Pw.
S. Basilius Agung dan Gregorius dr Nazianse
1
Yoh. 2:22-28
Mzm.
98:1,2-3ab, 3cd-4
Yoh.
1:19-28
1
Yoh. 2:22-28
2:22 Siapakah pendusta itu?
Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah
antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak.
2:23 Sebab barangsiapa
menyangkal Anak, ia juga tidak memiliki Bapa. Barangsiapa mengaku Anak, ia juga
memiliki Bapa.
2:24 Dan kamu, apa yang telah
kamu dengar dari mulanya, itu harus tetap tinggal di dalam kamu. Jika apa yang
telah kamu dengar dari mulanya itu tetap tinggal di dalam kamu, maka kamu akan
tetap tinggal di dalam Anak dan di dalam Bapa.
2:25 Dan inilah janji yang
telah dijanjikan-Nya sendiri kepada kita, yaitu hidup yang kekal.
2:26 Semua itu kutulis
kepadamu, yaitu mengenai orang-orang yang berusaha menyesatkan kamu.
2:27 Sebab di dalam diri kamu
tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari pada-Nya. Karena itu tidak
perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar
kamu tentang segala sesuatu -- dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta -- dan
sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap
tinggal di dalam Dia.
2:28 Maka sekarang,
anak-anakku, tinggallah di dalam Kristus, supaya apabila Ia menyatakan
diri-Nya, kita beroleh keberanian percaya dan tidak usah malu terhadap Dia pada
hari kedatangan-Nya.
Yoh.
1:19-28
1:19 Dan inilah kesaksian
Yohanes ketika orang Yahudi dari Yerusalem mengutus beberapa imam dan
orang-orang Lewi kepadanya untuk menanyakan dia: "Siapakah engkau?"
1:20 Ia mengaku dan tidak
berdusta, katanya: "Aku bukan Mesias."
1:21 Lalu mereka bertanya
kepadanya: "Kalau begitu, siapakah engkau? Elia?" Dan ia menjawab:
"Bukan!" "Engkaukah nabi yang akan datang?" Dan ia
menjawab: "Bukan!"
1:22 Maka kata mereka
kepadanya: "Siapakah engkau? Sebab kami harus memberi jawab kepada mereka
yang mengutus kami. Apakah katamu tentang dirimu sendiri?"
1:23 Jawabnya: "Akulah
suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! seperti
yang telah dikatakan nabi Yesaya."
1:24 Dan di antara
orang-orang yang diutus itu ada beberapa orang Farisi.
1:25 Mereka bertanya
kepadanya, katanya: "Mengapakah engkau membaptis, jikalau engkau bukan
Mesias, bukan Elia, dan bukan nabi yang akan datang?"
1:26 Yohanes menjawab mereka,
katanya: "Aku membaptis dengan air; tetapi di tengah-tengah kamu berdiri
Dia yang tidak kamu kenal,
1:27 yaitu Dia, yang datang
kemudian dari padaku. Membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak."
1:28 Hal itu terjadi di
Betania yang di seberang sungai Yordan, di mana Yohanes membaptis.
Tidak
Usah Malu terhadap DIA pada Hari Kedatangan-Nya
Saudara terkasih, hari ini Gereja mengajak kita
untuk merenungkan kerendahan hati Yohanes Pembaptis dalam menjalankan rencana
dan perutusan Allah dalam hidupnya. Bagaimana dia menyatakan diri sebagai hamba
yang tidak layak untuk membuka tali kasut dari DIA yang akan datang di kemudian
hari. Pribadi yang menyatakan pewartaannya di padang gurun, sebagai bahasa
untuk sangat merendahkan diri dan tidak menonjolkan diri dan mencari nama,
padahal dia memiliki nama besar.
Pelajaran kedua adalah orang-orang termasuk
beberapa dari golongan Farisi yang mencari kebenaran bukan karena panggilan
hati nurani, namun karena disuruh. Perintah para tetua atau tokoh yang
menggerakkan mereka untuk mengerti lebih jauh dari pribadi Yohanes. Bagaimana
iman mereka tidak berkembang dan hanya sebatas perintah, bukan inisiatif untuk
semakin mengenai Allah dengan segala perutusan-Nya.
Bacaan pertama menyatakan kepada kita untuk tidak usah malu terhadap Dia pada hari
kedatangan-Nya. Apa yang akan menyebabkan kita malu? Ketika kita tidak
mengenal Allah, ketika kita menghadap DIA muka dengan muka. Tidka mengenal
karena kita tidak pernah melakukan apa
yang Tuhan kehendaki dalam kehidupan kita. Kita tidak mengenal DIA karena
khawatir akan dunia, takut karena adanya tekanan dan lebih mengikuti
penyesat-penyesat yang datang, demi kemudahan hidup, jabatan, dan sebagainya.
Ada sebuah cerita ironis dikatakan seseorang agar tidak
dimusuhi karena beriman Kristiani, paling gampang ya ikuti apa yang mereka
maui. Saudara terkasih betapa ironis dan memprihatinkan pola pikir demikian
itu. Tuhan dan rencana-Nya dengan mudah digantikan oleh ketakutan karena
intimidasi sesamanya. Bacaan pertama menyatakan agar kita tidak malu, marilah
mengenal DIA. BD. eLSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar