Selasa, 10 Desember 2019

Suka Cita Pertobatan


Selasa Pekan Adven II (U)
Yes. 40:1-10
Mzm. 96:1-2,3.10,11-12,13
Mat. 18:12-14



Yes. 40:1-10

40:1 Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku, demikian firman Allahmu,
40:2 tenangkanlah hati Yerusalem dan serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya sudah berakhir, bahwa kesalahannya telah diampuni, sebab ia telah menerima hukuman dari tangan TUHAN dua kali lipat karena segala dosanya.
40:3 Ada suara yang berseru-seru: "Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita!
40:4 Setiap lembah harus ditutup, dan setiap gunung dan bukit diratakan; tanah yang berbukit-bukit harus menjadi tanah yang rata, dan tanah yang berlekuk-lekuk menjadi dataran;
40:5 maka kemuliaan TUHAN akan dinyatakan dan seluruh umat manusia akan melihatnya bersama-sama; sungguh, TUHAN sendiri telah mengatakannya."
40:6 Ada suara yang berkata: "Berserulah!" Jawabku: "Apakah yang harus kuserukan?" "Seluruh umat manusia adalah seperti rumput dan semua semaraknya seperti bunga di padang.
40:7 Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, apabila TUHAN menghembusnya dengan nafas-Nya. Sesungguhnyalah bangsa itu seperti rumput.
40:8 Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya."
40:9 Hai Sion, pembawa kabar baik, naiklah ke atas gunung yang tinggi! Hai Yerusalem, pembawa kabar baik, nyaringkanlah suaramu kuat-kuat, nyaringkanlah suaramu, jangan takut! Katakanlah kepada kota-kota Yehuda: "Lihat, itu Allahmu!"
40:10 Lihat, itu Tuhan ALLAH, Ia datang dengan kekuatan dan dengan tangan-Nya Ia berkuasa. Lihat, mereka yang menjadi upah jerih payah-Nya ada bersama-sama Dia, dan mereka yang diperoleh-Nya berjalan di hadapan-Nya.
40:11 Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya; anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati.


Mat. 18:12-14

18:12 "Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu?
18:13 Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat.
18:14 Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang.



Suka Cita Pertobatan

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan pertobatan dan suka cita karenanya. Masa adven memang masa di mana kita merenungkan dan memperbaiki diri demi menyongsong kehadiran Tuhan dengan layak dalam Natal nanti. Kelayakan tidak semata badaniah atau fisik, namun yang ada dalam hati, perubahan sikap hidup dan perilaku.
Dalam bacaan Injil hari ini, kita belajar melihat bagaimana suka cita dari orang yang kehilangan domba. Bayangkan satu di antara 100 domba tidak ada pun dicari, benar tidak? Kita pun akan demikian bukan? Melupakan yang 99 ekor demi yang satu ekor, dan bagaimana jika ketemu? Tentu akan bersuka cita dan bergembira ria.
Jika kita manusia, yang penuh kelemahan dan dosa saja tahu bersyukur, tahu bersuka cita kalau mendapatkan apa yang sempat hilang, apalagi Tuhan Allah Sang Pencipta. Apa iya Tuhan Allah rela anak-anak-Nya, ciptaan-Nya yang secitra dengan-Nya itu ada yang tersesat dan tidak dicari?
Beberapa hal patut kita renungkan;
Pertama, Tuhan Allah menghendaki bahwa kita itu tidak ada yang kececer, semua harus selamat. Tidak boleh ada yang terpisah satupun juga. Jelas ini berbeda dengan apa yang didengung-dengungkan dunia dan agama.
Kedua, keselamatan itu milik semua orang, bahwa ada yang tersesat itu Tuhan berkenan mencari dan menemukannya. Pertobatanlah dalam diri manusia di mana kembali dari jalan yang salah, dan itu adalah mungkin.
Ketiga, suka cita dari yang bertobat lebih besar dari pada orang benar yang tidak perlu bertobat. Artinya, bahwa Tuhan tidak pernah memandang, mengingat-ingat, dan memperhitungkan apa yang pernah terjadi. Yang ada di belakang sudah terjadi, ya sudah.
Keempat, Tuhan berkenan untuk menyelamatkan semua orang yang mau. Dan kesempatan itu tidak hanya satu dua kali, Tuhan selalu membuka kesempatan. Dan pilihan bebas manusia menjadi penting,
Saudara terkasih, jika Tuhan dengan belas kasih-Nya demikian terbuka, demikian bersuka ria memberikan kesempatan, mengapa kita malah sering menutup peluang bagi sesama kita? Jangan sampai malah kita menjadi batu sandungan dengan kesombongan atau sikap saleh berlebihan kita. Marilah kita merenungkan, sudahkah membawa suka cita atau malah menghambat kasih Allah bagi sesama? BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar