Selasa
Pekan Adven II (U)
Yes.
40:1-10
Mzm.
96:1-2,3.10,11-12,13
Mat.
18:12-14
Yes.
40:1-10
40:1 Hiburkanlah, hiburkanlah
umat-Ku, demikian firman Allahmu,
40:2 tenangkanlah hati
Yerusalem dan serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya sudah berakhir, bahwa
kesalahannya telah diampuni, sebab ia telah menerima hukuman dari tangan TUHAN
dua kali lipat karena segala dosanya.
40:3 Ada suara yang
berseru-seru: "Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN,
luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita!
40:4 Setiap lembah harus
ditutup, dan setiap gunung dan bukit diratakan; tanah yang berbukit-bukit harus
menjadi tanah yang rata, dan tanah yang berlekuk-lekuk menjadi dataran;
40:5 maka kemuliaan TUHAN
akan dinyatakan dan seluruh umat manusia akan melihatnya bersama-sama; sungguh,
TUHAN sendiri telah mengatakannya."
40:6 Ada suara yang berkata:
"Berserulah!" Jawabku: "Apakah yang harus kuserukan?"
"Seluruh umat manusia adalah seperti rumput dan semua semaraknya seperti
bunga di padang.
40:7 Rumput menjadi kering,
bunga menjadi layu, apabila TUHAN menghembusnya dengan nafas-Nya.
Sesungguhnyalah bangsa itu seperti rumput.
40:8 Rumput menjadi kering,
bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya."
40:9 Hai Sion, pembawa kabar
baik, naiklah ke atas gunung yang tinggi! Hai Yerusalem, pembawa kabar baik,
nyaringkanlah suaramu kuat-kuat, nyaringkanlah suaramu, jangan takut!
Katakanlah kepada kota-kota Yehuda: "Lihat, itu Allahmu!"
40:10 Lihat, itu Tuhan ALLAH,
Ia datang dengan kekuatan dan dengan tangan-Nya Ia berkuasa. Lihat, mereka yang
menjadi upah jerih payah-Nya ada bersama-sama Dia, dan mereka yang
diperoleh-Nya berjalan di hadapan-Nya.
40:11 Seperti seorang gembala
Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya;
anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati.
Mat.
18:12-14
18:12 "Bagaimana
pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya
sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di
pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu?
18:13 Dan Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar
kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh
sembilan ekor yang tidak sesat.
18:14 Demikian juga Bapamu
yang di sorga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang.
Suka
Cita Pertobatan
Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda
Gereja merenungkan pertobatan dan suka cita karenanya. Masa adven memang masa
di mana kita merenungkan dan memperbaiki diri demi menyongsong kehadiran Tuhan
dengan layak dalam Natal nanti. Kelayakan tidak semata badaniah atau fisik,
namun yang ada dalam hati, perubahan sikap hidup dan perilaku.
Dalam bacaan Injil hari ini, kita belajar melihat
bagaimana suka cita dari orang yang kehilangan domba. Bayangkan satu di antara
100 domba tidak ada pun dicari, benar tidak? Kita pun akan demikian bukan? Melupakan
yang 99 ekor demi yang satu ekor, dan bagaimana jika ketemu? Tentu akan bersuka
cita dan bergembira ria.
Jika kita manusia, yang penuh kelemahan dan dosa
saja tahu bersyukur, tahu bersuka cita kalau mendapatkan apa yang sempat
hilang, apalagi Tuhan Allah Sang Pencipta. Apa iya Tuhan Allah rela
anak-anak-Nya, ciptaan-Nya yang secitra dengan-Nya itu ada yang tersesat dan
tidak dicari?
Beberapa hal patut kita renungkan;
Pertama, Tuhan Allah menghendaki bahwa kita itu
tidak ada yang kececer, semua harus
selamat. Tidak boleh ada yang terpisah satupun juga. Jelas ini berbeda dengan
apa yang didengung-dengungkan dunia dan agama.
Kedua, keselamatan itu milik semua orang, bahwa ada
yang tersesat itu Tuhan berkenan mencari dan menemukannya. Pertobatanlah dalam
diri manusia di mana kembali dari jalan yang salah, dan itu adalah mungkin.
Ketiga, suka cita dari yang bertobat lebih besar
dari pada orang benar yang tidak perlu bertobat. Artinya, bahwa Tuhan tidak
pernah memandang, mengingat-ingat, dan memperhitungkan apa yang pernah terjadi.
Yang ada di belakang sudah terjadi, ya sudah.
Keempat, Tuhan berkenan untuk menyelamatkan semua
orang yang mau. Dan kesempatan itu tidak hanya satu dua kali, Tuhan selalu
membuka kesempatan. Dan pilihan bebas manusia menjadi penting,
Saudara terkasih, jika Tuhan dengan belas kasih-Nya
demikian terbuka, demikian bersuka ria memberikan kesempatan, mengapa kita
malah sering menutup peluang bagi sesama kita? Jangan sampai malah kita menjadi
batu sandungan dengan kesombongan atau sikap saleh berlebihan kita. Marilah kita
merenungkan, sudahkah membawa suka cita atau malah menghambat kasih Allah bagi
sesama? BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar