Kamis, 05 Desember 2019

Iman, Harus Berbuah Bukan Sekadar Lamis



Kamis Adven I (U)
Yes. 26:1-6
Mzm. 118:1,8-9,19-21,25-27
Mat. 7:21,24-27




Yes. 26:1-6

26:1 Pada waktu itu nyanyian ini akan dinyanyikan di tanah Yehuda: "Pada kita ada kota yang kuat, untuk keselamatan kita TUHAN telah memasang tembok dan benteng.
26:2 Bukalah pintu-pintu gerbang, supaya masuk bangsa yang benar dan yang tetap setia!
26:3 Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya.
26:4 Percayalah kepada TUHAN selama-lamanya, sebab TUHAN ALLAH adalah gunung batu yang kekal.
26:5 Sebab Ia sudah menundukkan penduduk tempat tinggi; kota yang berbenteng telah direndahkan-Nya, direndahkan-Nya sampai ke tanah dan dicampakkan-Nya sampai ke debu.
26:6 Kaki orang-orang sengsara, telapak kaki orang-orang lemah akan menginjak-injaknya."


Mat. 7:21,24-27

7:21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
7:24 "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.
7:25 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.
7:26 Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.
7:27 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.



Iman, Harus Berbuah Bukan Sekadar Lamis

Saudara terkasih, hari ini kita bersama Bunda Gereja merenungkan firman Tuhan mengenai perilaku beriman. Beriman tidak sekadar lamis, hanya mengucapkan kata suci atau mantra semata, namun tanpa perbuatan. Adanya satu kata dan perbuatan, sehingga buah karya iman itu ada dan bisa dipetik.
Kadang orang atau bahkan kita jatuh pada rasionalisasi diri dengan mengatakan, Tuhan melihat ke dalam hati, padahal itu adalah bersembunyi atas keengganan berbuat baik dan memperlihatkan buah dari iman. Tidak akan ada sejatinya berkoar-koar, mengaku, menglaim sebagai paling saleh, paling taat, dan seketika menghujat Allah atau ciptaan-Nya. Ingat, manusia adalah citra Allah, gambaran Allah, ketika kita memusuhi sesama dengan tanpa dasar, sama juga menyiderai relasi kita dengan Allah.
Acap kali pun kita melakukan ritual, seremonial, atau liturgi yang sangat fasih, khusuk, dan persiapan demikian panjang. Namun masih memendam kebencian, mudah tergoda untuk menghakimi, dan menuding sesama kita dengan keji. Menyebut Tuhan Tuhan, namun sekaligus juga menyerukan kejahatan atau kebejatan.
Tidak akan ada serentak terang sekaligus gelap. Yang ada adalah terang akan mengusir kegelapan. Coba saja masuk ke ruangan tanpa lampu sambil menyalakan atau menekan saklar, kegelapan langsung sirna. Namun jika hanya berteriak nyalakan lampu Tuhan, tanpa mau menekan tombol, ya tetap saja kamar itu gelap.
Saudara terkasih, dalam bacaan Injil kita mendengarkan bagaimana Tuhan mengumpamakan bagaimana iman yang tidak mendasar itu sama juga dengan membangun rumah di atas pasir. Seolah-olah kuat dan kokoh, namun tidak akan bertahan lama dengan adanya dorongan angin atau arus air. Sama dengan apa yang kita lakukan, jika sebatas lamis, tidak akan bisa bertahan lama dan memiliki kekuatan.
Buah iman itu akan bisa dirasakan oleh lingkungan kita, orang bisa dengan leluasa datang dan mempercayakan hidupnya. Orang bisa menjadi yakin bahwa kita akan mendapatkan penenguhan, kekuatan, dan harapan menjadi lebih baik ketika berbagi dan mendapatkan bantuan dari kita.
Kita berbuah dalam iman ketika kita menebarkan kasih karunia Tuhan. Kita menerima dari Allah secara cuma-cuma, dan menyalurkaannya kepada saudara kita dengan cara yang sama. Buah iman  itu satu dalam perbuatan dan tindakan. Tidak saling meniadakan dan tidak saling memperebutkan mana terlebih dahulu. BD.eLeSHa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar