Pw.
S. Lucia, Prw Mrt. (M)
Yes.
48:17-19
Mzm.
1:1-2,3,4,6
Mat.
11:16-19
Yes.
48:17-19
48:17 Beginilah firman TUHAN,
Penebusmu, Yang Mahakudus, Allah Israel: "Akulah TUHAN, Allahmu, yang
mengajar engkau tentang apa yang memberi faedah, yang menuntun engkau di jalan
yang harus kautempuh.
48:18 Sekiranya engkau
memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai
yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti
gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti,
48:19 maka keturunanmu akan
seperti pasir dan anak cucumu seperti kersik banyaknya; nama mereka tidak akan
dilenyapkan atau ditiadakan dari hadapan-Ku.
Mat.
11:16-19
11:17 Kami meniup seruling
bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu
tidak berkabung.
11:18 Karena Yohanes datang,
ia tidak makan, dan tidak minum, dan mereka berkata: Ia kerasukan setan.
11:19 Kemudian Anak Manusia
datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap
dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah
dibenarkan oleh perbuatannya.
Bawalah
Terangmu, Berbagi, dan Berbahagia dan Bersedih dengan Tepat
Saudara terkasih, hari ini kita merenungkan
bagaimana hidup kita di dunia ini dengan penuh manfaat dan berdaya guna. Bagaimana
hidup kita yang berarti bagi diri sendiri, sesama, dan juga di dalam Tuhan.
Kemarin, ada sebuat meme, di mana
berkata, aku tidak melakukan itu karena
dilarang agamaku, pinter, kamu jangan melakukan itu juga karena agamaku
melarang, lak goblok. Cukup menggelitik dan kontekstual dengan bacaan hari
ini.
Aku meniup seruling engkau tidak menarik, aku
mengidungkan lagu duka kamu tidak meratap. Sering dalam hidup bersama kita
malah senang ada orang yang menderita, mengalami kemalangan, dan kesedihan. Nyokurke, atau malah bersuka ria dan
menghakimi. Mirisnya ketika ada orang yang mendapatkan kebahagiaan, kita tidak
jarang malah iri, pengin, dan bermuram durja.
Kuasa jahat sudah menguasai diri dan hati manusia,
sehingga hidupnya tidak bahagia, kekanak-kanakan, maunya mendapatkan fasilitas,
dan ketika tidak memperolehnya meradang dan bersedih. Demikian kuat pengaruh
dunia di mana kedamaia rusak karena menjauh dari kuasa Allah yang memberikan
kasih karunia tak terbatas namun kita tolak.
Senyampang merenungkan keberadaan kita di tengah
dunia, kita juga merayakan Perayaan Santa Lucia. Lucia yang berarti sinar, LUX,
cahaya, terang. Dan hidup Lucia menjadi terang, sinar, dan cahaya bagi jemaat
beriman. Kesaksiannya untuk tidak menikah, bukan hanya dalam slogan, namun juga
di dalam pilihan hidup harian. Ia menderita dan meninggal sebagai martir,
mengalahkan diri demi sesuatu yang ia perjuangkan.
Godaan, gangguan, dan pengaruh dunia sangat mungkin
besar dan berat. Itu semua ditanggung dengan baik oleh Lucia. Ia tidak goyah
dengan hardikan, tawaran, dan bahkan siksaan dari dunia. Hal yang sangat
mungkin kita hadapai dengan skala dan model yang tidak sama tentunya.
Lihat saja ketika menjelang Desember, mendekati
Natal provokasi soal ucapan Natal dan atriibut Natal demikian masif, padahal itu bukan soal beragama, itu mengenai
ekonomi-bisnis dan juga hidup bersama. Jika sikap kita pun demikian, menanggapi
dengan berlebihan, akan jatuh pada kualitas yang sama.
LUX, cahaya, dan terang itu harus menjadi gaya
hidup dan tidak kenal tempat dan waktu. Terang tidak mesti harus tenar, namun
berdampak. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar