Senin, 15 September 2014

Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.

Pw. SP. Maria Berdukacita (P)
1 Kor. 12:31-13:13
Mzm. 31:2-3a,3b-4,5-6,15-16,20
Yoh. 19:25-27


1 Kor. 12:31-13:13

12:31 Jadi berusahalah untuk memperoleh karunia-karunia yang paling utama. Dan aku menunjukkan kepadamu jalan yang lebih utama lagi.
13:1 Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.
13:2 Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.
13:3 Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.
13:4 Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
13:5 Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
13:6 Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.
13:7 Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
13:8 Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.
13:9 Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna.
13:10 Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap.
13:11 Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.
13:12 Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.
13:13 Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.


Yoh. 19:25-27

19:25 Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena.
19:26 Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!"
19:27 Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya


Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu.
Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.

Saudara terkasih, Paulus hari ini menunjukkan sikap Salib, di mana palang vertikal saja, yaitu berkaitan dengan iman dan relasional terhadapan Yang Illahiah, perlu disempurnakan dan dilengkapi dengan sikap hati yang baik kepada sesama. Ia menggambarkan apapun keunggulan Ilahiah, kalau pribadi tersebut buruk relasinya, dalam bahasa Paulus adalah kasih tersebut tidak baik akan sia-sia lah apa yang terjadi dengan iman dan keunggulan kita. Sikap hati yang baik kepada Tuhan dan sesama merupakan kesatuan utuh bagi kepribadian berkualitas bagi Paulus.
Tekanan cinta Tuhan dan sesama ini hingga hari ini masih aktual, karena apa yang dilakukan orang biasanya timpang. Pengabdian kepada Tuhan baik dan luar biasa, anak-dan pasangan hidup protes karena sibuknya mengurus Gereja. Demikian pula karena keluarga dan peemnuhan kebutuhan dan persoalan keluarga, dengan enteng meninggalkan kewajiban untuk menjalin relasi dengan Tuhan. Alasan Tuhan Mahakuasa, Tuhan Mahatahu sering dijadikan alat dan pembenaran sikap “malas, enggan, dan menutupi kekurangannya” dalam menjalin komunikasi dengan Tuhan Allah. Peekembangan teknologi yang menghubungkan kemanusiaan tanpa batas, sering juga meninggalkan kasih dan iman yang mendalam bagi manusia. Keasyikan kita dengan media sosial menjadikan kita asyik dengan yang jauh dan antah barantah dibandingkan dengan Tuhan dan keluarga, kerabat, yang ada di dekat kita. Kasih mengatasi sikap buruk kita menjadi manusia yang lebih berkualitas.

Kualitas seperti apa yang Tuhan teladankan kepada kita? Keteladanan bersikap tak berubah dalam segala suasana. Lihat Bunda Maria, berjalan bersama Tuhan di dalam seluruh peristiwa Salib. Sejak penangkapan, penyiksaan, bahkan ketika di bawah kayu salib, Ibu Maria dengan tekun mendampingi Puteranya, meskipun hatinya terkoyak, mana ada seorang ibu yang tidak terkoyak melihat kepedihan, kekejian, kekejaman yang ditimpakan kepada Puteranya. Salib pedih Tuhan itu juga salib yang terperikan kepada Bunda Maria. Ia tetap teguh menjalani itu semua sebagai bagian hidup yang tak terpisahkan. Setia di dalam suka cita banyak yang melakukan, namun di dalam kondisi paling buruk, kondisi terjelek Ibu Maria tetap menjalaninya. Ini semua karena iman, kasih, dan sikap hati Maria.BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar