Pesta
Yesus Menampakkan Kemuliaan-Nya (P)
Dan.
7:9-10,13-14
Mzm.
97:1-2,5-6,9
Mrk. 9:2-10
Dan.
7:9-10,13-14
7:9 Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu
duduklah Yang Lanjut Usianya; pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya
bersih seperti bulu domba; kursi-Nya dari nyala api dengan roda-rodanya dari
api yang berkobar-kobar;
7:10 suatu sungai api timbul dan mengalir dari hadapan-Nya; seribu
kali beribu-ribu melayani Dia, dan selaksa kali berlaksa-laksa berdiri di
hadapan-Nya. Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-kitab.
7:13 Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang
dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada
Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya.
7:14 Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan
kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan
bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak
akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah.
Mrk. 9:2-10
9:2 Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes
dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ
mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka,
9:3 dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorang
pun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu.
9:4 Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa,
keduanya sedang berbicara dengan Yesus.
9:5 Kata Petrus kepada Yesus: "Rabi, betapa bahagianya kami
berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu
untuk Musa dan satu untuk Elia."
9:6 Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus
dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan.
9:7 Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu
terdengar suara: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia."
9:8 Dan sekonyong-konyong waktu mereka memandang sekeliling
mereka, mereka tidak melihat seorang pun lagi bersama mereka, kecuali Yesus
seorang diri.
9:9 Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada
mereka, supaya mereka jangan menceriterakan kepada seorang pun apa yang telah
mereka lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati.
9:10 Mereka memegang pesan tadi sambil mempersoalkan di antara
mereka apa yang dimaksud dengan "bangkit dari antara orang mati."
Transfigurasi dan Pengalaman Iman
Saudara terkasih, hari ini kita diajak untuk
merenungkan pengalaman tiga rasul yang mengalami keberadaan Yesus yang sedang
menampakan kemuliaan. Ketiga Rasul, Petrus, Yakobus, dan Yohanes yang
menyaksikan pengalaman luar biasa itu sampai heran, tidak bisa berkata-kata,
dan kacau pokoknya. Ada ungkapan, kata memiskinkan makna, nampaknya memang
demikian.
Pengalaman kita pun nampaknya sama. Memang apa
yang kita alami tidak akan pernah, sama, atau sebanding dengan
pengalaman mereka. Contoh, bagaimana kita mengidam-idamkan ketemu tokoh idola,
atau tokoh favorit, dan yang kita senangi, bagiamana sikap kita? Atau abege
ketemu yang sedang disukai, apa yang terjadi? Salah tingkah, bingung, mau
bicara apa saja bisa belepotan. Pun para rasul ini mereka sampai bingung, tidak
ada yang nalar mereka nyatakan. Coba buat apa mendirikan tenda buat Yesus itu? Sama
sekali tidak ada bukan? Sangat mungkin bahwa mereka bingung, saking senang,
demikian bahagia dan gembiranya, membuat ungkapan mereka belepotan tidak
karuan.
Dalam posisi yang lain, sudut pandang lain,
bagaimana pengalaman mereka itu menjadi kekuatan bagi mereka di kemudian hari
untuk menjadi pewarta khabar gembira. Mereka menjadi rasul yang unggul untuk
memberikan khabar yang mereka alami, khabar baik. Pengalaman baik akan membawa kebaikan
pula. Pengalaman dicintai dan dikasihi dengan semestinya, akan membagikan cinta
yang sama. Demikian juga sebaliknya, jika orang dididik dengan kekerasan dan
kebencian, susah untuk mengharapkan orang membawa cinta dan kasih. Yang akan
mereka tawarkan juga kekerasan dan kebencian.
Saudara terkasih, dalam kehidupan sehari-hari,
kebencian, caci maki, dan bentuk penistaan seolah menjadi tabiat, gaya hidup,
dan kebanggaan bagi sebagian pihak. Apakah ini mudah untuk diubah? Jelas tidak,
karena yang mereka pelajari, yang mereka dengarkan, yang mereka pelajari adalah
kekerasan, kebohongan, dan banyaknya kebencian yang tersebar dengan masif. Jika
kita hendak menebarkan kasih, jaga jarak, pergi, dan jauhi tabiat demikian.
sekali saja akrab dengan hal-hal demikian, jangan kaget akan terikut arus yang
demikian deras itu. Hal ini termasuk dalam pengalaman. Pengalaman buruk yang
diterima dengan hati penuh kebencian dan dengkin. Satu yang perlu disikapi
adalah jangan membalas dengan cara yang sama, jauhi, dan jangan biarkan hati
kita ikut rusak.
Bagikan kebaikan, cinta, kasih, dan damai,
karena kita diciptakan baik adanya. Jangan menodai hidup kita dengan
berdekat-dekat dengan yang buruk. Allah mengutus Putera-Nya yang mendamaikan,
mosok kita mau memisahkan. Mohonlah kepada Allah agar memampukan kita bertahan
di dalam kebaikan dan menebarkan cinta-Nya dengan penuh kerendahhatian. BD.eLeSHa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar