Kamis, 22 Januari 2015

Engkaulah Anak Allah

Kamis Biasa Pekan II (H), Hari Kelima Pekan Doa Sedunia
Ibr. 7:25-8:6
Mzm. 40:7-8a, 8b-9,10,17
Mrk 3:7-12


Ibr. 7:25-8:6

7:25 Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka.
7:26 Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga,
7:27 yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah dilakukan-Nya satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban.
7:28 Sebab hukum Taurat menetapkan orang-orang yang diliputi kelemahan menjadi Imam Besar, tetapi sumpah, yang diucapkan kemudian dari pada hukum Taurat, menetapkan Anak, yang telah menjadi sempurna sampai selama-lamanya
8:1 Inti segala yang kita bicarakan itu ialah: kita mempunyai Imam Besar yang demikian, yang duduk di sebelah kanan takhta Yang Mahabesar di sorga,
8:2 dan yang melayani ibadah di tempat kudus, yaitu di dalam kemah sejati, yang didirikan oleh Tuhan dan bukan oleh manusia.
8:3 Sebab setiap Imam Besar ditetapkan untuk mempersembahkan korban dan persembahan dan karena itu Yesus perlu mempunyai sesuatu untuk dipersembahkan.
8:4 Sekiranya Ia di bumi ini, Ia sama sekali tidak akan menjadi imam, karena di sini telah ada orang-orang yang mempersembahkan persembahan menurut hukum Taurat.
8:5 Pelayanan mereka adalah gambaran dan bayangan dari apa yang ada di sorga, sama seperti yang diberitahukan kepada Musa, ketika ia hendak mendirikan kemah: "Ingatlah," demikian firman-Nya, "bahwa engkau membuat semuanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu."
8:6 Tetapi sekarang Ia telah mendapat suatu pelayanan yang jauh lebih agung, karena Ia menjadi Pengantara dari perjanjian yang lebih mulia, yang didasarkan atas janji yang lebih tinggi.


Mrk 3:7-12

3:7 Kemudian Yesus dengan murid-murid-Nya menyingkir ke danau, dan banyak orang dari Galilea mengikuti-Nya. Juga dari Yudea,
3:8 dari Yerusalem, dari Idumea, dari seberang Yordan, dan dari daerah Tirus dan Sidon datang banyak orang kepada-Nya, sesudah mereka mendengar segala yang dilakukan-Nya.
3:9 Ia menyuruh murid-murid-Nya menyediakan sebuah perahu bagi-Nya karena orang banyak itu, supaya mereka jangan sampai menghimpit-Nya.
3:10 Sebab Ia menyembuhkan banyak orang, sehingga semua penderita penyakit berdesak-desakan kepada-Nya hendak menjamah-Nya.
3:11 Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka jatuh tersungkur di hadapan-Nya dan berteriak: "Engkaulah Anak Allah."
3:12 Tetapi Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia.


Engkaulah Anak Allah

Suadara terkasih, hari ini Bunda Gereja mengajak kita merenungkan pengenalan akan Yesus dengan lebih baik dan menyeluruh. Orang-orang datang untuk mencari DIA, dan mengikuti-Nya dengan berduyun-duyun, dengan alasan yang Markus katakan karena mereka mendengar segala yang dilakukan. Apa yang dilakukan yaitu mengajar dan terutama menyembuhkan hanyalah sebagian dari karya dan hidup Yesus. Maka ketika roh jahat selalu mengatakan Engkaulah Anak Allah, Yesus selalu melarang mereka mengatakannya lagi. Bukan karena takut untuk diketahui umum dan semua orang namun karena jemaat belum tahu dengan baik siapa DIA.
Pengenalan hanya karena penyembuhan, mukjizat, dan karya-karya besar, tentu tidak cukup mengenal Yesus. Justru murid Yesus adalah memanggul salib dan menderita bersama dengan DIA. Orang yang terlena dengan perbuatan besar dan mukjizat belum tentu akan sanggup untuk berjalan dalam derita dan sengsara sebagaimana salib.

Hari Kelima Pekan Doa Sedunia, Tema: Pewartaan, Yoh. 4:11, persoalan dalam hidup itu biasa, wajar, manusiawi, dan tentunya semuanya mengalami. Sikap dalam menyelesaikan masalah atau persoalan, konteks dalam bacaan ini ialah, Yesus tidak memiliki timba. Jalan keluar, alat bantu, uluran tangan, dan kesediaan berbagi untuk memperoleh bantuan bukan makin menutup diri dan seolah-olah mampu menyelesaikan sendiri. Bagaimana sikap kita dalam menerima atau mengulurkan tangan untuk membantu, demi nama diri, atau menyelesaikan persoalan yang kita bantu? BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar