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah,
1:15 kata-Nya: "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!"
1:16 Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat Simon dan Andreas, saudara Simon. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan.
1:17 Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."
1:18 Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia.
1:19 Dan setelah Yesus meneruskan perjalanan-Nya sedikit lagi, dilihat-Nya Yakobus, anak Zebedeus, dan Yohanes, saudaranya, sedang membereskan jala di dalam perahu.
1:20 Yesus segera memanggil mereka dan mereka meninggalkan ayahnya, Zebedeus, di dalam perahu bersama orang-orang upahannya lalu mengikuti Dia.


Mari, Ikutlah Aku

Saudara terkasih, mengawali masa biasa di tahun baru liturgi ini, Gereja mengajak kita untuk merenungkan pemuridan. Yesus memanggil para murid awalnya, oleh Markus mendapatkan porsi yang penting, maka ada pada awal-awal Injilnya. Pertama, ikut pribadi Yesus bukan program kerja atau visi misi Yesus bahasa modern. Yesus belum memulai pengajaran dan menyatakan apa yang hendak terjadi. Kedua, para murid ikut bukan karena adanya mukjizat yang telah Yesus lakukan sehingga seolah-olah mereka kagum akan kekuatan Yesus dengan mukjizat-Nya. Ketiga, kesederhanaan nelayan dalam kaitan dengan kehidupan religius dan keagamaan bukan dalam status sosial, lihat mereka memakai nama yang berkaitan dengan bahasa Yunani. Mereka bersentuhan dengan budaya lain, dalam hal ini Yunani yang saat itu sudah maju. Demikian pula sekitar  danau Galilea dikenal kampung yang lebih maju dan sejahtera. Berarti bukan berkaitan dengan ekonomi dan status sosial. Keempat, inisiatif itu Yesus, ikutlah Aku, bukan kehendak para murid. Kelima, kesiapsediaan, bukti konkrit dalam kisah tersebut yaitu adanya cerita meninggalkan jala berkaitan dengan profesi dan jamin hidup, meninggalkan orang tua, relasional dengan keluarga dan ikatan eksklusif kekerabatan, serta orang upahan, menunjukkan status sosial sebagai majikan yang memiliki kuasa dan kekayaan.
Saudara terkasih, ikatan keluarga, kekayaan, status sosial, dan jaminan masa depan ditinggalkan demi mengikuti panggilan-Nya. Panggilan untuk menjadi penjala manusia, berkaitan dengan memanggil dan menyelamatkan manusia yang  berkaitan dengan keselamatan abadi dan ikut ambil bagian dalam karya Yesus untuk  mewartakan Kerajaan Surga. BD.eLeSHa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar